02

965 114 4
                                    

Hari sudah petang, semburat orange kemerahan dilangit sore menemani perjalanan sekolompok orang misterius. Sebuah Mobil berwana merah mulai memasuki area pedesaan. Udara perkotaan yang kotor mulai digantikan oleh jernihnya udara pedesaan. Keramaian kota juga tidak sesunyi di pedesaan.

Mark memutar setir ke kiri, seiring dengan mobilnya memasuki pekarangan rumah. Rumah dengan halaman yang cukup luas, dimana ada halaman kosong disisi kanan, kiri, juga belakang rumah. Sehingga jarak rumah tersebut agak jauh dari jarak rumah lainnya.

Mobil Mark berhenti, semua yang menyadarinya langsung bersiap-siap untuk keluar. Yuta yang pertama keluar, diikuti Mark, Jeno, lalu Kun. Ada yang tertinggal?
Ya, Haechan! kurasa ia tertidur.

"Ini rumahnya?" tanya Kun menatap rumah mewah yang berdiri kokoh didepannya.

"Hm, alamatnya benar ini!" respon Mark sambil memastikan alamat yang tertera di ponselnya itu benar.

Yuta, Kun, dan Mark terlebih dulu masuk ke rumah tersebut. Sementara Jeno masih celingukan, seolah mencari keberadaan seseorang. Ia menepuk dahinya ketika melihat Haechan yang masih tertidur dijok mobil belakang.

"Ya! Lee Haechan! Cepat turun!" teriak Jeno kembali ke mobil.

"Hah?Mwo-ya!" teriak Haechan masih setengah sadar.

Jeno menatap datar orang didepannya itu. Tak mau menunggu lama sehingga ia menarik Haechan untuk segera turun dan masuk kerumah. Haechan hanya diam dan menurut saat ditarik Jeno, tak ada tenaga untuk melawan karena baru bangun tidur.

"Woah!!! Daebak!!" teriak Haechan tiba-tiba setelah memasuki rumah yang akan jadi penginapan mereka.

Jeno reflek menutup telinganya sementara Kun sudah sigap menutup mulut Haechan sebelum teriakan anak itu semakin keras dan membuat gendang telinga mereka pecah.

"Ini rumah siapa? Jangan-jangan rumah Taeyong Hyung!" seru Haechan terkagum-kagum melihat interior rumah yang terbilang cukup mewah.

"Bukan! Ini rumah sewaan!" sahut Yuta seraya berjalan menuju sofa yang terletak diruang tamu. Sofa berwana merah bata yang sangat halus seolah dilapisi kulit domba.

"Sungguh? Berapa uang yang ia sewa untuk rumah ini?" respon Kun tak percaya dengan apa yang didengarnya. Pasalnya rumah ini begitu besar. Tidak mungkin jika menyewa rumah ini tidak menguras kantong.

"Tak terlalu mahal, rumah ini sudah kosong sekitar seminggu yang lalu, pemiliknya pindah karena sering terjadi pencurian diarea pedesaan ini," papar Yuta yang sudah mendudukkan diri disingle sofa berwarna merah bata.

"Benarkah? Jangan-jangan dia orang yang sama dengan orang yang membobol bank?" tebak Mark setelah mendengar penjelasan Yuta.

"Hem, mungkin!" sahut Jeno setuju, mungkin saja pencuri itu termasuk dalam kasus pembobolan bank itu.

"Kita harus berjaga-jaga jika tinggal disini!" Yuta menatap ketiga wajah itu serius. Mereka mengangguk patuh. Tunggu, ketiga? Bukankah harusnya empat?

"Dimana Haechan?" tanya Mark celingukan.

"Hah?"

"Lagi-lagi anak itu," eluh Jeno seraya beranjak dari duduknya. Berniat mencari Haechan yang sudah ngacir entah kemana.

Padahal belum ada sepuluh menit mereka masuk ke rumah itu, Haechan sudah hilang saja. Berujung Mark dan Jeno yang mencari Haechan ke sekeliling rumah. Sementara Yuta dan Kun sibuk dengan urusan penyelidikan besok. Lagipula Haechan pasti hanya berkeliling rumah. Mereka tak perlu khawatir.

×××∆∆∆×××

Jeno menaiki tangga penghubung lantai satu dan lantai dua. Berniat mencari Haechan di lantai dua. Ia sudah membuka setiap ruangan disana tak ada Haechan disana, meninggalkan satu ruangan dipojok lorong. Saat ia akan menghampiri ruangan itu tiba-tiba terdengar teriakan. Yang sepertinya juga dari ruangan itu

Mysterious Detective-NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang