PROLOG : Runtuhnya Kerajaan Zhen

43 16 5
                                    

°°°°°

Api besar mengepulkan asap hitam membakar tiga perempat kerajaan Zhen. Jasad-jasad tak bertuan pun bergelimpangan di sepanjang jalan yang penuh kubangan darah. Ratusan anjing bersayap kelelawar yang mengeluarkan nafas api berhasil menyebabkan kerajaan agung itu dalam kekacauan besar.

Auman hewan yang entah dari mana datangnya itu saling bersahutan menyaingi tangis anak kecil yang terpisah dari orang tuanya.

Setiap orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing dari kekacauan dahsyat ini. Sementara itu, sang raja yang masih di istana tak kalah bingung melihat keadaan negaranya yang kacau balau.

Tiba-tiba hewan-hewan buas itu mulai menembus pagar istana, meluruhrantakkan para penjaga dan membuat panik seluruh penghuni bangunan besar itu.

"Ayah!!" pekik seorang pemuda yang berlari tergesa-gesa ke sang Raja yang hampir di terkam oleh seekor serigala hitam yang dipenuhi aura gelap.

Pedang sang Raja gesit mencabik sedikit demi sedikit kulit binatang itu. Dia berteriak, "Ah-Xuan, lari!!"

Zhen Xuan, putra sulung sekaligus putra mahkota kerajaan Zhen tetap bersikeras. Pedang peraknya yang berpendar kebiruan melayang di udara dikendalikan dengan kekuatan spiritual dari jauh menebas binatang-binatang yang datang tak terhitung jumlahnya.

Sepasang ayah dan anak itu berjuang bersama mengalahkan binatang itu yang entah kapan ada akhirnya.

SRAKH!!

Mata Zhen Xuan langsung membelalak lebar.

Ayahnya yang saat itu sedang menghalangi serangan serigala berukuran luar biasa besar yang hampir menerkam Zhen Xuan seketika memuncratkan darah segar dari dadanya. Tepat di jantungnya.

Serigala itu dengan buasnya menusukkan kuku-kuku tajamnya saat sang Raja hanya sedikit lengah menatap ke arah Zhen Xuan dan mendorong pemuda itu menjauh.

"Pe-pergilah ..." ucap sang Raja lirih pada Zhen Xuan sementara kaki-kakinya yang lemas membuatnya jatuh berlutut ke tanah. Hidung dan bibirnya mulai mengeluarkan darah segar yang tak ada hentinya. Pandangannya redup menatap putranya. Untuk yang terakhir kalinya.

Zhen Xuan yang saat itu hampir belum menyadari situasi sepenuhnya, seolah-olah kejadian barusan hanyalah mimpi buruk yang menggangu tidur nyenyaknya. Matanya memerah, kakinya berlari tak tentu arah menghindari serangan makhluk-makhluk aneh lainnya yang mulai berdatangan mengejarnya.

Di tengah paniknya Zhen Xuan, tiba-tiba ada seseorang yang menarik pemuda itu hingga ia terjatuh. Namun, andai tidak ada yang menarik sang pangeran, tentu ia sudah hangus, sebab bola api melesat dari belakangnya. Orang yang menarik Zhen Xuan telah menyelamatkan nyawa pemuda itu.

Lelaki tua yang menolong Zhen Xuan langsung berkomat-kamit membaca mantra sebelum mengeluarkan nafas es dan menghembuskannya ke lorong yang di belakang, menciptakan dinding es yang keras lagi tebal untuk menghalau serigala bernafas api itu.

"Pangeran, Anda harus segera kabur dari sini," tutur lelaki tua itu kepada pangeran yang masih terduduk di lantai.

Zhen Xuan menelan ludahnya dengan susah payah, sama sekali tak kelihatan akan menjawab.

Bola matanya berputar-putar ke kanan dan ke kiri sembari berusaha menyadari situasi. Tiba-tiba dia teringat sesuatu, "JiuYa!"

Selongsong pedangnya ia jadikan tumpuan ketika ia memaksakan untuk berdiri. Kakinya yang lemah seketika tertekuk, dia jatuh sekali. Namun, bukan alasan baginya untuk berhenti, karena kini, adik satu-satunya sedang dalam bahaya!

Sementara itu, Zhen JiuYa, sang adik tengah berlari menaiki tangga menuju menara. Dengan busur mantap di tangan kirinya, ia hendak memberikan perlawanan dengan apa yang tersisa.

Sesampainya di puncak menara, pemuda itu kemudian mengambil busur dan anak panahnya, membidik hewan-hewan buas yang menyerang istana. Tembakan anak panah mendarat di atas tanah. Kemudian terjadi ledakan besar yang meluluhratakan beberapa serigala buas.

"KALIAN HARUS MATI SERIGALA SIALAAN!" teriaknya emosi.

Namun sang pangeran kedua terlalu fokus dengan binatang buas di bawah sana. Ia tak menyadari bahwa serigala bersayap itu menyerang pula dari langit.

Tiga ekor anjing kegelapan melesat menyerang Zhen JiuYa dengan kecepatan luar biasa. Beruntung pemuda itu dapat menghindar.

Namun yang naas, satu bola api keluar dari mulut salah satu anjing itu, melesat dan menghantam atap menara. Langit-langit di atas kepala Zhen JiuYa akan runtuh menimpanya. Tidak ada lagi kesempatan menghindar.

Kayu penyusun atap runtuh dan jatuh tepat ke arah Zhen JiuYa. Pemuda itu hanya bisa memandang atap menara itu akan roboh menimpanya. Ia memasang lengannya di depan kepala dan memejamkan mata.

Namun keajaiban rupanya masih berpihak pada lelaki itu. Dengan cergas, ada kuda terbang yang melesat dan meraih punggung pemuda itu. Bukan, bukan kudanya. Namun penunggangnyalah yang telah menyelamatkan pemuda itu saat kematian sudah sangat dekat.

"Xuan Gege!" seru Zhen JiuYa saat menyadari siapa yang duduk di atas pelana kuda dan telah menyelamatkan dirinya.

"Ayo kita pergi secepatnya dari sini! Disini sudah tidak aman!" Sembari berkata begitu, Zhen Xuan terus-menerus mengayunkan pedangnya ke segala arah setiap makhluk-makhluk abnormal itu datang mendekat

Mendengar titah Zhen Xuan, sang adik mengangguk. Ia kemudian duduk di boncengan sang kakak sambil bersiap dengan busurnya, membantu menangani para monster yang hendak menyerang mereka.

Kuda putih itu terbang tinggi di atas kerajaan Zhen yang telah hancur berkeping-keping. Asap hitam terus mengepul dari reruntuhan di bawah sana. Langit semakin gelap saat kakak beradik itu terbang semakin jauh dari tanah air mereka yang telah luluh tak bersisa.

PUTRA MAHKOTA BOBROKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang