6. Halusinasi

273 70 8
                                    








Padahal rasanya belum lama Ara mengumpat tak percaya melihat sederetan akun - akun milik para sepupu cowok bernama Doni Atmadja itu, terkagum bahwa Tuhan pasti meluangkan segala kebaikan untuk persepupuan itu. Semua ganteng dan cantik. Dan nyata.

     Iya, nyata.

     Dan Ara masih saja dibuat mengumpat saat bertemu wujud nyata Juna karena dia memang seganteng itu. Cowok yang, setelah melihat sekali lagi dalam akun Instagramnya, bernama lengkap Juna Ksatria Atmadja itu memiliki garis wajah tegas, alis tebal dan hitam, raut yang terkesan arogan tapi saat membuka suara, dia terlihat lebih polos dari yang Ara pikir. Sekilas sosoknya mengingatkan Ara pada aktor Brandon Routh saat membintangi film Superman. Kurang lebih seperti itu.

     Sumpah, pusing gue pusing! Mendadak cowok ganteng dalam hidup gue nggak cuma Ale... ujar Ara dalam hati, dengan langkah cepat keluar menuju gerbang untuk menghampiri mobil Danisa yang telah menjemputnya.



Soal Blonote, sebenarnya Ara tidak seberapa memikirkannya. Toh, sudah jelas dimana buku itu berada. Ternyata buku itu sudah diserahkan oleh Juna pada Doni dan Doni hanya tidak masuk les hari Rabu kemarin.

     Ntar juga kalo masuk pasti dibalikin, pikir Ara, lalu terkesiap. Duh! Berarti ntar masih harus les ya?

Ini baru minggu pertamanya mengikuti les dan Ara tak sabar untuk cepat - cepat menyelesaikan semester terakhirnya. Memikirkan itu sekaligus kembali menghantui dirinya tentang nilai kelulusan. Tentang Matematika. Anjing!

"Ara!" Panggilan dari kejauhan yang tertangkap merdu di telinganya itu menghentikan langkahnya seketika.

"Kirana?"

Gadis bersurai hitam itu berjalan cepat ke arahnya dengan senyum yang terpasang cantik di wajahnya. Dia putri dari kepala sekolah. Namanya Kirana Permadi. Sosoknya tinggi dan ramping, dengan gerik yang anggun seolah menegaskan bagaimana keluarganya berhasil menumbuhkannya menjadi pribadi yang mudah untuk dikagumi.

     "Ini, Ra, buat lo."

     Memandang pada hampers yang diulurkan Kirana padanya, Ara ragu - ragu bertanya, "Buat gue? Serius, Na?"

     "Iyaaa... ini ucapan terima kasih karena lo udah bantuin bikinin mosaik waktu itu. Nenek suka banget sama lukisannya."

     "Iya?"

     "Iya, Ra. Thanks banget ya, udah ngeluangin waktu bantuin gue bikin hadiah ulang tahun beliau."

     "Santai aja, Na, hehe... jadi ini gue terima ya hampers-nya."

     "Semoga lo suka, Ra."

     Kirana pun melambaikan tangannya setelah mengakhiri percakapan mereka karena dia harus menuju kelasnya sendiri, sementara Ara masih harus berjalan lebih jauh karena kelasnya berada di sudut belakang. Senyumnya lebar ketika dia akhirnya duduk di kelasnya sendiri dan membuka hampers dari Kirana. Isinya; cokelat dan cookies dari merek lokal yang terkenal lezat dan... We've Done Something Wonderful!

     Demi apa Kirana kasih gue album????? "Aaaaaaaaaaaaa!!!!!"

"INNALILLAHI ARA KESURUPAN!"



***



"Mendut! Punggung gue sakit lo pukulin terus!!!" Ale berseru sambil menggeliat karena pukulan kesekian kalinya di sela antusias cerita Ara soal Kirana yang membelikannya album grup favoritnya dalam perjalanan mereka menuju tempat les sore itu.

"Huhuhu... padahal gue dikasih cokelat aja udah seneng, Le, taunya dikasih album juga, lo bayangin deh!"

"Iya, Ndut, iya..."

"Asli gue nggak enak sama Kirana tapi dia bilang nggak apa - apa, please, I don't deserve her!!!" Ara kembali memukul gemas punggung Ale.

"Ak!! Lo pukul sekali lagi, gue turunin disini nih!" Ale mengancam dan Ara menanggapi dengan tawa pelan. "Sakit, tau..."

"Iya, iya, maaf," jawab Ara lalu menggosok - gosok punggung sepupunya itu.

"Tapi serius, Kirana baik banget sih?"

"Yeeee... kesengsem kan lo?" sahut Ara.

"Ya siapa sih yang nggak bakal kesengsem liat cewek kayak Kirana coba?"

"Bener juga."

"Sayang..."

"Sayang kenapa, Le?"

"Lo bilang dia nggak bakal sembarangan pilih cowok, ya kan?"

"Kok lo jadi mellow sih... gue kan becandaan aja waktu itu, Le."

"Termasuk yang lo bilang dia cucu rektor sama direktur rumah sakit itu becandaan?"

Ara mengulas cengirannya sekilas. "Itu beneran sih, hehe..."

"Makanya... mana mau dia sama cowok kayak gue."

"Ale ih! Nggak boleh pesimis gitu tau!"

Ale tidak menjawab, tapi kemudian terdengar tawanya pelan. "Dih, dia nggak pilih - pilih cowok juga belum tentu bakal pilih gue, haha... Ibaratnya selera dia Kintan tapi budget gue kantin."

Dasar Ale. Padahal cewek yang suka dia pun banyak. Cuma memang sepertinya Ale saja yang tidak berminat untuk menjalin hubungan yang serius dengan cewek - cewek yang mendekati dirinya. Ara mengenal beberapa yang cukup dekat dengan sepupunya itu, tapi dia tidak melihat Ale tertarik.

     "Kalo gitu, Ndut, kan lo udah dapet album, pledge gue masih berlaku nggak sih?"

     "Masih dong!"

     "Yah... kirain."

     "Lo ikhlas nggak sih, Le, kasih gue pledge album??"

     "IYA! IYA! JANGAN MUKUL LAGI DONG!"



     Mendapatkan album dari grup favoritnya dengan cara yang tidak terduga cukup untuk mengurangi kegelisahan Ara soal les hari terakhir di minggu pertamanya.

    Dia berjalan tanpa merasa was - was seperti kemarin, memasuki kelasnya dan duduk di tempat yang sama.

     Ara sudah mempersiapkan mental untuk bertemu kembali dengan Doni, tapi ternyata hari itu dia tidak datang ke tempat les. Uh? Ara pikir cowok itu terlambat tapi dia benar - benar tidak muncul sampai setengah jam kemudian.

     Dan di akhir les, Ara juga tidak mendapati Juna datang seperti kemarin.

     Aneh. Ini dua - duanya ngilang? Atau ternyata dua - duanya emang sebenernya cuma halusinasi gue aja? Trus, buku gue? Blonote gue?












###







[catatan visualisasi tokoh]



(G)-IDLE Minnie

as
Kirana Permadi

asKirana Permadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Instagram, 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang