Chapter 10

196 27 0
                                    

To all the boys: PS. I Still Love You

[Well... Itu semua terserah padamu. Kau ingin ku bawakan surat itu atau tidak?]

"Tolong beri aku waktu"

[Okay... Aku akan menunggumu]

.
.
.
.
.
.

Dari balik jendela kulihat derasnya rintik hujan dan gemuruh petir dengan wajah murung aku berjalan gontai ke arah dapur untuk membuat kopi.

Ku nyalakan kompor untuk memasak air panas. Sambil menunggu air rebusan matang,aku kembali menatap hujan malam. Hujan ini terkadang mengingatkanku saat-saat indah ketika bersamanya 7 tahun yang lalu.

FLASHBACK (7 Tahun yang lalu)

Saat aku melihat dirinya dari belakang, nafasku serasa tertahan tapi sayangnya dia tak pernah sekalipun menatapku. Ahhh..... Aku ingin sekali saja ia melihat ke arahku. Apa perlu aku mencoba memantrai dia??

'Lihat ke belakang! Lihat ke belakang! Hei! Lihat ke belakang!!! Oh tidak dia melihatku!!'

Entah karena aku berhasil memantrainya atau itu hanyalah sebuat kebetulan, saat aku tak sengaja bertatapan dengannya jantungku berdetak sangat kencang. Astaga ini benar-benar luarbiasa!!

Mungkinkah ini yang dinamakan cinta? Tapi sepertinya aku tidak punya kesempatan.

Aku sangat tahu ada banyak wanita yang menyukainya. Selain wajahnya yang tampan, ia juga pintar dan punya sifat yang baik.Aku suka segala tentang dirinya, tidak sepertiku yang hanyalah orang biasa, yang hampir setiap harinya diabaikan oleh orang lain. Aku tidak terlihat.

Sudahkah aku mengatakan bagaimana penampilan dan kepribadianku? Itulah alasannya.Tidak mudah bagiku untuk bisa bersosialisasi dengan orang lain,  dan aku juga tidak terlalu suka banyak bicara.

"Gun, ayo kita pulang sama-sama"

Dengan tersenyum aku menerima ajakannya dan seperti biasa ikut berjalan pulang bersamanya. Selama beberapa menit berjalan bersama kami tidak saling bicara lalu tiba-tiba Oab memanggilku "Gun"

"Ya?" jawabku gugup.

"Gun, ada sesuatu yang ingin ku beritahukan padamu"

"Apa? Oh... Apa yang ingin kau beritahukan padaku?"

"Aku akan pindah sekolah ke luar negeri"

"Apa? Apa kau serius?"

"Iya, aku serius"

"Kapan kau akan pindah?" tanyaku lagi.

"Minggu depan"

"Aku... Tidak tahu harus berkata apa" ucapku dengan nada pelan.

"Jangan ucapkan salam perpisahan... Kita cukup jalani saja seperti biasa"

"Sejujurnya aku cukup sedih karena kau akan pergi jauh"

"Aku juga sedih karena harus pergi secepat ini... Ada sesuatu yang belum sempat ingin kuberitahu pada seseorang"

"Kau masih punya waktu.... Jika itu sesuatu yang penting kau masih bisa memberitahunya sekarang. Kurasa ini belum terlambat" balasku.

"Haha sudahlah... Kurasa itu tidak perlu ku lakukan lagipula aku akan segera pergi jauh"

"Well.... Itu semua terserah padamu. Jaga dirimu baik-baik ya selama kau disana"

"Iya pasti" jawabnya dengan tersenyum

"Entah mengapa kita sudah sampai dirumahmu secepat ini... Rasanya waktu berlalu begitu cepat"

"Haha... Kau benar tapi aku sangat menikmati setiap detik obrolan kita"

"Sialan hentikan itu, kata-katamu itu membuatku merinding"

"Oke... Oke... Aku akan berhenti sekarang tapi apa yang kukatakan tadi memang serius"

"Aku pergi ya... Sampai ketemu besok di sekolah"

"Oh ya sebelum kau pergi, ada satu lagi yang ingin kuberitahukan padamu"

"Apa itu?"

"Soal kepindahanku... Kau adalah orang pertama kuberitahu tentang itu" ucapnya sambil mengedipkan matanya ke arahku.

FLASHBACK END

Aku langsung tersadar dari lamunanku, ketika aku mendengar suara teko yang berbunyi keras aku langsung mematikan kompor.

Setelah selesai membuat kopi, aku mematikan lampu di ruang dapur lalu pergi ke ruang kamarku sambil membawa secangkir kopi ditanganku. Sesampainya di kamarku, aku duduk di bangku meja belajarku sambil menikmati secangkir kopi.

Aku kembali memikirkan perkataan Oab padaku beberapa jam yang lalu dan sedikit mengenang momen 7 tahun yang yang lalu. Aku ingat saat itu adalah pertama kalinya aku mencoba menulis surat cinta pertamaku. Aku terus saja duduk di mejaku memikirkan keputusan yang tepat untuk diriku hingga tengah malam.

Sejujurnya aku tidak terlalu ingat apa saja yang kutulis saat itu dan aku sangat penasaran isi surat yang ku tulis untuknya. Masalah itu sangatlah membebaniku.

Sebenarnya apa maksud dari semua ini Tuhan? Kenapa harus sekarang? KENAPA??

Ku tatap ponselku cukup lama. Apa perlu ku telpon sekarang? Ini sudah tengah malam, mungkin saja sekarang ia sudah tidur. Tapi aku harus segera menyelesaikannya, agar aku bisa tenang. Baiklah... Kurasa ini keputusan yang tepat, aku harus menelponnya sekarang.

Selama aku menunggu balasan panggilan dari Oab, jantungku berdebar dengan kencang.

[Halo]

"Halo, ini aku Gun"

[Aku tahu]

Aku benci rasa percaya dirinya, dia menyapaku seolah-olah sudah tahu akan menghubunginya.

"Aku akan meminjam surat itu sebentar setelah itu aku akan langsung mengembalikannya padamu"

[Baiklah, besok siang kita ketemu di tempat kerjaku jam 11]

"Apa? Kenapa harus di tempat kerjamu?"

[Datang saja kesana besok, setelah ini akan ku kirimkan alamatnya padamu]

"Baiklah... Aku akan kesana besok"

[Oke, sampai ketemu besok]

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

To all the boys: PS. I Still Love You  II Gun Atthaphan Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang