Bertholdt bangun dengan sekujur tubuhnya yang sakit terutama bagian belakangnya. Punggungnya terasa panas karena Reiner tak pernah melepasnya dan dia takut untuk melepaskan diri. Dia segera menyadari hari sudah pagi, atau barangkali siang, melalui sinar matahari yang mengintip dari celah tirai.
Ia bergerak hati-hati untuk merenggangkan tangan Reiner, tapi sepertinya pria itu menyadari. Dia menggeram dan menariknya lebih dalam.
"Reiner, sudah terang. Aku akan membuatkan sarapan," bisiknya yang berhasil membuat Reiner melepaskannya, beralih ke sisi lain untuk melanjutkan tidurnya.
Bertholdt menghela napas lega, dia bergerak hati-hati untuk mengambil posisi duduk. Dia segera memejamkan mata dan menggigit bibirnya agar tidak berteriak sakit pada pantatnya. Pelan-pelan, dia menyingkap selimut dan mulai berdiri.
"Akh!" dia segera membungkam mulutnya dengan tangan agar tidak melanjutkannya. Rasanya sangat mengerikan dibagian perut dan panggul.
Selangkah demi selangkah dia menuju kamar mandi. Dan disetiap gerakannya itu, air mani keluar dari anal, turun ke pahanya yang telanjang. Dia nyaris menangis ketika berhasil mencapai kamar mandi, duduk diatas lubang kloset dan mengeluarkan semua mani yang ada didalam tubuhnya. Dua bisa merasakan bagaimana sobekan di analnya melonggar untuk memberikan jalan cairan itu.
Dia menggigit tangannya karena tidak kuat, mengambil tisu banyak-banyak untuk menyeka wajahnya. Saat selesai, dia mengambil shower dan mandi dengan posisi duduk, tidak yakin apa dia bisa berdiri selama itu.
"Sial... Sial..." Bertholdt mengumpat, merangkak keluar dari kamar mandi setelah memastikan dirinya bersih. Menghampiri tumpukan belanjaan di sebelah pintu, dia terus mengerang karena lukanya saling bergesekan.
Dia memencar isinya, mencari kantong yang berisi pakaian untuk dipakai. Bertholdt akhirnya memilih kaos dan tanpa lengan dan celana olahraga panjang. Setelahnya dia memilih beberapa bahan untuk dimasak. Rencananya dia akan membuat pasta, sejauh ini hanya itu makanan termewah yang bisa dia buat.
Mereka beruntung sempat berbelanja tadi malam sehingga memiliki bahan untuk sarapan. Dia merebus spageti lebih dulu, kemudian menyiapkan bahan lain untuk saus nya. Itu seperti memarut keju, memotong bawang dan jamur karena mereka tidak membeli daging. Panaskan mentega, dan goreng sampai harum baru masukan susu, keju, jamur, garam, lada, peterseli, dan oregano.
"Ini tidak buruk..." katanya setelah mengambil sampel. Dia berpegang erat pada pinggiran pantry agar tidak terjatuh dari kaki lembeknya.
Reiner batuk dengan keras beberapa kali, namun sama sekali tidak mengganggu tidurnya.
Dia mengangkatnya setelah kental dan meniriskan spageti. Membaginya ke dua piring sebelum menuangkan saus. Meskipun hasilnya memuaskan, dia masih punya banyak pekerjaan untuk membereskan rumah itu. Bertholdt memulainya dengan memasukan makanan ke kulkas, pakaian ke lemari, dan membersihkan lantai dari noda seks mereka.
Saat selesai, dia menempatkan boneka kelinci yang Reiner belikan di kursi, membuatnya seperti anak-anak yang menunggu makanan. Dia juga mendudukan dirinya dengan hati-hati untuk tidak menyakiti pantatnya disebelah boneka itu. Dia bimbang apa harus membangunkan Reiner atau tidak. Sementara itu dia melihat hal lain yang lebih menarik, sebuah teknologi persegi panjang yang bisa menghubungi siapapun. Reiner menjadi lengah dengan meninggalkan ponselnya diatas nakas.
Dia bisa saja mengambilnya dan menelpon seseorang atau polisi untuk menolongnya kabur. Tapi dia memperhitungkan beberapa hal, pertama dia tidak tahu nomor polisi, kedua kemungkinan besar itu memerlukan sandi, ketiga kalaupun memencet nomor darurat dia tidak tahu nomor siapa yang terpasang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Season I Want to Die [End]
Mistério / SuspenseBertholdt Hoover ✔️ Reiner Braun ✔️ "Sungguh perasaan yang aneh... Aku bahkan hampir tidak takut. Saya dapat melihat... segala sesuatu di sekitar saya... Saya merasa seperti... hasil apa pun akan dapat diterima. Itu benar... tidak ada yang salah di...