Di Atas Bukit

72 12 4
                                    

Keempat remaja itu bingung dan gelisah, karena tingkah laku aneh kedua laki-laki tadi. George menceritakan betapa ia terbangun karena Timmy menggeram. Lalu mendengar kedua laki-laki itu bicara dengan suara pelan.

"Kurasa mereka bukan datang untuk mencuri," katanya. "Kurasa mereka ke mari karena hendak mengadakan perembukan rahasia. Mereka tak tahu karavan-karavan kita masih ada di sini. Buktinya, tadi mereka menubruk."

"Mereka orang-orang kasar yang cepat marah," lata Julian. "Dan aku tak peduli apa yang akan kaukatakan George, tapi malam ini pintu karavan kalian akan kukunci. Aku tahu, Timmy menemani kalian! Tapi ada Timmy atau tidak, aku tak mau menanggung risiko jika orang-orang itu datang lagi."

Anne begitu ketakutan, sehingga George menerima saja keputusan Julian itu. Timmy ikut di dalam karavan. Kedua anak laki-laki kembali ke karavan mereka, yang langsung dikunci dari dalam oleh Julian.

"Aku baru akan merasa lega apabila sudah berada di atas bukit," katanya. "Selama kita masih ada di dekat perkemahan mereka, aku belum merasa aman."

"Sehabis sarapan kita akan langsung berangkat," kata Dick sambil duduk di pembaringannya. "Untung ada Timmy menemani George dan Anne malam ini. Kedua laki-laki tadi kelihatannya sungguh-sungguh ketika hendak menyerangmu, Ju."

"Memang! Dan aku takkan mungkin bisa melawan mereka berdua." Jawab Julian. "Keduanya berbadan kekar dan kuat."

Keesokan harinya keempat remaja itu bangun pagi-pagi sekali. Tak ada yang berniat untuk baring terus sambil bermalas-malasan. Semua ingin cepat-cepat berangkat, sebelum Lou dan Dan muncul lagi.

"George dan Anne, kalian mengurus sarapan – sementara aku dan Dick mengambil kuda-kuda kita dan memasangkannya ke karavan," kata Julian. "Dengan begitu selesai sarapan kita akan bisa langsung berangkat."

Setelah sarapan, mereka berkemas. Mereka sudah duduk di bangku kusir dan siap akan berangkat, ketika nampak Lou dan Dan berjalan ke arah mereka.

"Ah! Kalian berangkat juga rupanya." Kata Dan. Ia tersenyum. Mukannya kelihatan semakin jahat saja. "Bagus! Senang rasanya melihat anak-anak yang mau menurut kata. Kalian akan ke mana?"

"Ke bukit," kata Julian. "Tapi sebetulnya bukan urusan kalian, ke mana kami akan pergi."

"Kenapa kalian tidak mengitari bukit saja?" tanya Lou. "Konyol – lewat sebelah atas. Kuda-kuda kalian nanti akan kepayahan menghela karavan-karavan itu."

Nyaris saja Julian mengataka bahwa ia tidak bermaksud pergi ke seberang bukit lewat puncaknya. Tapi tidak jadi! Tidak – biar saja kedua laki-laki itu mengira mereka akan melanjutkan perjalanan. Kalau sampai tahu bahwa anak-anak bermaksud hendak berkemah di atas bukit, mungkin saja kedua laki-laki jahat itu nanti datang untuk menggangggu lagi.

Julian mendecakkan lidah, menyuruh Dobby mulai berjalan.

"Kami bebas mengambil jalan yang kami ingini," katanya ketus pada Lou. "Dan kami ingin melintasi bukit. Sekarang minggir!"

Karena Dobby menderap lurus menuju mereka, kedua laki-laki itu terpaksa melompat ke tepi. Mereka memandang anak-anak dengan mata melotot dan muka masam. Kemudian terdengar langkah orang berlari-lari. Nobby muncul, seperti biasa diikuti Barker dan Growler.

"He!" serunya kaget. "Kalian mau ke mana sepagi ini? Kutemani sebentar."

"Tidak!" bentak pamannya, sambil menempeleng. Nobby yang sudah kaget, menjadi semakin kaget karenanya. "Anak-anak itu sudah kusuruh pergi, dan sekarang mereka berangkat. Aku tak suka ada orang-orang asing iseng berkeliaran dalam perkemahan kita. Dan kau, jangan mengira mereka ingin berteman denganmu! Ayo, sekarang kau harus melatih anjing-anjing itu. Kalau tidak, kutempeleng lagi nanti – biar matamu berkunang-kunang!"

Lima sekawan : BerkelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang