26-60
Baryndra
Aku tidak pernah berharap jika akan mendapatkan hadiah besar seperti ini. Sudah lama sejak aku memimpikan pelukan Guan. Pelukan yang nyaris menyiksa. Belum lagi tangan Guan yang makin memaksaku agar merapat padanya. Bibirnya terus menari di bibirku dan tidak memberiku pilhan banyak selain membalasnya. Jujur kontrol tubuhku sebentar lagi lenyap jika ini berlangsung lama. Sebelah tangan guan bahkan makin menekan leherku.
“Gu…mmpphh… Guan! sadarlah….” Bisikku disela aktifitas kami. Semua bagaikaan buah simalakama. Aku masih menjaga agar tanganku masih mencengkram kuat pinggiran ranjang. Aku tahu kemana tanganku akan bertengger jika ia kubiarkan tidak terkontrol. Holy shit.
Lampu telah sepenuhnya menyala, raungan kipas angin yang letaknya di langit kamar mulai terdengar dan telah berputar. Kipas angin baterei sudah tidak lagi dibutuhkan. Diantara semua pengalihan yang kulakukan ternyata aku masih belum siap menerima reaksi Guan saat sepenuh sadar. Tangan Guan masih dalam posisi memeluk leher dan menari di bibirku, saat kedua matanya membeliak terkejut. Tubuhku di dorong secara tiba-tiba dan kami secara bersamaan mengambil napas sebanyak yang kami bisa. Ck, siapa yang mengajari Guan cara mencium seperti itu? Sialan. Aku pasti tidak akan pernah tidur dengan nyenyak karena terus terbayang reaksi Guan.
“Kamu? Berani kamu, kenapa aku bisa di sini?,” ucapnya marah lalu segera duduk dan menyugar rambut Panjang. Dan demi Tuhan itu semakin membuatku menarik napas frustrasi karena bisa menyaksikan setengah dari harta karun Guan membusung congkak.
“Kamu pingsan di Balaroa, aku menyelamatkanmu dan membawamu kesini, kamu punya banyak sumberdaya yang bisa segera digunakan, jadi, aku tidak memiliki pilihan lain selain membawamu segera kesini.”
“Alasan. Dan kamu sengaja mencari kesempatan.”
“Aku berkata bohong jika tidak senang, tapi kamu pasti bisa menebak, siapa pihak yang lebih mendominasi tadi, aku yakin kamu sepenuh sadar.”
“Stop.”
“Kamu pasti ingat bagaimana tanganmu.”
“Stop”
Aku masih ingin menyelesaikan perseteruan kami saat aku mendengar suara langkah kaki dan itu berhenti tepat di depan pintu. Dengan kecepatan penuh aku segera menguncinya dan tetap berdiri di sana. Sungguh aku tidak ingin berbagi pemandangan indah ini dengan siapapun. Ini adalah milikku.
“Bos, tim Ibu Guan sudah menunggu,” kata Ralik dari balik pintu.
“Baik, lima menit. Lima menit lagi dia akan siap,” jawabku cepat.
“Kamu tidak bisa mengelak Guan, dan aku mohon dengan sangat, sungguh aku akan berbuat apapun asal kamu mau memaafkan kesalahanku dan memberiku kesempatan lagi,” Ucapku cepat saat merasa Ralik sudah menjauh.
“Jangan pikir aku mau saja kamu bodohi Baryndra, diantara kita sudah lama selesai. Simpan hayalanmu jauh-jauh.”
“Tapi kesempatan diantara kita masih ada Gu, kamu tidak boleh membohongiku.”
“Mimpi kamu. Simpan bualanmu jauh-jauh.”
“Kamu pasti ingat saat lampu menyala, siapa yang lebih mendominasi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara di mata Bary
Romance(Bacaan untuk dewasa) 21+ Baryndra Ahmad Maliki tidak pernah tahu jika dia memiliki sepasang anak kembar setelah menceraikan istrinya belasan tahun silam. Situasi yang tak biasa, di tengah semua masalah yang menghimpit, membuatnya harus meninggalkan...