}Pukul Sebelas

31 9 4
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Burung-burung hantu pun berkeliaran ke sana ke mari.

Namun, sesosok laki-laki masih berkutat dengan pensil, kertas, dan tumpahan kerinduannya pada pemilik hati.

Pensil itu menari-nari. Sesekali ia melakukan peregangan leher dan menyesap kopi susu yang selalu ia buat tiap malam.

Manik matanya cukup tenang, akan tetapi hatinya begitu gaduh. Belum lagi, pikirannya yang kini berjalan-jalan mengitari luasnya bumi.

Ia pendiam, bahkan tak banyak bicara. Selagi masih bisa diungkapkan melalui tulisan, mengapa harus merelakan membuka suara?

Malam-malam yang ia lalui sama. Sendirian di ruangan yang remang-remang bersama dengan untaian panjang dan seutas harapan.

 Sendirian di ruangan yang remang-remang bersama dengan untaian panjang dan seutas harapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Wyn

DIMNESS [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang