#17 - Such a Jerk

350 105 48
                                    

Salsa melirik jam dinding yang hampir menunjukkan angka sembilan malam. Kemudian mengecek ponsel, tidak ada kabar dari Salwa. Seharusnya perempuan itu sudah pulang sekarang karena sebentar lagi kosan mereka akan ditutup. Sebenarnya Salsa bisa saja sih membukakan pintu gerbang, tapi tidak biasanya Salwa pulang larut malam.

Maka Salsa memutuskan untuk mengirim pesan pada adiknya. Tak lama kemudian Salwa membalas, katanya dia mau nginap di kos Ulin. Salsa bisa bernapas lega sekarang. Salwa itu terlalu polos jadi kadang bikin dia khawatir takut kenapa-napa.

Sebenarnya kos-kosan mereka tidak seketat kelihatannya sih. Memang ada jam malam, tapi Salsa sebagai budak organisasi sering ijin pulang malam. Kadang juga dia berbohong pada ibu kos, bilangnya ada rapat padahal main.

Tapi karena pemilik kos-kosan ini adalah salah satu teman kuliah papanya yang mana beliau sudah mengklaim Salsa maupun Salwa sebagai anak baik-baik—ya, kenyataannya juga memang begitu sih, walau tampang Salsa mungkin kurang meyakinkan—jadi Salsa tidak pernah punya masalah dengan jam malamnya.

Pukul sepuluh Salsa sudah terlelap dengan laptop yang masih menyala dan ujung-ujungnya mati sendiri karena kehabisan daya. Ia baru bangun ketika mendengar suara adzan subuh berkumandang.

Meski sedang tidak salat, Salsa memilih langsung beraktivitas alih-alih bermalas-malasan di tempat tidur sebagaimana yang sering dia lakukan. Katanya itung-itung sebagai awalan untuk membangun mood yang baik. Setelah itu ia sibuk beres-beres kamar. Menata semua barang-barangnya yang tidak berada dalam tempatnya, menyapu lantai, mengelap kaca jendela serta membersihkan kamar mandi sebelum dia membersihkan dirinya sendiri.

It's time to start all over again. Cheer up Sa!” Salsa menyemangati diri sendiri. Meski rasa sakit yang disebabkan oleh Yusuf masih ada, ia tidak mau membiarkannya merusak moodnya terus menerus. Salsa sedang mencoba berkawan dengan patah hati.

Dinyalakannya mini speaker portable miliknya yang tersambung dengan ponsel. Kemudia ia memutar lagu Shout Out to My Ex milik Little Mix dan ikut bersenandung. Meski Yusuf bukan mantannya, tapi Salsa merasa lagu ini cocok untuknya.

This is a shout out to my ex
Heard he in love with some other chick
Yeah yeah, that hurt me, I'll admit
Forget that boy, I'm over it

Salsa bernyanyi keras-keras sebelum kegiatannya terinstrupsi oleh panggilan dari Yohan yang membuat musiknya otomatis terhenti. Tanpa pikir panjang Salsa langsung mengangkatnya.

“Kak, kalau lo nelpon mau nyuruh gue buat masak gue skip. Belum belanja gue, nggak ada apa-apa di kos,” ujar Salsa tepat setelah ia menempelkan ponsel di telinganya.

“Bukan itu Sa. Lo cepet sekarang ke kos gue sebelum si Galuh bunuh anak orang,” balas Yohan panik.

“Hah?”

“Aduh pokoknya cepet ke kos gue. Si Salwa nginep di sini ... sama Adam.”

“HAH?!” Kedua mata Salsa instan melotot. Ia tidak salah dengar kan? Salwa nginep sama Adam? Seorang Salwa?

“Tunggu, gue otw. Jagain si Adam jangan sampe lepas sebelum gue dateng!”

Dengan emosi yang menggebu-gebu Salsa segera melesat menuju kos-kosan Yohan. Pikirannya sudah travelling kemana-mana. Salwa yang polos diajak nginep di kos cowok yang artinya tidur bareng. Andai kata terjadi apa-apa pada Salwa, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri yang lalai menjaga adiknya.

Meski belum tentu juga terjadi apa-apa, tetap saja kalimat 'menginap di kos cowok' sudah memiliki konotasi yang jelek dan Salsa sebagai kakak jelas tidak terima.

Salsa pikir definisi brengsek adalah Yusud Pranadipa, ternyata ada definisi lain, yaitu Adam Malik Arrazi. Kalau gini ceritanya Salsa sepertinya harus menarik kata-katanya yang kemarin. Adam memang nggak sebrengsek Yusuf, tapi dia lebih brengsek lagi.

Sweet Nothings [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang