Yusuf menggerutu sembari memblokir nomor yang sejak pagi terus merecokinya. Sudah belasan pesan ia dapatkan serta beberapa panggilan tak terjawab dari nomor yang sama. Hal seperti ini sudah sering Yusuf alami.
“Yakali gue harus ganti nomor lagi sih!” sungutnya sambil melempar ponsel sembarang.
Lalu ia keluar dari kamar dan menemukan Yohan serta Galuh sedang anteng mabar di ruang tamu. Segala umpatan terdengar dari mulut mereka. Bahkan keduanya tak peduli dengan kehadiran Yusuf yang kini sudah ikut duduk di sana.
“Yohan goblok ngapa gua ditembak anjir?”
“Tadi di belakang lo ada musuh ah elah jadi gue tembak sekalian.”
Yusuf sedang tidak tertarik main game, maka ia hanya diam memperhatikan sampai bosan sendiri lalu beralih menyalakan televisi. Berulang kali ia memindahkan satu channel ke channel yang lain, tapi tidak kunjung menemukan tontonan yang pas.
“Kaga ke studio lu Suf?” Galuh akhirnya notis keberadaan Yusuf. Ia berujar tanpa memalingkan sedikitpun wajahnya dari layar ponsel.
“Kaga, mager.”
“Tumben.” Yusuf tak menjawab.
“ASSALAMUALAIKUM!” Tiba-tiba pintu depan terbuka kasar. Hanya ada dua orang yang akan membuka pintu sebrutal itu dan mengucap salam lebih seperti ngajak ribut. Kalau nggak Salsa ya Yena.
“Lu nyebut salam kek ngajak orang tawuran!” Yena tertawa mendengar Galuh protes.
“Ada apa Yen? tumben dateng gak ngabarin dulu.”
“Gue udah ngabarin kalian bertiga ya setan!” Yena ngegas saat menjawab pertanyaan Yusuf.
“Setan katanya haha gue mah malaikat.” Yohan dan segala kerandomannya ikut berujar.
“Jadi, mana tugasnya?” Ketiga cowok itu sontak saling menoleh dengan tatapan bertanya, tugas apa?
Yena memperhatikan mereka satu persatu lalu ia menarik napas panjang setelah menangkap gelagat mereka yang sepertinya memang telah melupakan tugas kuliah tercinta. “TUGAS KELOMPOK ANJIR KAN UDAH GUE JELASIN DI GRUP!”
Ketiga cowok itu kicep. “Hehe sori Yen, belom buka grup.”
Yena melotot ke arah Yohan. “MAKANYA PUNYA HAPE TUH DIGUNAIN, ADA CHAT DARI GRUP TUH DIBACA, DOSEN NGEJELASIN TUH DI CATET!” Yena benar-benar murka. Untung saja dia kemari, jika tidak maka tugas itu tidak akan pernah selesai sepertinya.
“Kalem Yen kalem.”
“Astagfirullah Yen nyebut!”
Yusuf dan Galuh kompak menenangkan cewek kucir kuda di depan mereka yang kalau udah teriak ngalahin toa mesjid.
“KERJAIN SEKARANG JUGA KAGA MAU TAU GUE!” Sambil bersedekap, Yena melayangkan tatapan lasernya. Bikin ketiga cowok itu membubarkan diri untuk mengambil laptop masing-masing dan kembali di menit berikutnya.
“Gue bagian apa nih Yen?”
“LIAT DI GRUP UDAH GUE LIST DARI LIMA HARI YANG LALU!” Yusuf kena semprot lagi.
“Buka grup Han!” Yusuf menyenggol lengan Yohan karena ia sendiri meninggalkan ponselnya di kamar dan sedang malas menggunakan benda petak itu.
Tak lama kemudian pintu depan kembali terbuka dengan cara yang sama serta terdengar sapaan salam yang tak kalah kencang dari sebelumnya.
Salsa muncul dan mengerjap bingung melihat teman-temannya fokus menghadap laptop masing-masing—kecuali Yena yang terlihat sedang mengawasi mereka sambil memasang tampang galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Nothings [𝙴𝙽𝙳]
Narrativa generaleSemesta berbisik : Cukup di sini, cinta tiada di pihakmu. Percuma saja! Drama | Campus Life Start : 08 Februari-01 Juni 2021 ©Dkatriana