"Yang gue bilang pengen lihat koleksi lukisan lo, gue nggak becanda lho, Ra," Doni berkata sambil mengelap bibirnya sendiri setelah melahap potongan terakhir samosa yang dibawanya.Ara, mengangkat netranya, sedikit ragu menjawab, "Lukisan gue nggak sebagus itu. Beneran."
"Lihat aja nggak boleh?"
"Enggak."
Doni berdecak pelan dan Ara tertawa. Matanya melengkungkan sabit saat dia tertawa atau tersenyum, membuat Doni akan memandangnya lebih lama karena itu menarik. Ara menarik.
"Tapi kalo lo maksa, kapan - kapan gue usahain buat kasih lihat ke lo. Nggak banyak sih, cuma beberapa aja."
"Emang gue maksa?"
"Enggak, ya?"
"Gue nggak maksa," Doni kembali tertawa, "Tapi kalo boleh ya gue seneng."
"Bener?"
"Iya."
"Lo nyebelin juga, ya.." Ara berkomentar sembari menutup kotak samosa yang telah kosong dan mengelap tangannya.
"Tapi gue beneran nggak maksa," Doni berkata sekali lagi lalu meraih gelas minumannya yang telah berembun sementara Ara melempar kerlingannya sekilas ke arahnya.
"Makasih samosa-nya," ujar Ara kemudian.
"Bukunya jangan lupa dibawa." Doni mengingatkan, menunjuk pada buku latihan soal yang masih tertinggal.
"Oh iya..."
"Balik sama siapa?"
"Taksi."
"Lain kali kalo nggak ada yang jemput biar gue anter aja nggak masalah sih, Ra, dari pada naik taksi."
"Emang kenapa kalo naik taksi?"
Doni menggaruk telinganya ringan. "Ya nggak papa, cuma gue nggak tega aja kalo cewek mesti naik taksi malem - malem."
Ara mengibaskan tangannya ringan dan menyahut, "Santai aja. Semoga nggak akan sampai ada apa - apa. Gue selalu stand by kok tiap naik public transport, just in case."
"Hm."
Mereka lalu turun ke lantai bawah dan Doni terhenyak melihat kedatangan Lintang memasuki kafe. Gadis itu, menenteng tas olahraga di pundak kirinya, menatapnya dengan senyum tipis yang terulas paksa.
"Juna nggak di sini?" tanyanya.
"Enggak, Tang," jawab Doni, sedikit bingung.
"Harusnya hari ini dia ada latihan jiu jitsu*." Lintang berujar dengan nada merendah, lebih seperti berkata pada dirinya sendiri.
"Dia nggak dateng?" Doni mengulang pernyataan Lintang, lalu melanjutkan, "Dia nggak ada bilang ke gue dia ke mana."
Lintang mengangguk pasrah. "Dia juga nggak akan angkat telfon gue atau bales chat gue. Ya udah, Don, gue cuma mau mastiin aja. Gue balik, ya."
Doni menghela napasnya melihat Lintang akhirnya menarik pintu kafe dan melangkah keluar, berjalan cepat menuju mobilnya yang tampak terparkir di depan. Kemudian, beralih pada Ara, dia berkata, "Yuk, Ra, gue anter ke depan."
Diikutinya langkah Ara menuju pintu masuk pelataran kafe dan melihat sebuah taksi telah menunggu di sana.
"Gue balik dulu ya, Doni, makasih banyak buat hari ini," ujar Ara ketika Doni menahan pintu taksinya sebelum gadis itu duduk di bagian belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Instagram, 2018
Teen FictionKetika cowok yang Ara temui di tempat les, adalah follower akun Instagramnya...