BAGIAN 1 : Meminta Bantuan Kerajaan Yin

30 14 5
                                    


Di sisi lain dunia, seorang gadis yang tampak tegas menghirup udara segar di pusat kota yang asri. Pagi itu, si gadis dengan seragam santai militer tengah berjalan-jalan untuk patroli sekaligus meringankan beban dalam kepalanya dengan melihat berbagai hal yang mengisi kerajaan Yin, tempat ia lahir dan tumbuh besar sampai saat ini.

Namun, gadis itu mendapati sesuatu yang lain dari hari-hari biasanya. Pagi itu, si gadis melihat kuda terbang putih tengah dituntun oleh seorang pemuda yang tampak berjalan bersama pemuda lain di belakangnya, sebuah pemandangan yang langka terjadi di kerajaan itu.

Si gadis lalu menghampiri si pemuda untuk menyapa, berniat untuk bertanya dari mana dua pemuda itu berasal dan ke mana tujuan mereka. Barangkali mereka adalah musafir yang mampir di kerajaan Yin.

"Hai, pemuda dari mana kalian berasal?" tanya gadis itu ramah kepada pemuda yang menuntun kuda terbang.

Tidak lain dan tidak bukan, pemuda yang dimaksud jelas sekali adalah Zhen Xuan dan adiknya-Zhen JiuYa.

Zhen Xuan menoleh kepada gadis yang mengajaknya berbicara. Ia terbatuk beberapa kali sebelum menjawab, "Bisakah ... bisakah aku bertemu dengan Raja Ai QingYue?"

Menyadari pemuda itu sepertinya mengenal raja kerajaan Yin, si gadis bertanya kembali, "Kalau boleh tahu, siapa kalian ini? Dan ada perlu apa hendak bertemu yang mulia QingYue?" Demikian ujar si gadis sopan.

Zhen Xuan jelas tak ingin mengungkapkan identitasnya begitu saja, dia pun hanya berkata dengan memasang tampang memelas, "Kami berdua datang dari negeri Zhen, tolong ... tolong bawa kami pada Yang Mulia, ini benar-benar mendesak, Nona."

Gadis itu menatap dengan tatapan menyelidik dengan mata tajamnya walaupun wajahnya merekahkan senyuman manis.

"Maaf, Tuan. Namun sebelum membantu kalian, saya harus mengetahui siapa kalian dan apa tujuan kalian terlebih dahulu," ujar gadis itu laksana polisi wanita.

"Saya berjanji akan membantu kalian. Namun, saya minta kalian memperkenalkan nama dan tujuan kalian terlebih dahulu," sambungnya.

Zhen Xuan menunduk, terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Menyadari hanya keheningan yang menyelimuti mereka bertiga, gadis itu agaknya merasa tak sabar, dia pun berkata lagi, "Mungkin saya perlu memperkenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalkan, saya Sun XianYang, putri dari Sun MingGu, veteran yang menjadi tangan kanan Yang Mulia QingYue. Jadi kalian tidak perlu ragu memberikan identitas kalian kepada saya bila kalian berniat baik pada Yang Mulia," tutur gadis itu pada akhirnya sambil menunjukkan badge tanda bangsawan di seragamnya.

Melihat Kakaknya yang begitu dipenuhi keraguan, Zhen JiuYa maju beberapa langkah lantas berujar, "Kami berdua adalah pangeran kerajaan Zhen, dan dia adalah Gege-ku, Zhen Xuan, putra mahkota kerajaan Zhen. Sekarang kami benar-benar terdesak dan membutuhkan bantuan dari kerajaan Yin yang sudah menjadi sekutu sejak lama. Ada hal penting yang ingin kami sampaikan pada Yang Mulia. Tolong, jangan persulit kami, nona."

Kata-kata Zhen JiuYa terdengar begitu mantap dan tegas. Selama dia berbicara wajahnya terus memasang ekspresi yang datar. Benar-benar seorang pemuda yang minim ekspresi.

Sementara itu, gadis yang bernama XianYang itu tampak terkejut saat mendengarkan pemaparan dari Pangeran JiuYa. Tampak ekspresinya berubah dengan jelas dan tiba-tiba.

Awalnya, ia ragu bahwa dua pemuda ini adalah pangeran dari negeri Zhen. Bila benar pangeran, mengapa keadaan mereka seperti ini? Begitu pikir XianYang

Namun, melihat kuda terbang putih yang sedang dituntun oleh sang kakak, XianYang mulai percaya sebab tidak mungkin ada yang memiliki kuda terbang sebagus itu kecuali seorang bangsawan.

Tanda tanya baru muncul lagi di kepala gadis itu. Mengapa dua pangeran tampan itu sampai datang sendiri menghadap langsung Raja Ai QingYue? Mengapa mereka tidak mengirim utusan saja? Prasangkanya bahwa sesuatu yang besar dan sangat buruk tengah terjadi di tanah air dua pemuda itu.

"Saya akan membantu kalian. Ikuti saya!" ajak XianYang kemudian tanpa basa-basi.

°°°


Istana Kerajaan Yin tampak megah dari luar. Interiornya pun sangat mengagumkan dengan ukiran-ukiran indah pada pilar-pilarnya yang terbuat dari marmer.

Pagi menjelang siang seperti ini, raja Ai QingYue tengah duduk di ruang singgasananya bersama para menteri saling berbincang satu sama lain. Sepertinya yang dibicarakan oleh mereka saat ini adalah topik santai. Tampak mereka tertawa bersama dengan riang.

Namun, di tengah obrolan asyik para pembesar negara itu, Sun XianYang masuk untuk mengabarkan sesuatu kepada raja.

Setelah berlutut hormat, gadis itu langsung pada maksudnya. "Yang Mulia, dua pangeran dari Negeri Zhen ada di sini untuk menghadap Anda," ujar gadis itu.

Mendengar pemaparan XianYang, Raja sedikit terkejut. "Mengapa mereka mengutus pangeran secara langsung? Apakah ada sesuatu yan sanagat penting?" tanya sang raja seperti yang XianYang pikirkan tadi.

"Paduka bisa bicarakan sendiri dengan keduanya," ucap XianYang sebelum akhirnya mempersilakan Zhen bersaudara untuk masuk ruang singgasana itu.

Zhen Xuan dan Adiknya masuk ke aula istana dengan langkah teratur. Namun, pandangan beberapa menteri agak menyipit melihat kedua pemuda itu.

Tentu saja, keduanya memasuki aula istana yang suci ini dengan hanya mengenakan jubah dalam mereka, jubah luar yang biasanya menjadi ciri khas sekaligus kehormatan untuk para bangsawan telah mereka buang entah kemana.

Alis sang Raja turut berkedut menyadari hal itu, tapi dia berusaha maklum, pemuda di hadapannya ini paling-paling baru atau bahkan belum memasuki usia dewasa. Wajar saja terkadang mereka akan seringkali bertingkah arogan.

Namun, pemikirannya yang begitu spontan langsung seolah runtuh begitu saja ketika melihat Zhen Xuan, sang putra mahkota, tiba-tiba berlutut dihadapannya sambil meneteskan air mata.

Bersambung

PUTRA MAHKOTA BOBROKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang