Chapter 3 : Sekilas Mata

22 4 0
                                    

Jendela kamar yang terbuka lebar, membiarkan angin malam hari lewat begitu saja. Dia mengambil buku diary dimeja belajarnya, buku usang yang tidak pernah tersentuh orang lain. Dia duduk dikasur, bersender, menekukan kakinya sehingga bukunya mendapat alas untuk dibaca.

" Lisa's Memories "

Begitulah tulisan dicover bukunya, buku berwarna merah yang sudah usang, buku yang sudah lama dia gunakan, dia selalu bahagia ketika menatap bukunya itu.

Senyumnya bertambah lebar ketika dia membuka halaman pertama bukunya. Menatap sebuah foto yang terselip, senyumnya tidak bisa berhenti berekspresi, matanya berkunang-kunang, air matanya perlahan jatuh.

Kenangan pahit masa lalunya berhamburan dengan kenangan yang ingin dia rasakan kembali, dia tidak pernah melupakannya.

Dia menurunkan kepalanya, memeluk erat kakinya, meringkuk tersedu pilu.

"Maaf, aku mengacaukan segalanya, aku menginginkannya."

                              -----------------------

Lisa bergegas menuruni anak tangga dirumahnya, tampaknya dia bangun kesiangan pagi ini. Rambutnya masih acak acakan, mata pandanya tampak sedikit, dia belum merias wajahnya.

"Pagi Lisa, tumben bangun lebih siang, ayo sini cepet sarapan bareng," ucap Nana, ibu Lisa, dari meja makannya.

"Pagi mama, maap ma, Lisa begadang semalem hehehe." Dengan nafas yang tidak beraturan karena terburu buru, dia memeluk ibunya dan mencium pipinya.

Nana tampaknya menjadi sosok ibu yang baik bagi keluarganya, dia tegas tetapi tidak dengan pemarah, "Iya udah gapapa, yang penting ga telat sekolah," ucapnya.

"Eh mbak, mbak habis nangis ya semalem, matanya sembap begitu?" Sheena yang sedang mengoles selai coklat dirotinya menyadari kakak perempuannya menangis semalaman.

Sheena Dewi Kirana, anak SD berusia sepuluh tahun, anak dengan rambut kuncir dua yang cerewet dan suka meledek kakaknya. Dia adalah malaikat penyegar suasana dikehidupan keluarga Nana, anak kedua sekaligus anak terakhirnya.

"Ih apa apaan sih kamu, orang mbak habis begadang," ucap Lisa dengan wajah mengintimidasinya.

Lisa segera beranjak duduk disamping Nana, bersebrangan dengan Sheena. Roti tawar, selai nanas, dan segelas susu putih rendah lemak tampaknya sudah menjadi kebiasaan Lisa setiap pagi, dengan beralasan berat badan idealnya terjaga sempurna. Dia sangat menghindari makanan kaya lemak, makanan yang bisa menaikan berat badannya dengan cepat.

"Lisa, gimana hari pertama sekolah kamu?" tanya Nana.

Lisa menghadap ibunya, dia tersenyum kecil menandakan dia sangat bahagia. Lisa mulai bercerita mengenai teman teman barunya dan dia sangat bersyukur, Diva teman kecilnya berada di ruangan yang sama dengannya.

"Bagaimana dengan lelaki itu?" Nana tersenyum kecil, matanya berekspresi meledek Lisa.

"Ihh mama," ucapnya malu.

Lisa menundukkan kepalanya, sambil menghabiskan roti tawar yang sudah dia oleskan dengan selai nanas. Dia bercerita singkat mengenai pertemuannya dengan lelaki itu. Wajahnya tersipu malu tetapi hatinya sangat bahagia, itu adalah pertemuan yang sudah lama dia nantikan.

Sheena yang masih terjaga baik hanya melirik sesekali, memikirkan apa yang sedang kakaknya bicarakan.

Nana hanya tersenyum mendengarkan cerita anaknya. Lisa sudah sering berkeluh kesah mengenai lelaki itu, tetapi dia tidak pernah memberi tahu siapa lelaki itu, bahkan namanya, Nana tidak tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang