#10

532 89 34
                                    

Suara kicauan burung terdengar jelas. Desiran air ombak pun kian terdengar, gelak tawa gadis kecil memenuhi gendang telinga milik Hyunjin.

Perlahan matanya kembali di buka untuk melihat apa yang kali ini terjadi.

Masih teringat jelas sebelumnya, apa yang tengah terjadi padanya. Dan saat ini, ia yakin dirinya masih berada di alam gaib.

Cahaya mulai masuk kedalam retinyanya kala mata itu mulai terbuka.

Hamparan sejauh mata memandang adalah air pantai yang berwarna biru indah. Pasir kecoklatan menjadi tumpuan badannya saat ini.

Hyunjin yang terbaring di sana mulai merubah posisinya untuk duduk diatas pasir.

Apa yang terjadi?

Itu salah satu pertanyaan dalam benaknya. Hyunjin menelusuri setiap tempat yang mampu ia jangkau dengan mata telanjangnya.

Jauh di sebelah kiri, ia melihat bayangan kekasihnya tengah bermain dengan seorang gadis kecil kira kira berusia 7 tahun.

Rasanya begitu hangat di dada, namun semua ini hanyalah gambaran kecil dari apa yang di inginkan oleh setan kecil yang lahir karena dirinya.

Setetes air mata turun dari pelupuk matanya, rasa penyesalan kini barulah hadir. Ia ingat, kala Bangchan menatap janin yang sudah tidak terbentuk saat itu dengan tatapan sedihnya.

Apa mungkin bayangan kekasihnya yang kini terlihat sedang bermain air bersama dengan gadis berumur 7 tahun dan bayangan dirinya yang tampak begitu bahagia adalah keinginannya juga?

Dulu saat pertama kali Hyunjin menyatakan jika dirinya hamil  5 bulan pada Bangchan, bukankah dirinya juga yang berucap jika ia tidak siap untuk kehamilan itu?

Bangchan hanya berucap gugurkan saja kala itu. Jika Hyunjin tidak akan mau nerima maka Chan hanya mengikuti keinginan dirinya saja.

Lagi, Hyunjin kembali mengingat tatapan Bangchan saat sebelum melakukan pengguguran di hari itu.

Mata kekasihnya menatap perutnya dulu, ya Hyunjin masih mengingatnya. Saat ia bertanyapun Chan hanya menanyakan keinginannya bukan mengeluarkan pendapatnya.

Hiks hiks

Isakan tangis mulai keluar dari diri Hyunjin. Hatinya benar benar sakit saat ini setelah mengingat jika dirinyalah yang terlalu egois.

Masa depan, masa depan yang ia inginkan adalah kesuksesan dirinya sendiri. Tanpa ia sadari dirinya telah melenyapkan terlebih dahulu masa depannya sendiri karena egonya yang kala itu sangat tinggi.

Jika ia tau akan sesakit ini, mungkin dulu ia akan mempertahankan kehamilannya. Namun semua itu kini tinggal lamunan, lamunan yang tentu tidak akan pernah ia gapai untuk selamanya.

Suara isakan yang Hyunjin keluarkan kian mengeras, sampai ia memilih untuk menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan miliknya.

Tuhan ini benar benar menyakitkan dan begitu memalukan. Apa yang harus aku lakukan untuk menebus dosa yang telah di perbuat sebelumnya?

Jika aku mati, apakah masih pantas aku menghadap padamu? Dan jika aku hidup apa pantas diri ini bisa berbahagia sedangkan dia telah lebih dulu aku biarkan, aku telantarkan di tempat seperti ini sendirian?

Apa harus aku menetap disini, menemani si kecil tanpa peduli mereka yang mungkin sudah tidak lagi peduli padaku? Atau haruskah aku tetap kembali keduniaku yang seharusnya dan kembali membiarkan dia sendirian?

Selesai ia berucap dalam hati, ia kembali menurunkan tangannya yang menutup wajahnya yang lalu kembali memandang kearah dimana bayangan keluarga kecilnya sedang bermain dan berbahagia bersama.

Peek A Boo / Chanjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang