8. Salah Siapa?

286 68 18
                                    







     "Eh, hai—"

Juna bingung melihat Ara melangkah melewatinya begitu saja dengan wajah cemberut dan dia menebak sesuatu terjadi antara gadis itu dengan sepupunya. Menghampiri Doni yang bersiap beranjak dari tempatnya, Juna bertanya, "Dia kenapa tuh?"

Doni menggaruk keningnya. "Lo lihat kan mukanya? Marah banget tau."

"Lo apain anak orang, njing?!"

"Bukunya nggak gue balikin."

"Kampret! Lo buang?"

"Enggak lah, sinting aja gue buang."

"Trus?" Juna bertanya. "Lo nggak bilang ke dia bukunya kenapa?"

"Enggak."

"Lo bilang apa?"

"Gue bilang bukunya mau gue beli."

"Dondong!!" sedikit geram Juna mendorong kening Doni dengan telunjuknya.

     "Tsk!"

     "Emang gini ya, kadang otak encer pun kalo lagi kepepet jadinya tolol juga. Ya kayak lo gini nih!"

     "Gue nggak sampe ati buat bilang ke dia, Jun." Doni membela diri.

     "Trus, lo lebih ada ati buat bikin dia marah? Kampret juga ya lo."

     "Kok lo jadi ngomelin gue sih?"

     "Ya lo bego!" tandas Juna. "Kemaren kan lo nggak bilang mau ngide beli bukunya dari dia. Gue juga nggak nyaranin gitu."

     Doni mendengkus. "Iya sih."

     "Nah makanya... udah bener gue suruh lo alasan ke dia mau pinjem bukunya dulu sambil lo sendiri coba cari di web dimana beli tuh buku, gitu kan?"

     Benar.

     Terdiam sebentar, Doni lalu beranjak dari duduknya dan menyandang tasnya di punggung. "Tsk! Gara - gara Menik nih, sialan!"

     "Ah elah... pake nyalahin kucing pula."

     "Tau ah, gue balik."

"Lah, Don!"

Mengabaikan panggilan Juna, Doni melambaikan tangannya sekilas sembari melangkah keluar dari kelas. Dia sempat berhenti untuk berpikir. Atau tepatnya, memikirkan tindakannya pada Ara tadi.

Gue emang bego nggak sih? ujarnya dalam hati. Asli gara - gara Menik nih, jadi kacau semua!

Padahal Menik hanyalah seekor kucing tak berdosa.




Kekacauan itu terjadi minggu sebelumnya, dan bermula saat Doni tanpa waspada meninggalkan pintu kamarnya terbuka untuk turun sarapan pada Jumat pagi sebelum berangkat ke sekolah.

"Mas Doni! Ada Mas Juna tuh dateng!" Astrid, yang telah bersiap untuk berangkat, memberitahunya dari arah depan saat Doni hampir menyelesaikan sarapannya, setelah sebelumnya terdengar suara klakson mobil milik Juna.

"Iya! Bentar!"

Menutup sarapannya dengan segelas jus, Doni akhirnya beranjak dari kursinya serta menyandang tasnya dan mendekat untuk mencium kening sang mama. "Doni berangkat, Ma."

"Hati - hati, Mas."

Doni bergegas keluar dan melihat Juna menunggu dalam mobilnya dengan pintu bagian belakang yang telah dibuka olehnya. Tapi kemudian meraba saku seragamnya, Doni menahan dirinya untuk masuk ke dalam mobil.

Instagram, 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang