23

45 10 7
                                    

Sebelumnya,
Chapter ini mengandung Violence and Harassment

So, yeah... Selamat membaca 😘

***

Malam semakin gelap. Tapi, tak menyurutkan gelombang pasang gerakan tubuh para penikmat musik di lapangan outdoor fakultas hukum malam ini.

Kerumuran depan panggung yang lumayan luas semakin memadat. Area sekeliling pun tak luput menjadi tempat singgah para pengendara motor yang kebetulan melintas.  Kebanyakan memang muda-mudi yang tengah menghabiskan sabtu malam di jalanan.

Salah dua di antara lautan manusia itu tak lain adalah Jinee dan Deffo.

"Seru kan?" Deffo berseru cukup nyaring saat mengikuti Jinee yang tengah melipir ke pinggiran lapangan. Capek dia abis joget-joget.

"Hahaha ... Bolehlah~" Jinee menyahut dengan tawa puas.

"Nah, apa gue bilang. Gak bakalan rugi lo dateng malem ini."

"Ya-ya ... Makasih deh karena udah narik gue keluar." Jinee menekan ucapan terima kasihnya hingga mengundang tawa Deffo.

"Haus gak?"

"Bangeeett." Suara Jinee bahkan terdengar serak di bagian ujung.

"Ya udah, gue beli minum dulu. Lo sini aja, booth-nya di seberang soalnya, rame, ntar lo ilang lagi."

"Iye-iyeee, udah sono buru! Dehidrasi nih gue."

Deffo pun segera menyeberangi kumpulan manusia untuk mencapai booth yang menjual minuman.

Sementara Jinee kembali asyik menikmati acara malam itu dari sisi lapangan.

Selang beberapa menit, ketika Jinee masih asyik mengangguk-angguk mengikuti irama lagu yang sedang ditampilkan, serombolan pemuda tahu-tahu telah berkerumun di dekatnya. "Hey, temennya Deffo kan?" tanya salah satunya pada Jinee.

Jinee otomatis menoleh. Ia dapati ada sekitar lima orang yang kini berdiri tak jauh darinya. Meski dengan sedikit kernyitan di dahi, Jinee tetap mengangguk. "Iya, kok tau?"

Dua dari mereka - yang berdiri paling dekat dengan Jinee - tertawa renyah. "Ya kita liat tadi, lo bareng dia."

"Gak usah takut gitu mukanya, kita temen Deffo kok. Betewe, mana anaknya? Kenapa cewek ditinggal sendiri sih?"

Cerocosan salah seorang diantaranya membuat Jinee sedikit merasa lega. Yah, sedikit aja. Karena meski tahu mereka teman Deffo, tapi kan tidak tahu juga apa maksudnya mendekati Jinee?

Dan sebagai balasan, Jinee hanya mengangguk saja. "Lagi beli minum. Tuh ...." Ia bahkan menjawab pertanyaannya tadi sambil menunjuk arah seberang.

Dan tahunya, seketika itu muncul Deffo dari dalam kerumunan dengan dua botol air mineral di tangan.

"Lah, ngapain lu pada di mari?" tanyanya bingung saat mendapati teman-temannya telah berkumpul di tempat Jinee.

"Mau kenalan lah ama calon adek ipar. Lo mah tegaan, bawa cewe kaga dikenal-kenalin ke kita." Salah seorang menyambut penuh drama.

Plak.

Yang tentu saja mendapat geplakan langsung dari Deffo.

"Adek ipar pala lo?" sungutnya keras. Tangannya kemudian menarik Jinee dari tengah-tengah mereka. "Sini, jangan deket-deket mereka. Napas mereka aja penuh dosa," ujarnya sambil lalu.

"Anj*r!" seruan berjamaah yang disusul tawa pecah dari kelima temannya meramaikan suasana. "Bernapas dengan dosa kita ...."

Deffo ikut tertawa beberapa saat, sebelum akhirnya berseru, "Ini temen-temen gue. Pada miring emang otaknya, tapi asyik buat diajak main." Tangannya sembari membukakan salah satu tutup botol minum yang dipegang, lalu menyodorkannya pada Jinee.

Chit-chattingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang