Reska berdiri di depan pintu kelas dengan ponsel di telinga dan mata yang melirik kanan - kiri seperti menanti kehadiran seseorang. Rion yang baru datang mengernyit bingung melihat kelakuan langka Reska, dengan gaya cool nya Rion menghampiri Reska.
"Hi cewek, lagi nungguin gue ya," celetuk Rion tiba - tiba mengagetkan Reska dan reflek menampar lengan Rion, tau kan tamparan cewek kerasnya kaya gimana?
"Rion bangke, gue kaget ih. Lo kalau mau ngomong izin dulu ngapa," omel Reska.
"Gue trauma bikin lo kaget, refleknya bikin sakit badan."
"Lebay banget lo."
"Sini gue tampar, awas aja lo bilang lebay pas abis ditampar."
"Dih, beraninya sama cewek!"
"Ye si asu!"
"Berisik ah lo, ini Ara kok belum dateng ya. Dia kemana coba, apa mungkin dia dibully?"
"Gak mungkin, orang ini adem - adem aja."
"Terus kemana?"
"Gue gak tau, RION."
"Kok gak tau?" Lah, ngeselin banget.
"Kalau misalkan gue tau, gue gak akan nanya nanya, nebak - nebak atau menerka - nerka. Tolong ya, ngeselin nya jangan dulu dipake."
"Oh gitu."
Iya gitu Rion, kesel juga ya saya.
"Bantu mikir dong anjir, jangan oh gitu oh gitu doang."
"Yaudah, kalau guru nanya kemana Ara bilang aja izin, izin kemana ya bilang aja ibu kok kepo, udah selesai deh."
Reska menyesal menyuruh Rion mikir.
"Terserah lo ah, minggir gue mau masuk!" ketus Reska.
"Loh, gak mau nyari Ara lagi?" tanya Rion.
"Nyari kemana?"
"Ke surga, mungkin dia udah duluan disan–"
Bugh
Reska memukul bahu Rion dengan kesal, "diam adalah emas." Reska langsung masuk kelas tanpa menghiraukan umpatan sahabatnya.
Sementara di tempat lain Ara baru bangun tidur, ia melihat sekitar dan menghela nafas. Setiap dia tidur kenapa selalu bangun di tempat asing, cuma tidur dirumah kakek yang paling aman.
Ara tidak terlalu memikirkan yang jelas ia percaya Glen pasti menempatkan dirinya di tempat aman, jadi sekarang ia mengambil ponsel dan terdapat banyak panggilan dari Reska.
Tanpa menunggu lama ia langsung menghubungi Reska terlebih dahulu untuk memberi kabar bahwa dirinya baik-baik saja.
Selesai menghubungi Reska, dia pun keluar kamar dan ruangan yang tadinya ramai sekejap hening saat Ara keluar dari kamar.
Semua mata memandang Ara dengan berbagai tatapan, menjadi pusat perhatian, ya pasti gugup tapi itu tidak bertahan lama karena di kehidupan sebelumnya ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transfer of souls [END]
Fantasy[Masih acak-acakan, nanti deng kalau udah mood mau di revisi ulang.] ** Amira Gricia Permata. Gadis cantik berumur 17 tahun yang multi talenta, terlahir dari keluarga yang terpandang. Meski Gricia terlahir dari keluarga terpandang tidak membuat nya...