Lou dan Dan Datang Lagi

39 3 1
                                    

Malam itu anak-anak tidur nyenyak. Tak ada yang datang mengganggu. Nobby tidur di atas setumpuk selimut yang dihamparkan di lantai karavan anak laki-laki, ditemani oleh Pongo. Simpanse itu rupanya senang sekali bisa menginap dalam karavan. Timmy agak cemburu karena ada binatang lain menemani anak-anak. Karenanya ia tak mau mengacuhkan Pongo lagi.

Keesokan harinya sehabis sarapan, anak-anak berunding untuk menentukan siapa yang pergi ke kota. 

"Nobby dan Pongo lebih baik jangan ikut karena simpanse itu takkan boleh naik bus," kata Julian. "Jadi mereka tinggal saja di sini."

"Sendirian?" tanya Nobby ketakutan. "Bagaimana jika Lou dan Paman Dan tiba-tiba muncul? Aku pasti takut biarpun ditemani Pongo."

"Yah, kalau begitu aku juga tinggal saja," kata Dick. "Kita kan tidak perlu semua ikut pergi membeli senter. Julian, jangan lupa mengeposkan surat untuk Ayah dan Ibu."

"Pasti tidak lupa," kata Julian. "Lebih baik kita berangkat sekarang juga. Ayo, kita pergi. Jaga baik-baik, Dick, siapa tahu kedua laki-laki jahat itu datang kembali."

George, Anne, dan Julian pergi menuruni bukit. Timmy berlari paling depan. Pongo naik ke atap karavan, memperhatikan mereka pergi. Nobby duduk bersama Dick di serambi yang disinari matahari.

"Di sini enak," kata Nobby sambil menyandarkan kepala di rumput. "Jauh lebih enak daripada di bawah. Aku ingin tahu bagaimana pendapat orang-orang di sana tentang aku dan Pongo. Tuan Gorgio, pemilik sirkus, pasti marah-marah karena Pongo tahu-tahu lenyap. Aku berani taruhan ia pasti menyuruh orang-orang mencari kami."

Dugaan Nobby ternyata tepat. Dua orang disuruh mencari mereka. Dan dua orang itu adalah Lou dan Tiger Dan! Mereka datang dengan menyelinap di antara semak belukar sambil celingukan kalau-kalau ada Timmy atau Pongo.

Pongo sudah merasakan kedatangan mereka lama sebelum keduanya tampak. Simpanse itu memperingatkan Nobby hingga muka anak itu menjadi pucat. Ia takut sekali terhadap kedua penjahat itu. 

"Masuk ke dalam salah satu karavan kami," kata Dick dengan suara pelan. "Cepat masuk!" Biar aku yang menghadapi kedua laki-laki itu--jika betul mereka yang datang. Kalau perlu Pongo akan menolongku."

Nobby bergegas masuk ke dalam karavan hijau lalu menutup pintu dari dalam. Dick tetap duduk di tempatnya. Pongo nongkrong di atas atap sambil memperhatikan.

Tiba-tiba Lou dan Dan muncul dari balik belukar. Mereka melihat Dick, tapi Pongo tak tampak. Kedua laki-laki itu memandang berkeliling mencari anak-anak yang lain.

"Mau apa kalian di sini?" tanya Dick menantang.

"Nobby dan Pongo," bentak Lou. Di mana mereka?"

"Mereka akan tetap bersama kami di sini," kata Dick.

"Tidak bisa!" tukas Tiger Dan. "Aku yang berhak atas Nobby, karena aku pamannya."

"Paman aneh," kata Dick. "Omong-omong, bagaimana keadaan anjing yang kalian racuni?"

Air muka Tiger Dan merah padam, kelihatannya ia ingin sekali melemparkan Dick ke kaki bukit saat itu juga.

"Hati-hati kalau ngomong dengan aku!" bentaknya.

Nobby yang bersembunyi di dalam karavan gemetar ketika mendengar teriakan pamannya itu. Pongo diam saja tapi mukanya menjadi keras dan bengis.

"Yah, sekarang silakan pergi," kata Dick tenang. "Sudah kukatakan untuk sementara Nobby dan Pongo akan tetap di sini."

"Mana Nobby?" tanya Tiger Dan ketus. Kelihatannya kemarahannya sudah nyaris meledak. "Tunggu saja sampai dia ada di tanganku, tunggu saja..."

Dan melangkah ke arah karavan--tapi Pongo bertindak lebih dulu. Takkan dibiarkannya Nobby yang disayanginya itu terancam bahaya. Simpanse itu melompat dari atap karavan dan menerpa Dan yang kaget setengah mati. Orang itu dibantingnya ke tanah. Pongo menggeram-geram hingga Dan sampai ketakutan dibuatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lima sekawan : BerkelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang