Menurut perasaan keempat remaja itu, Tiga atau empat hari berikutnya benar-benar sempurna. Langit biru, matahari bersinar cerah, di tepi jalan ada sungai tempat mereka bisa mandi-mandi. Dan kemanapun mereka pergi selalu ada dua rumah beroda yang mengiringi. Jauh sekali mereka berpergian, melewati jalan-jalan yang masih asing bagi mereka. Apalagi yang masih kurang untuk empat remaja yang melancong sendirian?
"Aku lebih senang liburan seperti ini dibandingkan dengan liburan-liburan kita sebelumnya," kata Anne. Saat itu ia sedang sibuk memasak sesuatu dalam panci. "Menarik tanpa mengalami ketegangan! Dan walaupun Julian menyangka dialah yang memimpin rombongan kita sebenarnya aku yang menjadi kepala! Kalian takkan pernah beres mengatur tempat tidur atau memasak atau membersihkan karavan. Untung saja ada aku!"
"Jangan sombong!" Ujar George. Padahal ia merasa sedikit bersalah karena memang Annelah yang melakukan sebagian besar tugas sehari-hari.
"aku bukan sombong!" Kata Anne tersinggung.! Aku cuma menyatakan kebenaran. Kau sendiri, George, mana pernah sekali saja membereskan tempat tidurmu. Aku bukannya keberatan—aku senang bisa mengurus dua rumah beroda."
"Kau memang pengurus rumah tangga yang baik," kata Julian memuji. "Tanpa kau pasti kami tak mampu melakukannya."
Air muka Anne menjadi merah karena bangga. Ia mengangkat panci dari api unggun lalu menuangkan isinya ke empat buah piring. " Ayo cepat makan sementara masih hangat."
Caranya memanggil saat itu persis seperti ibu.
"Aku lebih suka makanan yang dingin," kata George."tapi rasanya makanan itu tak mau dingin-dingin juga walaupun hari sudah sore."
Mereka sudah empat hari berjalan. Anne sudah tidak lagi terus-terusan menanyakan mana bukit-bukit tempat rombongan sirkus berkemah karena masih belum nampak juga. Dalam hati ia bahkan berharap takkan menemukan bukit-bukit. Ia sudah senang setiap hari menyusuri daerah pedalaman yang begitu indah.
Sementara George membantu Anne mencuci peralatan makan di sebuah selokan yang cokelat airnya, Julian mengambil peta. Ia menelitinya sementara Dick ikut memperhatikan.
"Kita sekarang kira-kira ada disini," ujar Julian sambil menunjuk suatu tempat di peta."kalau begitu kelihatannya besok kita akan sudah sampai di bukit-bukit yang ada danau di lembahnya. Jadi besok mungkin kita akan berjumpa dengan rombongan sirkus."
"Bagus!" Sambut Dick. "Mudah-mudahan saja Nobby ada di sana. Dia pasti senang mengantarkan kita melihat-lihat. Mungkin pula dia akan bisa menunjukkan tempat perkemahan yang baik untuk kita."
"Ah, itu bisa kita temukan sendiri," kata Julian. Ia saat itu merasa bangga karena tempat tempat perkemahan yang dipilihnya ternyata selalu menyenangkan."lagipula aku tak ingin terlalu dekat dengan rombongan sirkus karena mungkin baunya agak selalu menusuk. Aku lebih senang di bukit, di atas mereka. Nanti akan kita cari tempat yang indah pemandangannya."
"Betul," sahut Dick, sementara Julian melipat katanya lagi. George dan Anne kembali dengan peralatan makan yang sudah tercuci bersih. Anne mengaturnya dengan rapi di atas rak yang terdapat dalam karavan merah. Trotter yang senang berteman dengan Timmy mencari anjing itu. Mungkin hendak diajak bermain-main. Tapi Timmy sedang berbaring di bawah caravan. Lidahnya terjulur.
Anjing itu tak mau keluar walau Trotter mengendus-endus di dekatnya. Lalu Trotter mencoba hendak menyusul ke kolong caravan. Tentu saja tidak bisa karena tubuhnya terlalu besar. Akhirnya kuda itu merebahkan diri di balik bayangan karavan, sedekat mungkin ke tempat Timmy berbaring kepanasan.
"Si Trotter itu kuda yang kocak," kata Dick."pantasnya ikut main dalam sirkus! Kalian lihat bagaimana ia bermain kejar-kejaran dengan Timmy kemarin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lima sekawan : Berkelana
Adventurehanya menceritakan kembali novel karya Enid Blyton Liburan berkaravan Lima Sekawana ternyata berubah menjadi petualangan yang menegangkan! mereka mengejar rombongan sirkus! Namun beberapa orang sirkus itu punya rencana jahat.... mereka menyekap Lima...