Ara membuka matanya pelan, ia meringis saat merasa leher nya sedikit sakit. Dia mengingat - ingat kejadian sebelum pingsan dan mengangguk paham, lalu ia melihat ke sekeliling dan mengernyitkan alisnya bingung.
"Ini kenapa sih, setiap gue bangun beda tempat mulu," decak Ara.
Ara melihat sekitar dan berhenti disamping tempat tidur, diatas nakas terdapat ponselnya, kebetulan ia ingin menghubungi Glen, tapi ia baru sadar kalau mereka berdua belum sempat bertukar kontak.
"Gue lupa gak punya kontak Glen, em gue telpon Rion aja kali ya."
Ara langsung mencari kontak Rion dan menghubungi nya, dan tak lama sambungan terhubung, belum juga buka suara telinga Ara sudah menerima teriakan yang membahana.
"Araaaaaaa, ya ampun lo kemana aja?! Please deh kalau mau ngilang tuh kabarin dulu dong, nih bestie lo berisik banget dari pagi sampai sekarang."
"Sorry banget, kalian gak usah khawatir, gue aman kok. Tapi, gue mau nanya sesuatu."
"Mau nanya apaan?"
"Gue lagi dimana?"
Akkakahalalabahqoqpsbakaoahgslalabajalaka
"Lo aja gak tau itu dimana, apalagi kita. Please deh, jadi manusia jangan lawak terus."
"Lawak pala kau, gue beneran gak tau ini dimana."
"Tapi lo aman kan sekarang? tempatnya bagus? nyaman? Kalau gitu, lo gak harus khawatir. Kalau pun lo diculik, pasti yang nyulik nya kaya raya."
"Berisik deh, telinga gue sakit denger suara lo."
"Ra, hati gue sakit gara - gara omongan lo."
"Loh, punya hati emang?" Nyelekit sekali.
"Nggak si, hati gue kan udah dijual buat beli iPhone."
Ara terkekeh, "gue matiin ya, cape ngobrol sama manusia yang gak punya hati." Tanpa menunggu jawaban Rion, Ara sudah memutuskan sambungan telponnya.
Ara melihat google maps untuk melihat posisinya sekarang, ternyata ia sedang berada di perumahan elite. Tapi yang masih jadi pertanyaan, rumah siapa ini?
Karena tidak menemukan jawaban yang memuaskan, Ara memilih untuk masuk kamar mandi, sekedar melihat keadaan nya. Saat sampai di kamar mandi, Ara terpaku di depan cermin, ia melihat bibirnya yang lebih bengkak dari sebelumnya.
"Ini kenapa bibir gue semakin bengkak? perasaan waktu di sekolah nggak sebengkak ini? Oh, apa jangan - jangan gara - gara gue makan bakso pedes kali ya? masa iya?" Ara masih meragukan pikiran nya, tiba - tiba terlintas pikiran kalau ia –
"Jangan - jangan gue beneran disengat tawon?! Demi apa twing?!! Bengkak ini gak wajar kalau cuma gara - gara makan bakso, terus bibir gue juga nggak kejedot pintu atau benda keras? Wah, gila sih kalau iya. Tempat segede ini ada tawon nya, kalau tawon aja ada apalagi yang lain," seru Ara sambil melihat sekitar, tau aja nemu hewan lainnya.
"Dan bisa - bisanya gue gak sadar disengat tawon? Hewan gak tau malu, gak tau sopan santun, gak tau tata krama, misi - misi kek kalau mau nyengat. Bentar, kalau gitu berarti First Kiss gue diambil tawon dong?!!"
"Awas aja lo tawon kalau ketemu, gue babat abis lo 7 turunan, 7 belokan, 7 gujlegan, 7 gang, 7 Rt, 7 Rw, 7 kampung dan 7 lainnya," omel Ara kesal.
Setelah memenangkan emosinya, Ara membasuh wajahnya agar segar dan merapikan pakaian nya. Dirasa selesai ia keluar dan matanya terkunci di satu sosok laki - laki remaja yang sedang duduk di sofa, Ara mengernyitkan alisnya, kalau tidak salah dia adalah salah satu sahabat Glen, Aje.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transfer of souls [END]
Fantasy[Masih acak-acakan, nanti deng kalau udah mood mau di revisi ulang.] ** Amira Gricia Permata. Gadis cantik berumur 17 tahun yang multi talenta, terlahir dari keluarga yang terpandang. Meski Gricia terlahir dari keluarga terpandang tidak membuat nya...