14. Menjadi Pemuas (17+)

45K 623 6
                                    

Anna duduk berhadapan langsung dengan seorang pria setengah baya berkacamata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anna duduk berhadapan langsung dengan seorang pria setengah baya berkacamata. Wajah pria itu tampak tidak asing di matanya. Anna mencoba mengingat sosok itu tetapi otaknya terasa buntu. Anna tidak bisa mengingatnya.

"Seperti yang tertulis di surat perjanjian ini, Tuan Carson memberi kesempatan kepada Nona untuk tetap tinggal disini. Tetapi dengan syarat yang harus Nona setujui dan tanda tangani terlebih dahulu."

Tangan Anna gemetar membaca syarat-syarat yang harus Anna penuhi. Bukankah ia sama saja melacurkan diri?

"Aku tidak akan melakukannya!" Anna telah hilang kesabaran. Semua pria sama saja. Brengsek dan bajingan tidak tahu malu.

"Nona tidak punya pilihan selain menerimanya." Franky membenarkan posisi kacamatanya begitu mendengar jawaban lugas Anna.

"Rumah ini milikku! Tidak ada yang bisa memaksaku!" Anna bangkit dari atas sofa berniat mengusir Franky dari dalam rumahnya, tetapi alih-alih melakukan hal itu Franky telah memberikan isyarat terlebih dulu kepada dua pria berpakaian serba hitam yang berdiri di belakangnya untuk menyeret Anna.

"Bawa gadis itu ke kamar sampai Tuan datang." Perintah Franky ringan.

Apa?!

"Tidak! Aku tidak mau!" Anna mundur beberapa langkah, memukul membabi buta dua pria berbadan besar itu. Anna bahkan siap mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri, tapi sayang tubuhnya telah terlebih dulu ditangkap. Anna menjerit sekuat tenaga saat tubuhnya diseret paksa.

Anna mencoba mencari bantuan. Memanggil berkali-kali kepada Berta tetapi tidak ada bantuan yang datang. Pelayan setianya tidak ada.

Anna menangis begitu tubuhnya di jatuhkan secara kasar ke lantai kamar. Anna kesakitan. Dalam kondisi itu mereka kemudian pergi dan menguncinya dari luar.

"BUKA PINTUNYA! BUKA!! BUKA!!!" Anna menggedor pintunya keras-keras sampai tangannya kebas menahan sakit.

"Simpan tenagamu, Nona. Sebentar lagi Tuan Carson tiba dan menemuimu di kamar ini." Seru pria yang beberapa saat lalu menyeretnya masuk. Suara tawanya menjadi kemalangan yang tak terkira bagi Anna.

Anna jatuh lemah ke lantai. Air mata kembali datang dan menetes membasahi wajahnya yang belum sempat kering sejak semalaman menangis.

Kenapa hidupnya jadi hancur? Anna tidak mau melayani pria bernama Carson. Pria yang bahkan tidak ia kenal apalagi ketahui wajahnya.

Anna tidak mau!

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Pabrik.

"Uhuk!" Batuk bercampur darah keluar dari mulut seorang pria paruh baya. Tubuh berisinya yang layu tampak tidak berdaya, bersimpuh di bahwa kaki seorang pria yang tengah berdiri memandanginya dengan tatapan dingin dan melecehkan.

"Kau ... bagaimana bisa kau ..." Suara tercekat itu lebih menyerupai rasa terkejut dan ingin tahu.

"Kau hanya perlu menandatangani surat ini, Hams." Suaranya dalam dan mengalir bagai badai gelap.

"Aku akan menuntutmu karena telah melakukan tindak kekerasan kepadaku!" Ancamnya tidak main-main.

Pria itu tertawa terbahak-bahak. Merendahkan tubuhnya agar dapat melihat wajah tua dan babak belur Hams.

"Prostitusi, penggelapan dana, pencucian uang, dan penipuan," senyum lebar membingkai struktur wajahnya yang simetris dan tampan, "Apa yang akan terjadi jika aku memberikan seluruh bukti kejahatanmu ke polisi?"

"Kau tidak memiliki bukti itu! Kau hanya membual, Sialan!" Hams berkata kasar. Bola matanya bergerak gelisah, menunjukkan rasa tidak percaya diri.

Pria itu berdecak, dia membuka tabletnya dan mencari sesuatu yang tersimpan di sana.

"Bagaimana kalau aku mengirim video mesum bejatmu kepada polisi?" Pria itu menyodorkan sebuah video Hams yang tengah memperkosa seorang gadis dibawah umur sebelum akhirnya menjualnya ke tempat prostitusi.

"Kau terlalu ceroboh, Hams. Kau menggaulinya di motel Oakland. Seharusnya kau paham, banyak motel di tempat itu yang menggunakan CCTV."

Hams membanting tablet itu hingga retak.

"Tidak masalah. Aku masih memiliki salinan aslinya." Pria itu menertawai kebodohan Hams sampai kemudian tawanya hilang. Pria itu diam dengan tatapan mata yang kembali menajam seperti semula.

Pria itu meraih ponselnya dan memencet beberapa digit nomor kantor polisi.

"Aku bukan pria baik. Lakukan yang kuminta atau kutelepon polisi sekarang juga." Pria itu memberi pilihan, "Aku hitung sampai tiga."

Hams diam, mencoba berpikir.

"Satu ..."

Hams mulai panik. Rencana yang telah ia buat matang terancam hancur. Bahkan rencana untuk mendapatkan putri cantik Howard harus gagal! Sialan!

"Dua ..."

Hams tidak bisa berpikir jernih. Hams tersudut. Hams tidak rela menyerahkan seluruh saham dan kuasa penuhnya kepada pria itu! Tapi bagiamana caranya agar ia bisa lari dari jeratan itu?

Hams akan mencari jalan keluarnya! Tapi sebelum itu terjadi, ia harus mengikuti keinginan pria sialan itu! Inilah jalan yang terbaik.

"Ti—"

"Baiklah! Aku mau!" Hams mengambil pulpen dari tangan pria itu lalu menandatangani perjanjian pengalihan saham atas namanya untuk diberikan kepada pria bernama Carson.

Carson mengambil surat perjanjian yang telah ditandatangani Hams dan membacanya sekali lagi. Tarikan tipis membentuk seringai.

"Aku sudah melakukan semua keinginanmu. Dan sesuai janjiku kau tidak akan melaporkanku ke polisi kan?" Hams berusaha bangkit dari posisi berlutut.

Carson menoleh sekilas pada Hams lalu melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Carson menunggu sebentar. Diam dan senyum itu kembali datang memenuhi wajahnya.

Dan benar saja suara sirene polisi tiba-tiba datang.

"Kau membohongiku, Bajingan!" Teriak Hams murka.

Hams menyambar kemeja Carson tapi Carson mendorongnya jatuh dengan mudah.

Carson menginjak tubuh Hams yang jatuh memeluk tanah. "Ayolah, Hams. Aku tidak sepolos yang kau kira. Ketika menghadapi pria licik sepertimu, aku harus berkali-kali lipat lebih licik darimu."

"Kau—"

"Itulah hukum alam. Kau menang ketika kau memiliki otak dan uang. Dan aku memiliki keduanya." Carson tertawa melihat kekalahan mutlak Hams.

"SIALAN KAU!!!!"

-------x

-------x

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOVESICK! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang