#11 - Lebih Dari Teman

340 103 20
                                    

Dulu Salsa percaya bahwa tidak ada yang namanya persahabatan diantara laki-laki dan perempuan, tapi mengingat dirinya sudah berkawan lama dengan Yohan dan Galuh membuat Salsa sadar bahwa hal tersebut bukan lah hal yang nggak mungkin, apalagi setelah melihat hubungan Sean dan Vanka juga pertemuannya dengan Yusuf.

Salsa kira sah-sah saja perempuan dan laki-laki berteman, tapi Salsa lupa ada pengecualian di dalamnya. Persahabatan hanya akan terjalin pada orang-orang yang memang berniat hanya untuk berteman saja, tanpa melibatkan hati dan perasaan seperti yang Salsa lakukan terhadap Yusuf.

Persahabatan perempuan dan laki-laki bagi orang yang melibatkan perasaan, haruslah memiliki mental sekuat baja serta tekad untuk berdedikasi hanya sebatas teman. Mengunci rapat-rapat perasaan agar hubungan yang sudah terjalin tidak rusak.

Salsa pikir ia benar-benar sudah menerima hanya dengan gelar 'teman' saja, tapi rupanya dia salah. Ketika ada perempuan lain mendekati Yusuf secara intens seperti yang Kansha lakukan, Salsa cemburu. Dadanya bergemuruh tidak menyenangkan.

Ia tidak mau laki-laki yang selama ini tidak pernah melirik perempuan lain, tiba-tiba jadi akrab dan membagi perhatiannya dengan yang lain. Singkatnya Salsa tidak suka dengan keberadaan Kansha.

Dengan wajah cemberut, Salsa mematikan kompor dan menyajikan nasi goreng yang dibuatnya ke dalam dua buah piring—untuk dirinya dan Salwa—lalu kembali ke dalam kamar dan menyerahkan satu piring untuk sang adik.

Dia sendiri memilih duduk bersila di atas lantai setelah meraih ponsel dan mengecek ruang obrolannya bersama Yusuf. Pesan terakhirnya masih dalam keadaan yang sama, belum dibaca sama sekali.

Jadi, sudah seminggu terakhir ini—setelah makan seafood waktu itu—Yusuf mendadak susah dihubungi. Dia bilang dia akan fokus mengerjakan lagu untuk Kansha dan menolak semua ajakan Salsa. Bahkan saat Salsa mampir ke kosannya pun, Yusuf selalu tidak sedang berada di sana. Kata Yohan, akhir-akhir ini Yusuf jarang ada di kosan dan selalu pulang larut malam.

Ingin protes, tapi tidak bisa. Memangnya dia siapa?

Berbekal dari situ lah Salsa sadar bahwa dia menginginkan hubungan yang lebih dari sekedar teman dengan Yusuf. Salsa menarik semua ucapannya tentang tidak apa-apa kejebak friendzone pun selama masih sering menghabiskan waktu bersama.

Salsa benar-benar menyesal pernah berpikir demikian. Sebab pada akhirnya dia mengkhianati dirinya sendiri.

“Kak Sa?” Suara Salwa mengintrupsi lamunan Salsa. Dia menoleh dan memandang adiknya dengan tatapan ada-apa?

“Kok nasi gorengnya hambar?”

“Hah?” Salsa mengerjap. Kemudian ia menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

Benar kata Salwa, rasanya hambar. Jangan-jangan tadi Salsa lupa memberi garam pada nasi gorengnya?

“Eh, iya ya kok hambar?” Salsa tertawa garing sementara Salwa memicing curiga.

“Kak Sa nggak apa-apa?” tanyanya berubah khawatir. Salwa tahu sejago apa kakaknya soal masak memasak. Tidak mungkin Salsa lupa memberi garam. Pasti sedang ada yang tidak beres, atau Salsa memasak dalam keadaan tidak baik-baik saja.

“Eh, aku kenapa emang?” Salsa masih pura-pura bego walau jelas Salwa tahu ada sesuatu yang sedang dia sembunyikan.

“Kak!”

Salsa menatap Salwa lama, hingga akhirnya satu embusan napas panjang dia keluarkan sebelum memulai ceritanya. Pada dasarnya Salsa memang bukan tipe orang yang senang menyimpan semuanya sendirian. Salsa lebih nyaman bercerita pada orang lain sekalipun orang tersebut tidak memberikan solusi, tapi yang penting Salsa tidak harus memendamnya. Salsa hanya butuh pendengar saja dan Salwa adalah orang yang paling sering dia jadikan tempat curhat—selain Galuh dan Yohan.

Sweet Nothings [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang