12

484 74 14
                                    

"Kumpulkan yang lainnya besok pagi!"

Yuta beranjak dari duduknya, berjalan menuju sebuah ruangan yang kuduga itu adalah kamar. Meninggalkan Kun yang masih berkutat dengan ponselnya.

"Jika benar apa yang dibilang Jeno soal dua organ tubuh akan hilang setiap pembunuh itu melancarkan aksi, berarti ada sesuatu dibalik angka dua. Kemarin bola mata? Apa arti filosofis dari bola mata yang diambilny-"

"Kau tidak tidur?" suara Yuta dari ambang pintu kamar secara tiba-tiba memotong monolog Kun.

"Ah, iya!"sahut Kun beranjak dari duduknya lalu menyusul Yuta.

Kali ini mereka sekamar, dan giliran Jeno yang sekamar dengan Mark sedangkan Haechan sendirian. Kalau kata Haechan, "mumpung dirumah Johnny Hyung, mau leluasa sekamar sendirian"

***

Nyatanya Haechan masih belum tidur, jarum jam sudah menunjuk pukul 3 dini hari. Lampu kamar sudah ia matikan, namun matanya tak kunjung terpejam. Sepertinya insomnya kumat lagi. Terlihat beberapa kali ia mengganti posisi tidurnya, entah itu miring ke kanan atau kiri. Tak ada perubahan sama sekali, matanya masih sulit sekali itu terpejam.

Tiba-tiba ia mengubah posisinya menjadi duduk. Menyalakan kembali lampu tidur yang ada diatas nakas. Tatapannya terlihat lelah, kepalanya pusing karena tak tidur.

"Hah! Kenapa ingatan itu terus terulang dikepalaku!" eluhnya kesal seraya mengacak rambut coklatnya.

"Taeyong Hyung...." lirihnya.

Haechan menyikap lengan kemeja yang ia gunakan hingga ke pangkal siku. Dapat dilihat semua bekas jahitan memanjang dari pangkal siku hingga ke lengan atas. Sudah lama sekali, namun memang bekasnya tak akan pernah hilang. Dan karena itu juga Haechan akan selalu mengingat kejadian tentang bagaimana jahitan itu ia dapatkan.

"Sudah 5 tahun, namun masih terasa sampai sekarang!"

Haechan kembali menurunkan lengan kemejanya, menutupi bekas jahitan itu. Namun ia masih tak kunjung tidur. Ia meraih ponselnya yang ia letakkan di atas nakas. Mencoba menyalakan ponselnya, tapi tak menyala.

"Sial! Baterainya habis!"

Haechan beranjak dari tempat tidurnya, berjalan malas menuju colokan untuk mencarger ponsel. Sementara menunggu baterai ponselnya terisi, perutnya mendadak minta diisi juga.

Haechan berdecak kesal kenapa disaat seperti ia merasa lapar. Mau tak mau ia berjalan gontai menuju dapur. Beruntungnya kamarnya dilantai bawah, ia jadi tak perlu menuruni tangga.

"Hm? Lampu dapur nyala? Siapa yang didapur?" monolognya sembari mendekat ke dapur.

Seseorang disana tengah berjongkok didepan lemari es yang terbuka. Sibuk mengotak-atik isi didalamnya, entah apa yang ia cari. Tiba-tiba terbesit ide jahil dikepala Haechan. Matanya mengedar mencari benda yang bisa dilempar. Ketemu! Sebuah centong sayur. Haechan bersembunyi dibalik tembok pintu dapur, lalu melemparkan centong sayur dadi kedalam area dapur.

Ting!

Orang itu terkejut, menolehkan kepalanya kebelakang dan menemukan centong sayur yang sudah tergeletak dilantai. Sementara yang ia lihat tak ada seorang pun selain dirinya didapur.

Mysterious Detective-NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang