Jamuan Teh dan Tamu Tak Diundang

79 11 5
                                    

Saat itu anak-anak tidak bisa dibilang ingin melihat-lihat perkemahan, setelah Lou bersikap begitu tak bersahabat terhadap mereka. Sebagai ganti mereka mengajak Nobby melihat-lihat karavan mereka. Nobby tak habis-habisnya kagum karena belum pernah melihat karavan-karavan seindah itu.

"Astaga! Kelihatannya seperti istana!" katanya. "Maksudku begitu keran itu diputarairnya akan langsung mengucur? bolehkah aku mencoba? Seumur hidup aku belum pernah memutar keran air!"

Berkali-kali ia membuka dan menutup keran, dan setiap kali berseru kagum pada saat air mengalir keluar. Dipukul-pukulkannya tinjunya ke kasur pembaringan untuk menguji keempukannya. Dikaguminya karpet-karept empuk di lantai serta barang pecah belah yang berkilat-kilat. Menyenangkan sekali kedatangan tamu seperti dia. Anak-anak semakin senang saja pada Nobby. Mereka pun menyukai Barker dan Growler. Kedua anjing sirkus itu tingkah lakunya sopan, penurut, dan periang.

Pongo tentu saja ingin ikut-ikut membuka dan menutup keran. Seprai-seprai yang menutupi pembaringan ditariknya hingga lepas, karena ia ingin melihat ada apa dibawahnya. Bukan itu saja, ia juga mengambil cerek dari atas kompor lalu menempelkannya ke bibirnya yang tebal. Pongo minum sambil menimbulkan bunyi bergeleguk-geleguk.

"Kau lupa sopan santun, Pongo!" seru Nobby kaget sambil menyentakkan cerek dari tangan simpanse itu. Anne tertawa nyaring. Ia suka sekali pada Pongo, dan tampaknya binatang itu juga menyukai Anne. Ke mana pun anak itu pergi Pongo selalu membuntuti sambil mengusap-usap rambutnya.

"Nguk-nguk," terdengar suaranya seperti hendak menyatakan rasa sayang.

"Maukah kau minum teh bersama kami?" tanya Julian sambil melirik arlojinya. "Sudah waktunya sekarang."

"Wah--aku tidak biasa minum teh," ujar Nobby. "Ya, tentu saja aku mau! Tapi kalian tak keberatan jika aku di sini? Aku tak biasa bersopan-sopan seperti kalian. Lagi pula aku agak kotor, pokoknya lain dari kalian. Tapi kalian baik budi."

"Kami senang sekali jika kau mau tinggal untuk minum teh," kata Anne senang. "Akan kupersiapkan rotinya dulu ya! Kau suka roti dengan tumis daging?"

"Tentu saja," jawab Nobby. "Pongo juga suka! Jangan biarkan dia dekat-dekat, nanti semua ia sikat habis!"

Perjamuan teh sore itu menyenangkan. Mereka duduk-duduk di padang rumput, di sisi karavan yang teduh. Barker dan Growler duduk bersama Timmy. Pongo menemani Anne, dan dengan amat sopan ia menerima potongan-potongan roti yang disodorkan. Nobby kelihatan sangat menikmati hidangan saat itu. Makannya banyak sekali, ia terus berbicara dengan mulut penuh.

Anak-anak tergelak-gelak karena tingkahnya yang kocak. Ia menirukan Paman Dan yang sedang melawak. Ia berjumpalitan mengelilingi karavan sambil menunggu Anne mempersiapkan hidangan roti lagi. Kemudian ia makan dengan kepala di bawah dan kaki menjulang ke atas. Timmy melongo melihatnya. Anjing itu mengendus-endus muka Nobby seolah-olah hendak berkata,

"Aneh! Kakinya tidak ada! Ada sesuatu yang tidak beres dengan anak ini!"

Akhirnya semuanya kenyang. Nobby bangkit, hendak pergi. Ia waswas, mungkin saja ia terlalu lama di situ.

"Aku senang sekali di sini sampai lupa waktu," katanya kikuk. "Pasti aku sudah terlalu lama bertamu! Cuma kalian saja terlalu sopan, tak mau mengusir aku. Wah, tehnya tadi nikmat sekali! Terima kasih, Nona karena telah menghidangkan roti yang begitu enak. Tingkah lakuku tidak sesopan kalian, tapi biarpun begitu terima kasih banyak!"

"Kau sangat sopan," Kata Anne hangat. "Kau tamu yang menyenangkan. Jangan segan-segan datang lagi!"

"Terima kasih, aku pasti datang," sahut Nobby. Ia sudah lupa lagi pada kekikukannya yang tiba-tiba muncul tadi. Ia memandang berkeliling dengan wajah berseri-seri. "Mana Pongo? Coba lihat kunyuk itu! Ia mengambil saputangan kalian dan sekarang sedang membersihkan hidung dengannya!"

Lima sekawan : BerkelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang