BAGIAN 4 : Perjamuan Kerajaan Yin

14 6 2
                                    

Zhen Xuan dan adiknya akhirnya tiba di kamar yang sudah dipersiapkan oleh sang Raja untuk mereka. Cukup lama hingga mereka sampai ke tempat ini melihat betapa luasnya kerajaan Yin.

Sambil mendudukkan pantatnya di atas tempat tidur, Zhen Xuan mulai mengoceh lagi, "Istana ini begitu luas, tapi kenapa yang mulia hanya menyediakan satu kamar untuk kita?  Dan lihat, hanya ada satu kasur di kamar ini, apa Yang Mulia ingin kita berbagi tempat tidur? Membayangkannya saja sudah membuatku ngeri."

Zhen JiuYa membuka pakaiannya satu persatu berniat untuk membersihkan diri dan mandi. Melirik sekilas ke Zhen Xuan lalu menjawab dengan nada sebal, "Kau harusnya bersyukur, setidaknya Yang Mulia masih mau menerima kita, dan bahkan berniat untuk membantu kita."

"Tapi aku serius saat mengatakan tidur bersamamu itu membuatku ngeri." Zhen Xuan memeluk kedua lututnya seolah berusaha melindungi kesuciannya.

"Dasar sinting! Apa maksudnya membuatmu ngeri? Apa kau pikir aku akan menodaimu ketika tidur?!" teriak Zhen JiuYa sambil melemparkan pakaian kotornya ke wajah Zhen Xuan.

Wajah yang dilempari pakaian kotor itu langsung memasang tampang mual. "Bukan itu maksudku! Kau mungkin tak tau, tapi aku sudah seringkali tersiksa saat tidur bersamamu sejak kecil, Kau itu punya kebiasaan suka memukuli apapun yang ada disekitarmu tanpa sadar!"

Zhen JiuYa kini benar-benar dirundung malu. Dia ingin membantah lagi untuk mengembalikan martabatnya sebelum suara ketukan tiba-tiba terdengar dari balik pintu.

"Permisi para Pangeran Zhen," ucap suara dari luar.

Zhen Xuan yang masih memakai pakaian utuh berjalan melangkah menuju pintu dan membukanya sambil bertanya dengan wajah ramah, "Ada apa?"

"Saya diperintahkan Yang Mulia untuk membawakan kalian beberapa pakaian ini sekaligus untuk menyampaikan satu hal." Pelayan itu menyodorkan beberapa pakaian yang tampak mahal dan warnanya yang elegan ke hadapan Zhen Xuan.

Tentu saja Zhen Xuan menerimanya dengan senang hati. "Hal apa itu?"

"Yang Mulia meminta kalian berdua untuk hadir di perjamuan makan kerajaan malam ini."

"Perjamuan? Dalam rangka apa?" tanya Zhen Xuan merasa penasaran.

"Aiya! Tentu saja untuk menyambut kedatangan kalian, Pangeran. Oh, aku dengar-dengar sepertinya Yang Mulia juga ingin menyampaikan hal yang penting pada kalian."

"Baik! Tentu saja kami akan datang, terimakasih!" Zhen Xuan tersenyum dengan matanya yang membentuk bulan sabit.

Pelayan itu pun kemudian pamit undur diri dengan sopan.

Zhen Xuan membalik badan setelah menutup pintu, pikirannya tenggelam terlalu dalam merasakan sesuatu yang aneh dalam hal ini.

°°°

Kedua pangeran Zhen itu melangkah dengan anggun memasuki aula istana yang megah. Ketika mengenakan pakaian mewah pemberian sang Raja, mereka terlihat seperti kepingan giok sewarna yang menyilaukan mata bagi yang melihatnya. Setiap orang sudah duduk di tempat masing-masing beserta meja kecil di hadapan. Menatap kedua pangeran itu dengan terpana. Keduanya terlihat tak terganggu sedikit pun dengan semua itu. Keduanya lanjut berjalan dan mengambil tempat mereka di lokasi yang tidak terlalu mencolok diantara semuanya.

Tak lama setelah mereka datang, suara sambutan pun menggema di telinga setiap orang. "Yang Mulia Raja dan Tuan Putri telah tiba!!"

Muncullah dua sosok yang memancarkan aura keagungan dengan memakai hanfu berwarna merah dengan sulaman emas. Sontak seluruh orang yang hadir dalam perjamuan malam itu langsung memberi hormat pada Raja dan Putrinya yang tengah berjalan menuju singgasana.

"Salam kepada Yang Mulia Raja dan Tuan Putri, semoga panjang umur hingga seribu tahun lagi."

Raja dan Putri Ai segera duduk di singgasananya, disusul dengan pejabat dan tamu istana.

Raja Ai QingYue pun menepukkan kedua tangannya mengisyaratkan agar perjamuan segera dimulai. Seketika Wanita-wanita cantik pun bermunculan dari berbagai arah dan menampilkan tarian indah mereka dihadapan para tamu. Menggoda setiap mata yang memandang mereka.

Zhen Xuan menyenggol bahu Zhen Jiuya pelan sembari berkata lirih, "Tidakkah kau berpikir kalau ini terlalu berlebihan?"

"Aku juga berpikir begitu. Dia mengatakan kalau perjamuan ini untuk menyambut kita, bagaimana bisa Yang Mulia menyiapkan semua ini begitu cepat? Padahal kita baru saja sampai kemari tadi pagi." Zhen JiuYa menanggapi dengan serius.

"Lagipula, bukankah kita sedang berduka? Kenapa dia mengadakan perjamuan ini seolah-olah sedang merayakan sesuatu yang membahagiakan? Semua ini tampak tidak masuk akal."

"Raja hendak menghibur kalian," ujar seorang wanita yang duduk di samping mereka tanpa mereka sadari kehadirannya.

Tentu kakak beradik itu langsung menoleh kepada asal suara itu. Tampak oleh mereka, gadis yang mengomeli mereka berdua tadi pagi. Benar, Sun XianYang adalah sosok yang menempati tempat duduk di samping kedua pangeran itu, namun kali ini gadis itu mengenakan hanfu hijau terang dengan hiasan renda berwarna emas sangat cantik.

Penampilan wanita sangat berbeda daripada pertemuan pertama mereka. Bila saat pertama kali mereka bertemu, gadis itu tampak seperti wanita maskulin yang garang, kini ia benar-benar tampak seperti ratu yang elegan dan berwibawa.

"Maaf, aku masuk dalam pembicaraan kalian, namun aku hanya mengira Yang Mulia hendak memberikan sambutan hangat kepada kalian. Bukan berarti Yang Mulia tidak turut berduka cita, tetapi agar kalian tidak terlarut-larut dalam duka," sambung wanita itu lagi sebelum memasukkan sepotong manisan kecil ke dalam mulutnya.

Zhen Xuan merasa ucapan gadis tersebut cukup masuk akal. Dia menoleh ke piring gadis itu sambil mencomot sebuah manisan dan langsung memasukkannya ke dalam mulut. "Begitukah?"

Menyaksikan perilaku kurang ajar Zhen Xuan, XianYang melotot. Ia lalu melirik pangeran bobrok itu dengan lirikan menikam. Namun, segera ia menurunkan tekanan yang mengisi atmosfer. "Tuan Pangeran Xuan, bukankah Tuan sudah mendapatkan manisan yang sama di piring Tuan?" tanya XianYang dengan sopan.

Pemuda itu mengangkat kedua bahunya, "Hmm, tadinya ada, sekarang sudah tidak ada. Eh?"

Zhen Xuan menatap aneh ke arah JiuYa yang terus-terusan menatap fokus ke satu arah. Bertanya, "Siapa yang kau lihat?"

Zhen JiuYa tersentak, "Bu-bukan apa-apa! Oh iya, bukannya tadi yang memakan manisanmu kau sendiri? Saat menggosipi para menteri itu kau terus-terusan mengunyah tanpa sadar."

"Hahaa, kau mengalihkan pembicaraan, cepat katakan, siapa yang kau tatap dari tadi sebegitu intens?" tanya Zhen Xuan menginterogasi.

Sementara itu, XianYang yang paham akan apa yang dibahas kedua pangeran Zhen, ia tersenyum. "Mungkinkah Pangeran JiuYa terkagum akan kecantikan Tuan Putri Ai Rui?" ucap gadis itu.

"Tuan Putri? Yang mana?" Zhen Xuan menatap ke segala arah hendak berdiri mencari keberadaan Putri yang disebutkan XianYang sebelum bahunya ditahan dan ditekan kuat oleh adiknya.

"Jangan membuat malu Ah-Xuan! Kemana tadi mata dan telingamu saat semua orang memberi sambutan dan penghormatan saat kedatangan Raja dan Tuan Putri?" Zhen JiuYa menghela napas sejenak sebelum melanjutkan, "Lihat yang duduk disebelah Yang Mulia, itu adalah Tuan Putri Ai. Tuan Putri yang kecantikannya sangat terkenal dan dikagumi. Dan lagi, bukankah sebelumnya dia sudah pernah datang ke Kerajaan kita? Kenapa kau lupa?"

Zhen Xuan bahkan mengabaikan panggilan adiknya yang tak sopan itu padanya dan malah semakin menggoda pemuda itu, "Aiyaaa, jadi kau memang sedang memperhatikan dia, ya? Aduh, adikku sudah besar rupanya." Dia terus-terusan mencolek bahu pemuda itu sampai rona merah menjalar ke seluruh leher dan telinganya. Melihat itu, Zhen Xuan benar-benar tertawa puas.

Bersambung

PUTRA MAHKOTA BOBROKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang