Yusuf memarkirkan motornya di sebuah kafe bernama Meraki yang dulu pernah dia kunjungi bersama Salsa dimana saat itu mereka tak sengaja bertemu dengan mamanya Yusuf, walau Yusuf memilih pura-pura tidak tahu dan segera membawa Salsa pergi dari sana.
Namun, kali ini ia datang sendiri. Bukan untuk menikmati beer ramen yang menjadi menu andalan kafe ataupun menu-menu makanan lainnya, melainkan untuk bertemu seseorang yang sejujurnya enggan ia temui.
Yusuf menghela napas sebelum masuk ke dalam kafe itu, terlalu banyak orang yang tidak ingin ia temui rupanya.
“Oh, lo udah dateng?” Kansha menyambutnya. Ia tidak menyangka akan bertemu Yusuf kembali secepat ini. Padahal waktu itu ia sudah mengucapkan kata perpisahan.
“Duduk dulu Suf, biar gue panggilin Shidqi.” Kansha yang berperan sebagai perantara, langsung menghilang ke dalam ruangan yang hanya boleh dimasukin oleh staff. Semenit setelahnya seseorang keluar dari sana.
Dia sendirian, tanpa Kanhsa.
“Lo Yusuf kan?” tanya orang itu memastikan sebelum ikut duduk di depan Yusuf setelah Yusuf menjawabnya dengan anggukan.
“Sori tiba-tiba bilang pengen ketemu sama lo, gue cuma penasaran aja karena bokap sering ngomongin lo dan ngewanti-wanti gue supaya nanti bisa akrab sama lo.” Iya, laki-laki bernama Shidqi ini adalah putra pertama dari pria yang akan dinikahi mamanya.
Kemarin Kansha tiba-tiba mengirim pesan pada Yusuf, katanya Shidqi ingin bertemu. Meski enggan, pada akhirnya Yusuf tetap mengiyakan dan benar-benar datang untuk menemuinya. Padahal ia tahu, tidak seharusnya dia datang kemari. Mungkin saja nanti Shidqi akan memakinya atau menyuruh Yusuf untuk membawa mamamya pergi.
“Kalau lo nyuruh gue ke sini buat maki-maki gue atau nyuruh gue ngehentiin nyokap gue, gue nggak bisa.” Yusuf menyuarakan apa yang ada dalam pikirannya terlebih dulu. “Gue udah mutusin buat pergi dari kehidupan mama gue.”
Shidqi tiba-tiba ketawa. “Well, lo persis kaya yang dibilang Kansha.”
Alis Yusuf terangkat. “Emang Kansha nyerita apa aja tentang gue?”
“Gak banyak. Dia cuma nyuruh gue jangan ngebenci lo karena ketimbang gue kayanya lo lebih benci sama nyokap lo sendiri.”
“Terus kalau udah tau, kenapa lo masih pengen ketemu sama gue?”
“Cuma pengen mastiin aja lo orangnya kaya apa, tapi karena barusan lo bilang lo bakal pergi dari kehidupan nyokap lo jadi gak ada alasan buat kita saling benci ataupun buat sok soan akrab sebagai keluarga.”
Oh, sepertinya Yusuf mengerti kemana arah pembicaraan mereka. “Lo mau ikut bokap lo walau udah tau dia selingkuh?”
Shidqi mengangkat kedua bahunya sekilas sambil menggerakan bibir ke bawah. “Mungkin.”
“Terus nyokap lo?” tanya Yusuf yang dua detik kemudian langsung ia ralat sendiri. “Ah, sori gue gak maksud ngepoin keluarga lo. Lupain aja!”
Alih-alih tersinggung, Shidqi justru kembali tertawa. “Haha gak apa-apa santai aja,” katanya lalu terdiam selama beberapa saat.
“Nyokap gue juga bukan orang yang baik. Ya, walaupun dia nggak sebrengsek bokap yang berani bawa cewek lain pulang ke rumah.” Shidqi tersenyum miris. Ia ingat bagaimana terkejutnya dirinya saat melihat sosok Alda di rumahnya dan dikenalkan sebagai calon ibu barunya. Meski itu bukan pertama kali ia melihat papanya selingkuh, tapi baru kali ini papanya serius berniat untuk menikahinya.
“Sebenernya bokap gue udah minta cerai dari lama, tapi nyokap selalu nolak dan baru-baru ini akhirnya perceraian mereka bisa diproses. Lo tau apa yang bikin nyokap gue gak mau cerai? Karena dia bakal kehilangan segalanya. Dia gak bakal bisa hidup sebagai dia yang dulu, yang tiap hari ngambur-ngamburin uang bokap.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Nothings [𝙴𝙽𝙳]
General FictionSemesta berbisik : Cukup di sini, cinta tiada di pihakmu. Percuma saja! Drama | Campus Life Start : 08 Februari-01 Juni 2021 ©Dkatriana