Anna tidak bisa menyembunyikan senyum bahagia. Semalam Daniel memujinya cantik. Bertahun-tahun bersama, baru tadi malam Daniel mengatakan hal manis kepadanya. Dan untuk pertama kalinya pula Daniel berani menyentuhnya dengan sangat intim.
Anna memejamkan mata mengingat peristiwa semalam. Kalau saja Berta— pelayan rumah tangganya tidak datang— entah apa yang akan terjadi padanya.
Apa Daniel akan benar-benar menciumnya? Atau ...
Anna menggelengkan kepalanya buru-buru. Anna merutuki dirinya sendiri karena mudah berpikir melantur.
Anna menarik nafas dalam-dalam kembali ke aktivitasnya yang menyenangkan. Minggu ini, seperti biasa Daniel hanya duduk menemani Anna yang sejak tadi asyik memutar film di dalam kamarnya yang didesain megah dengan berbagai macam fasilitas. Bermanja-manja sambil beberapa kali meminta Daniel melakukan sesuatu untuknya. Bahkan kali ini Anna tidak lagi takut untuk menyandarkan kepalanya di bahu Daniel. Anna yang biasa menjaga image tampak rileks. Mereka terlalu intim dan dekat ketika itu dilakukan di dalam kamar bersama seorang lelaki.
"Hari ini aku mau jalan-jalan ke mall." Anna kembali merengek kepada Daniel, "Antarkan aku kesana!"
Daniel menoleh sekilas, lalu kembali pada aktivitas seriusnya membaca buku yang pagi ini ayahnya pinjamkan kepada Daniel, "Aku akan minta Paman Sanders untuk mengantarmu."
"Tidak mau!" Anna kembali pada sikapnya, mengambil buku milik Daniel, lalu membuangnya ke lantai. Anna tidak suka ketika Daniel mengabaikannya. "Tugasmu adalah melayaniku! Apapun yang kuminta kau harus melakukannya untukku!"
Ekspresi Daniel kembali datar, tapi kali ini auranya lebih gelap dari sebelum-sebelumnya. Matanya menunjukkan hal itu, dan Anna tidak munafik untuk tidak takut dengan perubahan sikap Daniel yang sekarang.
"Ka-kau mau apa?" Anna tak pernah setakut ini pada Daniel. Tubuhnya ikut merespon tanda bahaya ketika Daniel tiba-tiba bangkit, lalu berjalan mendekat. Wajah Daniel begitu mengerikan, menyerupai iblis yang siap memangsanya hidup-hidup.
"A-ku akan bertemu dengan Ayah!" Anna menelan ludah dengan susah payah, lalu bangkit berdiri bermaksud untuk keluar kamar, tapi usahanya dicegah karena tubuhnya ditarik hingga membentur dinding keras. Anna merintih karena benturan itu.
"Daniel saki—" jeritan Anna terendam oleh bibir Daniel.
Kepala Daniel bergerak turun dan bibirnya mendarat di atas bibir Anna dalam ciuman memaksa yang menghilangkan usahanya untuk melepaskan diri. Daniel menekan punggung Anna ke dinding dan mengurungnya dalam kekuasaan penuh. Lidah Daniel menari dengan lidah Anna dan satu tangannya tenggelam di dalam rambut Anna yang panjang sementara tangannya yang lain memeluk pinggang Anna dan menggangkat tubuh Anna ke atas tubuhnya.
Anna ketakutan. Benar-benar takut ketika Daniel tidak sekedar mencium tapi tangan laki-laki itu juga berkali-kali mulai berani memainkan tubuhnya. Melecehkannya seolah Anna adalah jalang yang mudah disentuh. Payudaranya sangat sakit ketika Daniel meremasnya begitu kasar.
“Berhenti memerintahku seperti itu, Anna. Aku juga memiliki batas kesabaran." Daniel melepas ciumannya tetapi tangannya masih setia mencengkram rahang Anna dengan sangat keras hingga Anna kesakitan.
Daniel menatap Anna tajam, tersenyum sinis melihat Anna menangis tanpa suara, "Kenapa menangis? Apa kau takut padaku sekarang?"
Daniel membelai pipi Anna dengan buku jarinya yang panjang. Menghapus air matanya. Daniel kembali pada sikap lembutnya, tetapi tatapan matanya masih sama. Dingin.
"Bersiap-siaplah. Seperti keinginanmu, aku akan mengantarmu jalan-jalan."
Daniel mencium bibir Anna untuk terakhir kalinya, dan kali ini lebih lembut, lalu berbalik dan meninggalkan Anna berdiri dengan wajah diselimuti kabut pucat.Anna jatuh lemas di lantai. Dingin. Hawa dingin menguasai tubuhnya. Mempertanyakan sikap Daniel yang menakutkan.
Kenapa Daniel tiba-tiba semenakutkan ini?
Apa ini sifat asli Daniel yang sebenarnya?
***
***
Anna menegakkan bahu, mengumpulkan seluruh keberanian yang tersisa termasuk mencoba mengembalikan egositasnya keluar kamar, lalu menuruni anak tangga satu persatu. Tetapi sekali lagi, Anna tidak bisa membohongi hatinya bahwa saat ini ia merasa takut dan gugup.
Begitu mencapai halaman, jantungnya kembali berdebar tak karuan. Matanya langsung tertuju pada Daniel. Lelaki itu berdiri seraya bersandar pada bodi mobil. Berdiri tenang seperti biasa dengan tangan tersembunyi di saku celana, sementara satu tangannya yang lain sibuk memainkan pemantik. Asap putih mengepul ringan membentuk cerobong kecil yang keluar dari dalam mulut.
Sebuah kerutan samar muncul di antara alisnya. Sejak kapan Daniel merokok?
Anna tidak sanggup mengeluarkan suara. Ia hanya diam mematung tak jauh dari mobil. Seolah menyadari keberadaannya, Daniel pun menoleh. Kepala pemuda itu miring ke kanan saat matanya memandangi seluruh tubuhnya.
Anna memakai rok jeans di atas lutut dan kamisol tanpa lengan berwarna pink. Rambutnya sengaja Anna urai untuk menutupi bahunya yang terbuka.
Daniel menegakkan tubuh, membuang putung rokoknya yang tinggal setengah, lalu menginjaknya.Daniel kemudian berjalan ke arah pintu penumpang, langkahnya pelan dan pasti. Dengan setiap langkah yang laki-laki itu ambil, Anna menegang. Padahal Daniel hanya membuka pintu mobil untuknya, tetapi sejak Daniel menciumnya, Anna menjadi takut dengan setiap gerakan yang Daniel ambil.
"Apa pelayanmu ini perlu menggendongmu untuk masuk ke dalam mobil?"
---"""
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESICK! (21+)
RomanceSeks tanpa status? Anabelle Julliete Kingston melepas keperawanannya demi Daniel C. Luxiois.