4. Berangkat!

88 9 4
                                    

Kedua karavan itu bergerak pelan menyusuri jalan yang lebar. Julian merasa senang sekali. Ia menyanyi sekuat-kuatnya, ditimpali oleh saudara-saudaranya yang mengiringi dengan suara bersama. Timmy menggonggong-gonggong. Anjing itu duduk mendampingi George. Anak yang tomboi itu terjepit di tengah, karena Anne duduk di sisi yang satu lagi. Tapi soal-soal kecil seperti itu tak terasa mengganggu pada hari yang demikian indah.

Donny berjalan dengan langkah-langkah pelan. Kuda itu seolah-olah ikut menikmati kehangatan sinar matahari serta embusan angin lembut yang menegakan surainya. Trotter menyusul tak jauh di belakang karavan pertama. Kuda itu rupanya sangat tertarik pada Timmy. Setiap kali anjing itu menggonggong atau turun dari bangku karena ingin lari-lari sebentar, Trotter pasti memalingkan kepala. Enak rasanya melancong ditemani dua ekor kuda dan seekor anjing. Apalagi anjing seperti Timmy!

Anak-anak sudah sepakat akan menuju bukit-bukit. Di sana mereka berharap akan berjumpa dengan rombongan sirkus. Julian sudah mencari tempat itu di peta. Ia yakin itu tempat yang benar karena ada danau di kaki bukit.

"Lihat," katanya pada saudara-saudaranya sambil menunjuk. "Ini dia—Danau Merran. Taruhan kita akan menjumpai rombongan sirkus berkemah di dekat-dekat situ. Tempatnya baik sekali untuk binatang-binatang piaraan mereka—tak ada orang lain yang mengganggu, air banyak untuk manusia maupun binatang. Dan mungkin pula di situ ada tempat-tempat pertanian, di mana mereka bisa memperoleh makanan."

"Kita juga perlu mencari tempat pertanian yang baik malam ini," kata Dick. "Di situ kita minta izin agar diperolehkan menginap. Untung kita punya buku kecil pemberian Ayah, hingga kita bisa tahu di mana sebaiknya kita bertanya."

Anne sudah asyik saja kalau menginap malam nanti. Mereka akan berkemah di ladang, memasak, duduk-duduk di depan api unggun sampai merasa mengantuk, lalu tidur dalam pembaringan yang sempit. Ia tidak tahu mana yang lebih menyenangkan baginya: menyusuri jalan dengan karavan-karavan yang bergerak pelan atau bersiap-siap untuk bermalam di salah satu tempat. Tapi yang pasti liburan kali ini paling asyik dan menyenangkan baginya!

"Kalau kau bagaimana?" Tanyanya pada George yang sedang sibuk menjadi kusir disampingnya. Saat itu Timmy sedang berlari-lari di sisi karavan, jadi tempat duduk mereka agak lapang. "Kebanyakan liburan kita selama ini selalu penuh petualangan! Memang mengasyikkan—sekali-sekali aku kepingin juga mengalami liburan biasa yang tidak terlalu menegangkan."

"Ah, kalau aku senang petualangan," kata George. Di gerak-gerakannya tali kendali, menyuruh Trotter menderap sebentar. "Aku tak keberatan jika kita mengalami petualangan lagi. Tapi kali ini kurasa takkan ada petualangan, Anne. Rasanya tak mungkin!"

Pukul 12.30 siang mereka berhenti sebentar untuk makan. Perut mereka sudah keroncongan! Dobby dan Trotter dilepaskan. Kedua kuda itu menuju sebuah parit kecil. Di situ tumbuh rumput tebal. Segera saja kedua hewan penghela karavan mereka sudah mengunyah-ngunyah rumput dengan nikmat.

Anak-anak berbaring di tepi parit sambil makan dan minum. Anne Memperhatikan saudara sepupunya.

" Liburan sekali ini mukamu tampak lebih penuh bintik-bintik, George," katanya.

"Masa bodoh!" Kata George. Anak itu tak pernah memedulikan tampangnya. Ia bahkan kesal terhadap rambutnya yang dianggap terlalu keriting sehingga jelas kelihatan bahwa ia anak perempuan. "Kemari kan roti yang berisi tomat, Anne! Wah, kalau kita terus-terusan lapar seperti sekarang, kita akan terpaksa membeli telur, daging, susu, dan mentega di setiap tempat pertanian yang kita lewati!"

Setelah kenyang mereka berangkat lagi titik sekarang giliran Dick yang menjadi kusir. Julian berjalan di sisi karavan mereka, meregangkan otot-otot yang terasa agak kaku. George masih ingin terus memegang tali kendali trotter. Sedang Anne terlalu mengantuk hingga menganggap tidak aman jika duduk terus di depan.

Lima sekawan : BerkelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang