BAGIAN 5 : Perjamuan Kerajaan Yin (2)

9 4 2
                                    

Saat Zhen Xuan masih sibuk menjahili adiknya, Raja Ai QingYue tiba-tiba menepukkan tangannya lagi. Para penari itu langsung mengerti dan mundur dari tengah-tengah aula.

"Untuk semua tamu, semoga kalian menikmati hidangan yang sudah disediakan. Aku disini mengundang kalian semua sebenarnya untuk mengajak kalian mendiskusikan sesuatu."

"Silahkan Yang Mulia, kami akan melakukan apapun yang terbaik demi kerajaan kita ini," ujar salah seorang menteri wanita yang tak lain adalah Ling He.

Tiba-tiba Raja Ai QingYue memasang tampang sedih, sembari menoleh ke arah Zhen Xuan dan Adiknya dia berkata, "Pangeran, apakah kalian menikmati acaranya?"

Zhen Xuan beranjak berdiri, memberikan salam hormat. "Tentu Yang Mulia, terima kasih atas kepedulian Anda, kami sangat menikmatinya."

Sekilas Raja Ai QingYue tampak tersenyum ringan, namun segera pudar saat ia berkata lagi, "Aku ... aku benar-benar merasa turut berdukacita atas kekacauan yang menimpa kerajaan Zhen. Dan sahabatku ..." Sang Raja menundukkan kepalanya menutup matanya seolah menangis. "Aku tak menyangka dia akan pergi secepat itu."

Semua orang terdiam, hening dalam suasana yang dramatis. Putri Ai mengerutkan keningnya merasa agak aneh dengan Ayahnya.

"Aku baru mendapatkan kabar bahwa yang disampaikan para pangeran ini benar adanya, mereka tidak berbohong. Dan aku akan memutuskan untuk membantu para pangeran ini," sambung Raja Ai QingYue setelah beberapa detik.

"Apa yang akan Anda lakukan, Yang Mulia?" tanya Zi Chong, salah seorang menterinya.

"Yang Mulia, ini bukanlah permasalahan yang sepele, selain karena hubungan erat kita dengan kerajaan Zhen, ini juga menyangkut keamanan kerajaan kita. Kerajaan Zhen dikabarkan hancur dikarenakan serangan dari makhluk-makhluk aneh yang menyerang tiba-tiba. Bukankah ada kemungkinan kalau makhluk-makhluk itu akan menyerang Kerajaan kita juga?" sambungnya.

"Memang demikian yang direncanakan, Menteri Zi. Kita akan memasang pertahanan dari arah kerajaan Zhen untuk mengantisipasi datangnya makhluk-makhluk itu agar tidak sampai masuk ke dalam wilayah kota," jelas Raja QingYue.

"Selain itu, aku akan mengirim utusan kepada Negeri Shao dan Negeri Huang untuk memberi peringatan kepada mereka sehingga mereka bisa meningkatkan kewaspadaan sekaligus meminta bantuan agar mereka berpartisipasi membantu restorasi Kerajaan Zhen serta menguak misteri makhluk-makhluk mengerikan itu," lanjut sang Raja.

Zhen Xuan tiba-tiba menyela, "Maaf memotong pembicaraan, Yang Mulia. Saya berpikir, daripada kita pusing-pusing memikirkan keamanan negeri lain, bukankah seharusnya kita saling mencurigai saat ini? Siapa yang tahu kalau kekacauan yang menimpa kerajaan kami ada hubungannya dengan negeri-negeri tersebut? Bahkan saat ini kami belum sepenuhnya bisa mempercayai Anda dan kerajaan ini."

Di sebelahnya, Zhen JiuYa sudah membelalakkan matanya, menarik ujung jubah Zhen Xuan sambil berujar lirih, "Jaga ucapanmu, Ah-Xuan!"

Zhen Xuan tak sedikit pun menggubrisnya dan malah semakin melanjutkan ucapannya, "Maaf jika saya terlalu lancang, tapi sejak awal Yang Mulia benar-benar mencurigakan. Anda awalnya tak mempercayai ucapan kami saat pertama kali datang tadi pagi, tapi tiba-tiba malam ini Anda mengatakan bahwa Anda mendapat kabar kalau yang kami katakan itu benar adanya. Pertanyaannya, dari mana Anda mendapat informasi secepat itu? Melihat betapa jauhnya jarak kerajaan Zhen dan Yin yang setidaknya membutuhkan waktu lebih dari tiga hari jika dengan mengendarai pedang."

"Tutup mulutmu!" Seseorang berteriak marah. Itu adalah Zi Chong. Dia menunjuk-nunjuk ke arah Zhen Xuan dengan tatapan menuduh, "Berani-beraninya kau berkata begitu! Kalau diingat-ingat, kau ini bukan seorang pangeran lagi, kan? Kerajaanmu sudah runtuh! Apa lagi yang kau banggakan? Bukannya bersyukur kalau Yang Mulia berniat membantumu, kau malah balik mencurigainya? Hmph benar-benar."

"Itu benar, lagipula, berani sekali dia meremehkan kerajaan kita, asal kau tahu, Yang Mulia bisa saja mendapatkan informasi secepat apapun dia mau!" kata menteri yang lainnya.

Para menteri lain yang hadir dalam pesta perjamuan itu pun ikut gaduh menghardik Pangeran Zhen yang telah dianggap lancang itu. Semua mengeraskan suara kecuali kedua monark di depan sana dan seorang gadis yang duduk di samping sang pangeran. Ya, hanya raja, tuan putri, dan Sun XianYang yang tidak ikut serta mencaci Zhen Xuan.

Sadar bahwa kondisi perjamuan ini bisa menjadi semakin buruk, Raja Ai QingYue memukulkan telapak tangannya ke meja sehingga perhatian seluruh hadirin kembali terpusat kepada dirinya.

Selanjutnya, orang paling dihormati di Kerajaan Yin itu tersenyum simpul. Hanya sekejap sebelum rautnya kembali serius. "Pangeran Zhen, apa yang dikatakan Menteri Quan itu benar adanya," tutur lelaki itu.

"Kalian pasti belum pernah dengar soal Tim Kencana Angin sehingga kau terheran-heran, bagaimana informasi penguat laporan kalian bisa tiba secepat itu. Tim Kencana Angin adalah tim intelejen terbaik yang dimiliki Kerajaan Yin. Tidak ada orang luar yang tahu pasti bagaimana mereka bergerak, namun mereka mampu mengumpulkan informasi terbaru paling akurat dari seluruh benua hanya dalam satu malam," jelasnya.

"Saat engkau mengatakan bahwa kerajaanmu baru saja diserang, aku telah mengatakan bahwa aku akan mengirim utusan. Maka aku langsung memerintahkan Tim Kencana Angin untuk mengkonfirmasi apa yang kalian beritakan," lanjut lelaki dengan hanfu merah itu.

"Dan satu lagi, saat kau mengatakan bahwa kalian tidak sepenuhnya mempercayai kami, itu tidak ada pengaruhnya. Aliansi yang telah terjalin antara Kerajaan Zhen dan Kerajaan Yin semenjak tujuh puluh tahun yang lalu telah menjadi perjanjian bahwa kedua negara akan saling menolong saat salah satu mengalami kesusahan. Kami akan tetap membantu Kerajaan Zhen sebagai bentuk pegang teguh pada kerja sama yang telah dijalin oleh para pendahulu kita, sebagai bentuk kepedulian dan tali kasih Kerajaan Yin kepada kalian dan seluruh negeri kalian." Demikian titah sang raja.

Mendengar penuturan panjang itu, Zhen Xuan membungkuk sambil menyatukan kedua tangannya menghadap Raja. "Maafkan saya, Yang Mulia. Tak seharusnya saya meragukan Anda."

Kendati berkata begitu, sang pangeran diam dengan menyimpan begitu banyak keraguan. Belum sepenuhnya berhasil menghapus semua jejak-jejak mencurigakan pada diri  sang Raja beserta para menteri-menteri itu. Selepas menuntaskan kalimatnya, sang pangeran kembali duduk.

"Baiklah, sekalian saja, aku akan mengumumkan utusan yang akan berangkat ke Negeri Shao dan Negeri Huang," ujar raja melanjutkan titahnya seraya mengedarkan pandangannya, mencari figur yang kiranya dapat menjadi perwakilan Kerajaan Yin kepada kedua negara yang dituju.

"Menteri Ma Yu dan Menteri Zi Chong, kalian akan menuju Kerajaan Huang, mengingat Menteri Ma Yu memiliki kerabat yang menjabat sebagai pergana menteri di sana. Kalian berdua akan dikawal oleh Jenderal Tian Yao dalam perjalanan ini." ujar Raja setelah memilih.

Pandangan raja bergeser ke arah kedua pangeran Zhen. "Dan sebagai utusan kepada Kerajaan Shao, apakah kedua Pangeran Zhen bersedia?" tawar sang raja.

"Jangan khawatir, aku akan mengutus pengawal yang sebaya dengan kalian agar kalian bisa berkenalan dan saling berbincang dalam perjalanan nanti," sambungnya.

Zhen JiuYa bertanya, "Bolehkah saya tahu, siapa kiranya orang tersebut, Yang Mulia?"

Raja tersenyum simpul. "Dia adalah gadis yang duduk di sebelah kalian," tuturnya.

Mendengar itu, Zhen Xuan langsung menengok kepada sosok yang duduk di samping adiknya. Tampak olehnya seorang lelaki yang sangat tua dengan kumis tipis putih dan jenggot yang panjang. Matanya pun hampir tak terbuka lagi saking senja usianya.

Tentu pemuda itu terheran dengan kalimat Raja QingYue. Bukankah ia mengatakan bahwa yang mengawal mereka adalah orang yang sebaya? Mengapa yang muncul adalah orang yang hampir tidak bisa berdiri tanpa bantuan tongkat.

Zhen Xuan menatap sang raja dengan tatapan penuh tanda tanya. Namun, raja yang paham dengan tatapan itu tersenyum simpul. "Bukan, maksudku samping yang lainnya."

Tentu orang yang dimaksud adalah Sun XianYang yang lebih keheranan sejak awal akan tingkah laku Pangeran Zhen Xuan yang terlalu polos. Bagaimana ia lupa akan kehadiran gadis itu padahal ia aktif menghabiskan hidangan di piring saji XianYang?

Aduh, kenapa harus putri jantan ini .... Zhen Xuan mengeluh dalam hati. Tapi diluar dia hanya berkata, "Baiklah, Yang Mulia." Kemudian dia beralih ke gadis yang dimaksud. Menyatukan kedua tangan sambil menunduk. "Mohon bantuannya, Nona XianYang."

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUTRA MAHKOTA BOBROKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang