Bara di Mata Bary bab 14
Dinar Astiranindra
Jantungku lumayan berdegup kencang saat melihat Si Om ladusah berjalan kedepan sambil menerima sertifikat penghargaan dari kepala sekolah. Wajahnya sulit kubaca, mirip wajah si Damar kala melihat hasil tugas fisikaku. Kulihat dia mengangguk dan lalu mulai menatap para ibu-ibu yang juga menatapnya. Ck. Bahkan suara mereka gak pake akhlak. Gak pake gengsi, bisik-bisik kok sampe kedengaran sama aku.
“Eh Jeng ganteng banget bapak si kembar.”
Oh jelas.
“Pantes ya Damar cakep.”
Hah! Jelas!
“Egh tapi, bapaknya si kembar udah meninggal itu, tuh calon bapak. Jadi jangan disamain,” cetus salah seorang ibu-ibu yang badannya agak gemukan dikit pake konde.
“Oalah jadi bukan bapaknya ya. Pantes yang cewek badung, ya.”
Saking gregetnya aku sampai lupa kalau yang kukunyah adalah permen karet. Sebab karena mendengar omongan mereka, permennya kutelan. Sialan bener.
“Bener loh banding terbalik. Anakku saja sering bilang lo bu, kalau sodaranya Damar itu biang kerok di sekolah, jangan sampai ya anak kita berteman dengan dia. Jangan sampai jadi virus. Kalau mau anak kita baik ya bikin lingkungan baik juga.”
“Bener jeng. Jangan sampai. Eh..tuh calon bapaknya Damar suaranya bagus…. Kita lanjutin denger yuk.’
Luara biasa aku di omongin. Bener-bener mulut ibu-ibu nih kalau ngomong remnya di umpetin di konde. Pantes anaknya jago buli, lah mamaknya julid macem ini. Oke guys liat aja nanti.
“Yang terhormat para guru dan orangtua wali yang saya hormati, senang sekali rasanya saya diberi kesempatan untuk berbagi bersama seluruh para wali murid yang luar biasa ini. Sebenranya saya bingung mau membagikan apa karena sebenarnya yang memiliki peran dalam merawat mereka adalah ibunya, saya yah..hanya seorang Ayah. Tapi jika diminta berbagi saya ingin ikut berpartisipasi berbagi saja pak. Bagaimana kalau saya ikut dalam pengadaan hunian sementara buat para pengungsi? Saya yang akan mengadakan bahan baku beserta pekerjanya, sekolah tinggal mengecek dan membantu saya membuat list kebutuhan lalu akan menerima bukti dan pembuatannya nanti, bagaimana? “
Tetiba seisi ruangan hening. Bisik-bisik para ibu-ibu sudah tak lagi kudengar, bahkan aku bisa mendengar tarikan napas panjang si Om. Apa Mungkin hanya aku saja yang gembira melihat Om LADUSAH terlihat mempesona diatas sana? Huh! Apalagi dengan defenisi berbagi yang dia maksud. Ternyata aku gak salah pilih. Dia harus jadi ayahku, gak mau. Pokoknya dia harus jadi ayahku. Fotonya bakal kukasih siang ini juga.
🏵🏵🏵🏵
Raguan
Kuajak bondan berjalan sedikit menjauh dari tempat kami semula, beberapa orang mulai memperhatikan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara di mata Bary
Romance(Bacaan untuk dewasa) 21+ Baryndra Ahmad Maliki tidak pernah tahu jika dia memiliki sepasang anak kembar setelah menceraikan istrinya belasan tahun silam. Situasi yang tak biasa, di tengah semua masalah yang menghimpit, membuatnya harus meninggalkan...