12. Air Mata Kehilangan

15.3K 501 0
                                    

Dua tahun kemudian, Tahun Baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua tahun kemudian, Tahun Baru.

Anna berlari di sepanjang koridor ramai. Menabrak bahu setiap pengunjung yang ia lewati. Anna takut dengan pikirannya. Anna bahkan takut untuk membayangkannya.

Tahun Baru yang identik dengan kebahagian dan kebersamaan kini telah sirna.

"Hati-hati, Nona!" Berta tidak sanggup menahan Anna yang saat ini berlari sambil menangis terisak.

Anna mempercepat laju lari begitu melihat pria paruh baya berperawakan cukup tinggi berdiri di depan sebuah ruang VVIP.

"Apa maksud, Paman?!" Anna meraih dan menggenggam tangan Hams, gemetar.

Pria itu memandang ke bawah selagi Anna mendongak memandangnya dengan air mata bercucuran, "Ayah ... ayahku tidak mungkin meninggal! Ayahku masih hidup kan?!"

Anna tidak percaya. Anna yang baru saja kembali dari perjalanan ke makam lama ibunya terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Hams menelpon dan memberi kabar bahwa Ayahnya mengalami serangan jantung.

Hams melepas genggaman tangan Anna, dan beralih dengan menggengam tangan ramping Anna lebih kuat, "Ayahmu meninggal setelah mengalami serangan jantung saat rapat pemegang saham."

Anna menepis tangan Hams, benci dengan tatapan mata pria itu kepadanya, "Tidak! Kau bohong! Ayahku baik-baik saja!"

Anna menerobos masuk kamar rawat rumah sakit. Beberapa dokter dan perawat tengah berdiri mengelilingi tubuh ayahnya yang terbaring kaku berselimut kain putih.

"A-yah," suaranya tercekat kosong. Anna tidak bisa berkata apa-apa selain terisak. Kakinya terasa berat saat berjalan. Anna takut dengan fakta pahit yang menunggunya.

Anna tidak bisa bernafas. Wajah ayahnya begitu pucat. Kedua matanya terpejam hampa. Tangan ayahnya yang biasanya hangat begitu dingin saat Anna menggenggamnya. Anna bahkan tidak bisa merasakan debaran jantungnya saat Anna memeluk tubuhnya yang layu. Tidak ada reaksi. Tidak ada apapun.

Tangis Anna pecah. Anna berlutut di sisi ayahnya dan menangis tersedu-sedu. Hawa dingin menyelubungi tubuhnya begitu dalam, siap menarik tubuhnya ke jurang yang dingin dan kejam.

“Nona,” dokter Jorgen meletakkan tangan keriputnya di kepala Anna, “Jangan menangis, Nona.”

Jorgen berusaha menenangkan Anna tapi berujung sia-sia. Anna semakin keras menangis.

"Ja-jangan ... per-gi! Hiks!" Hati Anna hancur berkeping-keping. Anna tidak ingin kehilangan ayahnya. Anna tidak siap menerimanya. Setelah Daniel pergi, Anna tidak memiliki siapapun selain ayahnya untuk bersandar.

Ayah yang selalu memanjakannya sejak kecil ... ayah yang selalu melindunginya tanpa batas ... dan ayah yang selalu merawatnya penuh kasih sayang kini hanya terbaring diam, tidak bernyawa.

"HIKS!" Anna tidak bisa berhenti menangis. Bayang-bayang ayahnya di masa lalu masih terekam di memorinya.

"Ayah telah sangat tua. Ayah tidak bisa melindungimu seperti dulu."

"Ayah sangat menyayangimu, Sayang."

Tangis Anna merudung diiringi hujan yang mengguyur kota. Suara gemuruh langit tiada henti berbunyi seolah ikut merasakan kesedihan yang dialaminya saat ini.

Anna menangis duka tanpa henti hingga tubuhnya tidak kuat untuk menopang rasa sedihnya yang mendalam. Anna jatuh ke lantai tidak sadarkan diri. Anna tidak bisa menanggung duka seberat itu. Tidak bisa.

Anna benar-benar telah sendirian.

"Nona? Nona!" Suara Berta menggaung di telinganya. Anna lelah untuk menangis dan ingin sekali tertidur. Berharap ayahnya akan hidup kembali untuknya. Berharap pula Daniel akan pulang untuknya. Segera.

Daniel ....

###
Nanti malam up lagi.

LOVESICK! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang