Ara datang tepat waktu seperti kemarin. Dia juga mengulas senyumnya canggung seperti kemarin ketika Doni menemuinya di depan kasir.Dan seperti kemarin juga, Doni memesankan minuman untuk mereka berdua sebelum mengajak gadis itu naik ke bagian atas kafe. Malam itu suasana lebih ramai khas akhir pekan. Bagian rooftop dibuka, tapi karena Doni telah memesan satu tempat sebelumnya, maka si pemilik, alias kakak sepupunya Paramitha Raya Atmadja, menyisakan sudut kosong untuknya.
"Habis dari mana? Kok tadi sempet bilang kalo mungkin bakal dateng telat?" Doni bertanya pada Ara yang telah meletakkan minumannya di meja.
"Oh..." Gadis itu mengulas cengirannya sekilas. "Tadi ada sedikit masalah gitu. Nggak kemana - mana sih. Cuma ke toko buku aja di plaza deket sini."
"Beli buku apa?"
"Niatnya mau beli novel sama kuas, tapi nggak jadi."
"Kuas?"
"Kuas lukis."
"Oh, lo suka ngelukis?"
Lagi - lagi Doni teringat pengguna Instagram yang baru dikenalnya itu. Dia kan suka ngelukis... dan Ara juga... pikirnya, buru - buru menepis dugaannya sendiri bersamaan dengan jawaban yang dilontarkan Ara kemudian.
"Hehe... lumayan. Itung - itung stress reliever."
"Banyak?"
"Iya?"
"Hasil lukisan lo?"
Ara menatapnya. "Oh... lumayan sih."
"Boleh dong, kapan - kapan gue lihat koleksi lukisannya?"
Gadis itu lalu tertawa canggung. "Hahah... nggak sebagus itu kok. Biasa aja. Jelek malah... belum pede buat kasih lihat ke orang."
Doni akhirnya ikut mengulas senyumnya.
Sumpah, napa gue bego banget ya pake bilang beli kuas segala, anjir?!! Plis, Ra, lo nggak boleh ketahuan kalo lo user Instagram yang dia kenal sampai acara belajar mengajar ini kelar!
Ara dibuat frustasi oleh jawabannya sendiri. Atau sebenarnya dia sudah cukup frustasi dengan semua kebetulan itu: bertemu Doni.
"Lo nggak apa - apa kan, tempatnya jadi agak rame gini?" tanya Doni di tengah belajar mereka malam itu.
"Nggak masalah sih," jawab Ara. Memangnya gue ada pilihan?
Dengan sabar Doni menjelaskan padanya beberapa soal yang dia masih tidak paham, mengulanginya dengan soal berbeda dan memberikan koreksi seperlunya. Sekali lagi, dengan kemampuannya sekarang, Ara heran bahwa Doni masih perlu datang ke tempat les.
Jangan - jangan dia dateng karena tutornya cakep aja?! pikir Ara curiga. Yang sebenarnya sangat masuk akal karena Miss Eva masih muda dan cantik.
Tapi menepis pikiran tersebut, Ara sedikit banyak berterima kasih untuk kebaikan Doni mengajarinya Matematika. Di hari kedua ini, Ara mengubah pemikirannya dari sedikit terpaksa menjadi 'nggak ada salahnya'.
Mereka mengakhiri belajar menjelang pukul setengah sembilan dan berdua turun ke lantai bawah kafe ketika kemudian seorang cewek yang tengah duduk di depan kasir menyapa Doni. Ikut menoleh, Ara mendapati Doni melambaikan tangannya sekilas ke arah cewek itu.
"Sama siapa?"
"Sama Darrel sama Mama, tapi berdua nunggu di mobil," jawab cewek itu, menyadari keberadaan Ara, dia mengangguk menyapa. Lesung pipi yang tampak ketika dia tersenyum terlihat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Instagram, 2018
Teen FictionKetika cowok yang Ara temui di tempat les, adalah follower akun Instagramnya...