6. Perbedaan Posisi -🌻

1.7K 326 107
                                    

***

Sore ini, seperti tahun lalu. Mengadakan lomba baris-berbaris. Riuhnya para murid bersama sorak dan tepuk tangan.

Bersama bentang alam yang indah. Jingganya menghiasi latar. Awan-awan bergerak kesana-kemari, berganti pamit. Dari atas, kota-kota sudah mulai menyalakan lampu satu per satu. Bahkan ramai jauh di bawah bisa tertangkap dengan syaraf. Lantas angin, mulai berdiskusi, akan sedingin apa untuk malam.

Para panitia sibuk bertugas. Ada yang mengamankan tenda, takut-takut ada separuh yang justru terdiam di dalam. Ada yang sibuk memeriahkan lapangan, itu jelas dipegang oleh Yeri dan Joy. Ada yang sibuk mengurus berkas, dan ada yang sibuk memotret, contohnya Lisa dan Seulgi.

Dua kamera berjalan itu sedaritadi berkeliling tak hentinya. Dengan begitu, jelas keringat membasahi pelipisnya. Tak jarang pula ada yang meminta berfoto ria, ya demi keramahan, Lisa dan Seulgi potret saja. Tak jarang adik kelasnya itu yang mencegat dan membawanya berbicara terlebih dahulu.

Nasib anak cantik.

"Gausah mandangin gue terus!" Ketus Jennie. Praktis Theo membuang pandangnya.

Jennie menghela nafasnya kasar. Matanya sedaritadi bergilir, melihat keramaian peserta dan mencari-cari keberadaan kekasihnya.

Tak jarang Jennie tersenyum. Selalu saja berdebar karena hal kecil. Melihat Lisa yang sedang memotret, wajahnya bertambah menawan. Sipit matanya, wajahnya yang ter-terpa sinar senja nyaris seperti boneka hidup.

"AKANG SINI KANG!" Jennie terperanjat saat Wendy berteriak dan melambai-lambai pada seseorang.

Terlihat Lisa di seberang keluar dari lautan manusia bersama Seulgi. Kameranya yang menggantung di leher dan wajah datar gadis itu ketika berjalan, sungguh, Jennie sekarang mengalihkan pandang. Tak kuasa sendiri. Sering kali ia berfikir, apakah Lisa ini kekasihnya? Sulit dipercaya.

"Sial disentuh-sentuh badan gue!"

Celetukan Lisa sontak mengundang perhatian Jennie. Terlihat Wendy, Rosé, dan Seulgi ada di samping kiri yang kira-kira berjarak 10 meter.

Samperin gak ya? Samperin, gak, samperin, gak, samperin gak?! Jennie menimang-nimang dalam hati. Egonya masih besar, namun debar jantungnya menuntun ia untuk memeluk Lisa.

Sekilas dari samping, nyatanya Lisa pun melihat Jennie. Sedetik itu, Lisa memutusnya, membuat bola mata Jennie melebar.

"Beraninya dia!" Umpat Jennie. Mulutnya terbuka, kepalanya bergeleng-geleng.

Baru selangakah, tiba-tiba Jennie ditahan lengannya,

"Mau kemana?" Tanya Theo.

"Bukan urusan lo!" Ketus Jennie lalu menghempas lengannya dengan kasar.

Menyisakan Theo yang menghela nafas. Sedikitnya merasa bagaimana gitu ... selalu Jennie memarahinya. Tapi, satu sisi ia juga merasa gemas melihat raut wajah Jennie saat marah.

"Maksud kamu apa ya, Lisa?!"

"Eh, eh?" Rosé menatap Lisa dan Jennie bergiliran. "Jangan gelut di sini, plis!"

Sedangkan Lisa, ia mengerutkan keningnya. Menatap Jennie sejenak, lalu menatap Wendy dan Seulgi dengan raut kebingungan.

"Apaan sih, lo?" Wendy mengangkat dagunya, menyahut pada Jennie.

"Kurang aqua?" Timpal Seulgi.

Praktis ditatapi tajam oleh Jennie. Detik selanjutnya, lengan Lisa diseret dengan kasar, bahkan sampai Lisa tersandung untung tidak tersungkur juga.

Jennie menariknya menjauh dari keramaian. Membawanya ke atas, dan terus ke belakang, Lisa sampai celingukan. Yang Lisa takutkan mereka di cari, apalagi ingat posisi Lisa di sini apa, tak bisa macam-macam.

About Us [Jk.Lm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang