32

31 5 1
                                    

~Markochang~

[10.13]

Komooonn... Gw belumut |
Ajakin jalan buru!!! 🤮 |

| otw

Yeesss 😆 |

***

Marko baru saja tiba di rumah Jinee setelah tadi buru-buru menggeber motor selepas membalas chat-nya.

Motor ia parkir asal di dalam pagar. Karna berpikir akan langsung cabut setelah ini, jadi percuma parkir rapi juga, kan?

Eh, tapi yang dilihatnya pertama ketika masuk kamar Jinee malah temannya itu masih bermalas-malasan di dekat jendela. Marko mendekatinya tanpa ba-bi-bu.

"Heh," sapanya dengan tangan menoyor kepala Jinee yang terkulai pada kusen.

Jinee menoleh. Lalu menatap Marko lamat-lamat, dan diam setelahnya.

"Ngapain lo? Katanya mau jalan, kenapa masih buluk gini?"

"Mon lo tau gak-"

"Kagak!" Potong Marko cepat. Tahu sekali ia bahwa jika Jinee yang dengan muka polos watados ini mengeluarkan kalimat pembuka begitu, biasanya pasti random aja gitu nanti yang diomongin. Percaya deh.

"Cepet siap-siap ah," lanjutnya tanpa ingin memberi kesempatan Jinee menyuarakan pikirannya lebih dulu.

Jinee mencebik. Padahal tadi cewek itu sudah siap buka mulut lho, perihal kumpulan semut yang tengah dilihatnya berjalan membentuk barisan rapi di kusen jendela kamarnya. Malah dipotong. Jahat si Marko mah.

"Buru ah! Keburu gue males juga!" Marko sudah menarik lengan Jinee agar segera beranjak dari posisinya.

"Iye-iye! Tsk!"

"Elo ya, yang tadi nyuruh gue ke sini. Gausah marah!" Seru Marko sembari mengangkat kursi yang tadi diduduki Jinee untuk dikembalikan ke tempat asalnya. "Kebiasaan banget duduk-duduk sok galau deket jendela. Kaya punya otak aja mikir-mikirin sesuatu." Gerutunya lagi.

"Apasiih, bawel, Monyet!" Jinee yang berada di depan pintu kamar mandi jadi kesal dengan gerutuan Marko.

"Apa?" Si B*go malah gak mau ngalah pula.

"Hih!" Jinee mengangkat tinju tinggi-tinggi demi mengekspresikan kekesalannya. Tapi tentu saja tidak benar-benar berniat memukul Marko. Malas jalan dia, jauh.

Setelahnya, ia buru-buru menghilangkan diri di balik tembok kamar mandi. Meski dengan bantingan keras pada pintunya sih. Yah, hitung-hitung itu sebagai pelampiasan.

Marko malah terkekeh geli melihat tingkah Jinee. Kini ia berjalan ke arah lemari Jinee, mengambil sepotong atasan dan bawahan yang bisa Jinee kenakan setelah mandi. Marko hanya mengambil yang dirasanya nyaman untuk Jinee pakai; sebuah sweater abu-abu dan jins putih untuk bawahannya. Well, Jinee tidak terlalu memusingkan penampilan, jadi apapun yang disiapkan Marko biasanya dia pakai saja tanpa protes. Toh, pilihan Marko - yang Jinee nobatkan sebagai manusia rapih itu - tidak pernah buruk kok.

Setelahnya, Marko keluar dan menyibukkan diri di dapur. Menyiapkan sarapan kecil untuk mereka; hanya setangkup roti dengan selai coklat. Yah, sudah terlalu siang sih untuk disebut sarapan, tapi memang mereka belum sarapan sampai sesiang ini - jangan tanya Marko tahu dari mana Jinee belum sarapan, so yah ....

Chit-chattingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang