Penemuan Yang Tak Tersangka

26 4 2
                                    

"He--ada orang datang!" kata Nobby. Pongo menggeram. Terdengar suara-suara dari arah kaki bukit. Disusul gonggong anjing.

"Itukan Timmy, dengan saudara-saudaraku," kata Julian. Ia merasa lega, karena mereka sudah kembali. Ia berdiri, lalu memanggil-manggil.

"Halo! Cepat naik ke atas!"

George, Timmy, Dick dan Anne berlari-lari naik.

"Halo!" seru Dick. "Sudah kami kira di atas aman, karena tadi kelihatan Lou dan Dan di kejauhan, sedang lari di kaki bukit. He! -- Pongo ada di sini!"

Pongo bersalaman dengan Dick. Setelah itu ia mendekati kaki belakang Timmy,  maksudnya hendak menyalami ekor anjing itu. Tapi kini Timmy lebih cepat. Sambil mundur, diangkatnya kaki depannya. Kocak sekali kelihatannya, ketika kedua binatang itu saling bersalaman. Serius sekali!

"Halo, Nobby!" kata Dick. "Astaga! Kenapa mukamu? Kelihatannta seperti habis berperang!"

"Yah, bisa juga dikatakan begitu," jawab Nobby sambil tersenyum lemah. Ia masih kaget, dan karenanya tidak bangkit. Pongo mendatangi Anne, dan mencoba untuk merangkul anak itu.

"Aduh Pongo -- jangan keras-keras," kata Anne. "Ada kejadian di sini tadi, Julian? Datangkah orang-orang itu? Ada kabar baru?"

"Banyak," jawab Julian. "Tapi mula-mula aku ingin minum dulu, karena seharian belum minum. Enaknya, limun jahe!"

"Kita semua haus. Kuambilkan 5 botol -- ah, tidak! Enam, karena kurasa Pongo juga kepingin."

Pongo suka sekali minum limun jahe. Simpanse itu duduk menemani anak-anak di atas serambi batu. Disambutnya gelas yang disodorkan Anne padanya, persis seperti anak kecil. Timmy agak cemburu melihatnya. Tapi ia tidak sampai ribut-ribut, karena ia toh tidak suka limun jahe.

Julian mulai menceritakan pengalamannya sehari itu. Mulai dari bersembunyi di atas atap karavan, lalu kedatangan kedua laki-lai -- yang menyusup ke kolong karavan -- lalu menggeserkannya. Anak-anak mendengarkan dengan mata terbelalak keasyikan. Hebat benar pengalamannya!

Kemudian giliran Nobby bercerita.

"Aku tiba-tiba muncul, sehingga nyaris saja semuanya berantakan," katanya ketika Julian sampai pada penuturannya tentang Lou dan Dan yang tidur mendengkur. "Tapi soalnya, aku harus kemari untuk memberi tahu kalian. Lou dan Dan bersumpah bahwa mereka harus meracuni Timmy, juga apabila untuk itu mereka sebelumnya harus membiusnya, lalu membawanya ke perkemahan dalam karung. Atau kalau tidak, mereka akan mencoba dengan jalan mengetok kepalanya."

"Coba saja kalau berani!" kara George dengan suara segalak-galaknya, sementara lengannya merangkul Timmy. Pongo ikut-ikutan merangkul anjing itu/

"Dan kata mereka, karavan-karavan kalian akan dimusnahkan -- mungkin dengan jalan menyalakan api dikolong. Biar terbakar habis!" kata Nobby melanjutkan laporannya.

Keempat temannya menatapnya dengan rasa ngeri.

"Tapi mereka kan tidak bisa berbuat begitu?" kata Julian, setelah agak surut kagetnya. "Kalau mereka melakukannya juga, pasti akan berurusan dengan polisi."

"Yah, aku cuma meneruskan kata-kata mereka," sambung Nobby. "Kalian belum begitu mengenal Lou dan Tiger Dan, seperti aku. Mereka tak kenal mundur kalau sudah menginginkan sesuatu -- atau menyingkirkan seseorang. Bukankah mereka sudah mencoba untuk meracuni Timmy? Tapi yang menjadi korban malah Barker."

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Anne prihatin. "Sudah sembuh lagi?"

"Tidak," jawab Nobby. "Kurasa ia akan mati. Sudah kuserahkan pada Lucilla agar diobati. Lucilla pandai sekali merawat binatang-binatang yang sakit. Growler kukumpulkan bersama anjing-anjing lain, supaya aman."

Lima sekawan : BerkelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang