12. Meniti langkah muda -🌼

1.2K 263 70
                                    

***

Pagi ini, sebenarnya Jennie enggan mengawali dengan umpatan-umpatan. Lelah rasanya harus berteriak atau sekedar mengusir manusia yang keras kepala.

Ia berusaha tenang, tetap fokus membaca materi. Itulah yang biasa Jennie lakukan, karena notaben ia tak dekat dengan siapa-siapa di kelas ini. Jadi, memilih membaca buku untuk menghapus bosan. Biasanya jika ada Wendy, pasti mendongeng, curhat ini itu, sekarang tak ada. Teman sebangkunya itu hanya menjadi latar saja, berbicara pun sebutuhnya saja. Kurang ajar memang, tetapi Jennie rasa ia tak satu frekuensi dengannya.

Satu yang selalu ia sesali dari keputusan Tuhan, mengapa harus menyatukan ia dan Theo dalam satu kelas.

"Fisika udah beres?"

Jennie menahan nafas untuk dua detik seraya matanya memejam. Ini lagi, kemana temen sebangkunya, make keliling-keliling kek cabe, dikata si Joy. Kan gini, jadi si Terong duduk di sampingnya sekarang.

"Udah," jawab Jennie datar. Berusaha tak terbawa emosi.

"Lagi baca apaan?"

"Ayat kursi!" Celetuk Jennie tanpa menoleh. Terdengar kekehan dari Theo, ingin sekali Jennie pukul.

"Masa? Buat apa coba?"

"Ngusir setan!" Jennie kini menoleh. "Jadi, pergi duluan sebelum gue bacain, ntar lu kepanasan!"

Alih-alih pergi, justru Theo tertawa. Merasa geli sekaligus lawak dengan tipikal cewek macam Jennie. Baru ia temui, dan hanya Jennie, wanita yang berani menolak kehadiran dirinya saat banyak orang justru berharap Theo datang. Ya, mungkin karena Jennie pun tak kalah mapan, sehingga berani menolak, fikir Theo.

Dengan fikiran yang ia telan sendiri, Theo semakin gencar untuk mengejar sosok Jennie ini. Fikirnya, mungkin sudah dapat akan menggemaskan. Mengingat bersama Lisa, selalu saja manja.

Berbicara Lisa, seketika otaknya memburam. Berfikir apakah keduanya sepasang kekasih? Tetapi itu berhasil ditepis sendiri karena kekuatan pengetahuan norma.

"Ngapain lu mandangin gua kek gitu?!" Sewot Jennie. "Kalo suka gua gak tanggung jawab ya!"

Usilnya, meski selalu diamuk Jennie, Theo selalu saja mengusak kepalanya saking gemas, lantas bangkit sembari tertawa.

"Harus tanggung jawab lah!"

"THEO BANGSAT, RAMBUT GUE JADI ACAK-ACAKAN!" Pekik Jennie. Matanya siap keluar saja.

"Yaudah sini gue benerin----"

"Diem!" Jennie lebih dulu menepis lengan Theo yang hendak kembali menyentuh kepalanya.

"Untung sayang," kata Theo sembari melengang pergi ke belakang, menghampiri rekan-rekan cowoknya yang lain.

"GAK BAPER GUE NGGAK!" Teriak Jennie, praktis Theo membalik lagi wajah.

Awalnya anak kelas sedikit khawatir liat Jennie sama Theo berantem terus. Tapi lama-kelamaan makin biasa, jadi cuman cekikikan aja liatnya. Gemes.

"Berharap baper sih," Theo mengendikan bahunya.

"Najis!" Umpat Jennie, kembali ia membalik wajah. Lebih baik membaca buku sembari menunggu guru datang.

Gagal sudah pagi ini yang niatnya ingin kalem. Coba hitung berapa kali ia berteriak, marah-marah pada Theo. Tenaganya terkuras sia-sia.

📛

"Kak, kak, itu katanya temen aku pengen netep tapi kata mamanya gaboleh, gimana dong?"

Lisa yang sedang mencatat-catat separuh nama anggota dance, menoleh, mendapati adik kelasnya itu menatap dengan tatapan berbinar. Ingin Lisa tertawa sekarang.

About Us [Jk.Lm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang