GAVINDRA| 0.0

468 66 81
                                    

"LO ANJING!"

"Keren lo ngomong gitu?!"

"Emang lo anjing, kenapa?"

"Ngomong baik-baik."

Andra diam tapi mukanya tak bisa berbohong jika dia marah.

"Ngomong aja sendiri." Setelah mengatakan itu Andra berniat untuk pergi. Namun, Gavi mencekal tangannya.

"Tunggu sebentar lagi Ndra."

"Gak."

"Itu artinya lo gak mau berjuang."

Orang gila mana yang mau lagi berjuang setelah tau dia yang dijadikan selingkuhan bukan yang di selingkuhi. Jika saja dia tau mana mau dia.

"Gila lo ya?!"

"Tunggu sebentar lagi biar kita bareng."

"Terserah lo deh." Setelah mengatakan kalimat itu Andra langsung menyentak tangan Gavi lalu berlalu.

"ANDARA SAFIRA!"

"AKHH ..."

Gavi menendang angin. Emosinya meluap. Dia mengacak-acak rambutnya gusar. "Sialan!" Umpatnya.

Gavi pulang ke apartemennya. Dia membanting tubuhnya ke atas sofa panjang. Memijat pelipisnya, memutar otak apa yang harus dia lakulan selanjutnya. Ini tidak seperti yang Andra pikirkan, batinnya.

Dering ponsel yang berada di saku celananya berbunyi. Gavi merogoh saku celana itu untuk mengambil benda pipih itu. Nama Rachel tertera di layar ponselnya.

"Kita putus." Selanjutnya tanpa jawaban dari Gavi sambungan itu terputus begitu saja.

Gavi mengusap wajahnya frustasi. "Sialan!" Umpatnya untuk kesekian kali.

Ponsel itu kembali berdering dengan nama penelpon berbeda.

Rajendra.

Menurut kalian siapa Rajendra? Jika kalian mengatakan sahabat Gavi itu salah besar karena Rajendra adalah Papa Gavi.

Gavi mendengus. Sekesal dan semarah apapun dia pada Papa nya saat pria itu menelponnya, Gavi akan selalu mengangakatnya.

"Apa?"

"Pulang. Sekarang."

Tanpa menjawab lagi Gavi mematikan sambungan itu. Berdiri gontai cowok itu berjalan ke arah pintu apartemen. Dia melajukan motornya di atas rata-rata. Ingin buru-buru sampai atau hanya sekedar meluapkan emosi. Dan sesampainya di rumah Papa cowok itu langsung terkena bogeman mentah dari Papa.

"KAMU APA-APAAN?!"

Gavi hanya diam tanpa gerakan. Dia sama sekali tak meringis ataupun memegang pipinya yang terkena bogeman dari Rajendra.

"Mas, bicarain baik-baik." Mendengar suara itu Gavi melirik wanita yang berada di samping Rajendra. Dia terkekeh sinis.

"Persetan sama lo. Sialan."

"Mau kemana kamu?"

"GAVIAN?!"

Gavi berlalu pergi begitu saja. Tujuannya sekarang pemakaman umum yang setiap hari dia kunjungi. Dan seketika emosinya berangsur-angsur berkurang. Itu hanya saat dia berada di samping aalah satu makam disana. Gavi tidak berbicara atau pun menangis. Yang dia lakulan hanya diam menatap gundukan di depannya itu.

Beberapa jam berlalu Gavi akhirnya memutuskan untuk pulang. Menelpon Andra adalah keputusan yang sempat dia pertimbangkan hampir beberapa jam yang lalu.

"Ndra?"

×××

"Udahlah An." Stella hanya bisa megatakan dua kata itu karena tidak tau lagi bagaimana menenangkan sahabatnya itu.

GAVINDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang