Elele 1| Arua Mencari Peri Kecil

1.3K 327 121
                                    

Yoooo!! Pasukan Elele, ramein BAB 1 ini!!!

Absen dulu pake perasaan kalian sekarang~

Tim yang baca habis tarawih

Tim yang baca lagi puasa

Tim yang baca lagi sahur

Tim yang baca diluar bulan ramadhan

~

~

S E L A M A T  M E M B A C A
~El & Clau~ 

/\/\

/\/\

Selamat datang di kehidupan El William. 

Laki-laki berdarah campuran Asia-Eropa itu memiliki kehidupan yang menurutnya monoton dan terkesan absurd. Di sekolah, biar masa SMA-nya berwarna dan gak gabut-gabut amat, El merusuh dan membuat onar, hitung-hitung menaikan darah guru biar gak rendah-rendah amat, katanya. Sedangkan kalau di rumah, mendengar celotehan Papa tentang lagu kuno dan perkembangan alat pemutar kaset piring hitam jadul miliknya. Semenjak sepeninggalan Mama, Papa semakin melakonis saja hidupnya, sudah seperti seniman dunia saja gaya bicaranya. 

Dan tampaknya darah—bisakah Papa El dibilang seorang seniman, tapi seniman yang tidak memiliki panggung? 

Darah penggila sastra dan jiwa seninya mengalir dalam tubuh El, anak tunggal dari keluarga William yang merasa sering kesepian, walaupun terkadang dalam keramaian. El bukan anak broken home, kepergian Mama 5 tahun yang lalu tidak membuatnya harus menjadi tipe laki-laki dingin yang menutup diri dari kehidupan. Buktinya dia memiliki banyak teman, dan ceria saja menikmati hidup seperti remaja pada umumnya, ini menurut pandangan orang-orang.

Tapi apakah kalian pernah merasa memiliki semuanya; teman, keluarga, fasilitas, uang, nyaris segalanya, tapi tetap saja merasa kesepian? Nah, seperti itulah El, menurutnya kehidupannya terlalu datar. Dan dia juga terkadang bingung terhadap dirinya sendiri. Kesepian apa yang sedang dia alami? Memiliki satu orangtua, tidak membuat El merasa kasih sayang Ibunya pergi, walaupun terkadang ia merindukan sosok Ibu dalam hidupnya, tapi semuanya berusaha Papa tutupi dengan cara menjadi sosok Ibu dalam wujud laki-laki.

Terkadang El juga tidak memahami dirinya sendiri.

Aneh, ya? Tapi memang seperti itu deskripsinya.

Cinta? Ah, cinta! Menurut El, "Cinta itu rumit." Ia baru saja menyelesaikan lukisannya di kanvas. El membasuh kuasnya. "Kangen coret-coret tembok belakang sekolah!!!" El menggeliatkan badan, penat setelah lukisan hamparan bunga daisy itu selesai.

Libur semester ganjil membuat El seperti mayat luntang luntung. Tidak bisa membuat rusuh, dan tidak bisa membuat Bu Indut naik darah sampai bertanduk. Bisma liburan bersama bundanya ke Singapura, Lintang pulang ke Medan, Gugun liburan ke Bali bersama keluarga bahagianya yang lengkap, Selatan—ketua Dayang Boys ini juga lagi liburan, katanya dipaksa tante Maudy berangkat sama Utara ke raja ampat, nggak kebayang serusuh apa Utara dan Selatan. 

"Wahai anaku yang tampan, mau ke mana bro?" 

El baru saja menuruni anak tangga, langsung berhenti. Ia memusatkan matanya pada Papa—Andrea William yang baru saja keluar dari ruang semedinya—sebut saja ruang Matahari-nya Papa. Entahlah, El tidak tau kenapa Papanya memberi nama ruang yang berisi buku, barang antik, semua yang berbau lama dan tempat Papa membuat puisi itu disebut ruang Matahari

El & Clau [#DS2 El]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang