Alangkah terkejutnya Yusuf ketika mendapati seorang perempuan duduk di atas motornya. Berkali-kali ia memastikan bahwa itu motor miliknya, takutnya punya orang lain yang mirip dengan motornya, tapi Yusuf yakin dia nggak akan salah mengingat plat motornya sendiri.
“Ehm, permisi?” ujar Yusuf membuat si perempuan menoleh, tapi tak kunjung beranjak.
“Itu motor saya.” Tidak mau mencari masalah, Yusuf mencoba berbicara baik-baik dengannya.
Namun perempuan bermasker hitam ini tampak tak mempedulikan ucapan Yusuf. Dia malah menatap Yusuf dengan berani seakan sedang menantangnya.
“Ada yang bisa saya bantu?” Akhirnya si perempuan mengangguk.
“Lagu!” ucapnya.
“Iya?” Yusuf menatapnya bingung.
“Bikinin lagu buat gue!”
Dahi Yusuf instan mengerut. Dalam hati ia bertanya-tanya siapa gerangan perempuan ini, kenapa dia tiba-tiba meminta Yusuf untuk membuatkan lagu disaat mereka bahkan tidak saling mengenal. Jangankan mengenal, bertemu saja baru kali ini sepertinya.
“Kayanya mbak salah orang, saya anak teknik bukan anak musik.”
“Yusuf Pranadipa salah satu penulis lagu di Millenium sekaligus orang yang nyiptain lagu Not The Sun.”
Yusuf menganga. Dari mana dia tau?
“Harusnya gue nggak salah orang!” Perempuan itu mengeluarkan selembar foto dari sakunya dan memperlihatnya pada Yusuf dimana dalam potret itu terdapat sosok Yusuf sedang asik ngobrol bersama Yohan dan Yena di kantin fakultas, sayangnya hanya wajah Yusuf yang terlihat jelas karena wajah kedua temannya diblur.
“Gak sopan ngambil foto orang tanpa izin. Lo bisa dikenakan sanksi!” Yusuf merebut foto itu. Wajah ramah yang tadi sempat ia tunjukkan, sudah lenyap tergantikan wajah dingin tak bersahabat.
Sekarang Yusuf tahu siapa perempuan ini. Dia pasti orang yang dimaksud Rere beberapa waktu lalu. Orang yang maksa ingin dibuatkan lagu oleh Yusuf sekalipun dia sedah menolaknya berkali-kali.
“Ini satu-satunya cara biar gue bisa ketemu sama lo. Temen lo nggak mau ngasih gue kontak lo dan nomor gue malah udah dia blokir.”
Jelas saja Yusuf tidak akan memberikan nomornya ke sembarang orang dan soal pemblokiran nomor perempuan ini, bukan Rere yang melakukannya, tapi Yusuf sendiri.
“Harusnya lo udah tau apa jawaban gue. Sekalipun sekarang lo mohon-mohon sama gue, jawaban gue gak akan berubah.” Yusuf berkata tegas.
“Jadi sekarang mending lo minggir selagi gue bicara baik-baik,” sambungnya.
Alih-alih takut, perempuan itu malah tertawa kecil di balik maskernya lalu kembali menatap Yusuf dengan berani. “Gue nggak nyangka kalau aslinya lo lebih dingin dari yang gue kira.”
Yusuf diam membuat perempuan itu akhirnya menyingkir dari motor Yusuf. Membiarkan si empu menaiki motornya dan menyakan mesin bersiap pergi. Lalu setelah motor Yusuf melaju keluar dari area kampus, peremuan itu buru-buru naik ke atas motornya sendiri dan segera mengejar Yusuf.
Dia mengikuti Yusuf sampai ke kos-kosannya dan dengan percaya diri ikut masuk lalu naik ke lantai dua.
Yusuf sendiri memilih untuk mengabaikannya sebab ia pikir paling perempuan itu akan segera pergi kalau Yusuf tetap dalam mode diam. Maka dari itu Yusuf memutuskan untuk mengunci diri di kamar dan membiarkan si perempuan duduk sendiri di ruang tamu.
Sayangnya Yusuf salah besar. Karena hingga hari menjelang sore perempuan itu masih anteng duduk di posisi yang sama. Yohan dan Galuh yang baru saja tiba, dibuat kaget olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Nothings [𝙴𝙽𝙳]
General FictionSemesta berbisik : Cukup di sini, cinta tiada di pihakmu. Percuma saja! Drama | Campus Life Start : 08 Februari-01 Juni 2021 ©Dkatriana