9.

17 3 16
                                    

Hai gais, I'm comback 😝

Hari ini adalah hari tersunyi dari biasanya menurut Fatir Abrisam Alvarendra, anak baik dan tampan yang selalu menjadi pusat perhatian di sekolahnya, karna  kecerdasan juga sifatnya yang terkenal galak bak petir.

Ia berjalan menyusuri koridor skolahnya dengan kedua tangan kekarnya dimasukkan kedalam saku celananya, matanya tertuju kemana-mana seperti tengah mencari sesuatu.

"Oi ngab" Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, membuat sang empu membalikan badanya

"Apa? " Jawab fatir ketus melihat seseorang yang memangilnya dengan sebutan 'Ngab' tadi adalah Nadif teman kelasnya.

" Eitss, Santai, masih pagi jangan nyamber dulu" Ucap Nadif sambil memamerkan senyumnya yang teramat manis.

Fatir tak mau ambil pusing, ia pun berbalik membelakangi Nadif dan kembali melanjutkan aktivitasnya berjalan menuju kelas.

"Harus sabar, demi PR kudu kuat tersengat petir" Gerutu Nadif kemudian berlari kecil mengikuti langkah Fatir.

Setibanya dikelas ia disambut dengan seorang gadis  "pagi Fatir" Ucap Aulia, teman kelas Fatir yang menurut teman-teman kelasnya Aulia adalah gadis tercantik dikelasnya, ya memang benar Aulia sangat cantik dengan lesung pipinya dan juga gingsul giginya yang indah, membuat semua pria terpesona dibuatnya.

"Gue tau kalo ini pagi, minggir" Fatir menatap Aulia malas

"Iya Fatir, tap-"

"Ini masih pagi Aulia, jangan bikin badmood ngerti!" Ucapan Fatir penuh dengan penekanan

Sedangkan Aulia menundukkan kepalanya kala melihat mata Fatir menatapnya tajam, seperti elang yang hendak menangkap mangsanya.

Nadif yang sedari tadi hanya diam membisu menyaksikan drama dibalik pintu, sepertinya ia enggan meminta contekan PR Fatir hari ini, bagaimana tidak? Pagi-pagi saja Fatir sudah marah-marah apalagi nanti saat ia meminta contekan, habislah dia.

"Minggir! " Teriak Fatir

Aulia tersenentak, tapi bodohnya ia terus berharap Fatir berkata lembut padanya dengan cara terus berdiri dengan kepala tertunduk didepan Fatir.

"Aulia, telinga lo normal kan? "

"Fffatir, mmaaf" Suara Aulia bergetar

Fatir sadar jika Aulia tengah menangis, ia tak mau basa-basi lagi, kedua tanganya memegang kedua  bahu Aulia, semburat senyuman terpampang diwajah Aulia, ia menatap Fatir dengan sayu.

Tapi, senyuman Aulia sirna saat Fatir mendorongnya kesamping, bak menyingkirkan sebuah barang yang menghalanginya. Kemudian berlalu menuju mejanya.

Fatir menghempaskan raselnya dengan kasar diatas meja, lantas ia duduk dan menengelamkan kepalanya didalam tipatan tanganya diatas meja, ia sangat tidak peduli dengan Aulia yang kini tengah menangis tersendu-sendu di depan pintu.

Entah mengapa saat ini, ia hanya memikirkan seorang gadis yang sengaja mengirimkan pesan untuknya tadi malam. "Entah dimana dia sekarang". Gumam Fatir

Flashback on!

" Hmm selesai juga"ucap Fatir pada dirinya sendiri, kemudian ia merapikan buku dan beralih duduk di tepi ranjang, ia menyambar segelas susu yang terletak diatas nakas lantas meneguknya

Ia memandang gelas kosong yang sebelumnya berisi susu tadi, ia tersenyum miring "bahkan sampai saat ini Bik tatik jauh lebih baik dari mama, makasih bik, mungkin jika gak ada bik tatik, tidak akan ada yang selalu membuat susu tiap malam untukku seperti ini"
Monolognya lalu meletakkan gelas diatas nakas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang