Ke-7

26 25 13
                                    

Sesampainya di rumah, Jena segera menyiapkan piring dan mangkuk untuk Nenek.

"Nek, ayo makan." -Jena

Suara pintu kamar nenek terbuka, "Cucuku akhirnya pulang. Nenek rindu." Lalu Nenek memeluk Jena dari belakang.

"Hehe, ada apa Nek?" -Jena

"Ada apa gimana? Nenek memang kangen sama kamu." -Nenek

Jena tersenyum hangat, "Dimakan, Nek."

Nenek menyuap makanan itu, "Beli dimana ini? Enak!"

"Tadi aku sama temenku diajak makan ke restoran, Nek. Kapan-kapan ayo kita kesitu bareng-bareng." -Jena

"Kabogoh anjeun ganteng pisan." -Nenek
(Pacar kamu ganteng banget.)

"Kabogoh naon. Itu mah temen." -Jena

"Nenek doain biar jadi pacar kamu, biar langgeng." -Nenek

"Gak perlu Nek, kita juga gak suka satu sama lain." -Jena

"Hati kan bisa berubah seiring waktu, Jena. Nenek pengen ngelihat pacar kamu dateng ke rumah nenek lagi, kayak dulu Jisung mampir ke Bandung." -Nenek

Seketika Jena membeku, matanya berkaca-kaca, hatinya remuk, emosinya meluap, dan pada akhirnya matanya meneteskan air mata.

Jena berdiri dari kursinya dan membuang muka dari Nenek agar Nenek tidak khawatir tentangnya.

"Jena? Kenapa?" Tanya Nenek khawatir.

"N-ngga Nek, aku mau ke depan sebentar ya.. gak jauh kok, Nenek gak usah khawatir." Jawab Jena yang masih membuang muka dari hadapan Nenek.

"Jangan lama-lama, ini sudah malam, berbahaya." Pesan Nenek.

Jena mengangguk dan pergi.

Niatnya, Jena ingin mencari udara segar, tapi yang ada ia justru menangis tak karuan.

Niatnya, Jena ingin mencari udara segar, tapi yang ada ia justru menangis tak karuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"J-ji, gue kangen.."

Air mata tak henti-henti menetes dari matanya bahkan saat matanya mulai membengkak sekalipun Jena tidak bisa menahan kesedihan di hatinya.

"Gue benci banget sama lo, sama dunia, sama semuanya! hiks, di saat gue lagi sayang-sayangnya sama lo, lo pergi gitu aja dari hidup gue!"

Ia beberapa kali membenturkan kepalanya ke tembok, "Lo dimana? H-harus kemana gue cari lo lagi, Ji?"

Tik tik

Jena mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat langit, "Tik tik"

Rintikan hujan jatuh ke wajahnya, dan perlahan hujan melebat.

Rintikan hujan jatuh ke wajahnya, dan perlahan hujan melebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baguslah hujan jadi orang gak akan tau kalo gue nangis."

Waktu terus berjalan, layaknya Jena yang terus berjalan tanpa tujuan di tengah lebatnya hujan.

Drrt drrt

Jena mengeluarkan ponselnya dari saku jaket.

Incoming call from 'Nenek'

Declined

Lalu ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.

Drrt drrt

Lagi-lagi telfon dari Nenek.

Accepted

"Jena! Kamu dimana? Ini hujan! Sudah 2 jam kamu pergi! Kamu kemana?!"

"..."

"Halo? Jena? Kamu dimana?!"

"Maaf Nek."

Tut tut tut

Jena mematikkan telfonnya, dan menundukkan kepalanya.

Duk duk duk

Ia memukul kepalanya berulang-ulang kali, "Bego, yang gue bisa lakukan cuma nyakitin orang lain. Hiks."

Ia berjongkok dengan wajah menunduk sambil menyender ke tembok jalanan, perlahan ia mulai berhenti menangis. Bibirnya pucat akibat berjam-jam berdiri di tengah hujan yang sangat lebat.

Seluruh tubuh Jena mulai bergetar akibat menggiggil kedinginan selama lebih dari 2 jam.

"Gue gak kuat, Ji. Entah mental atau fisik gue yang gak kuat, tapi baguslah artinya gue bakal segera ketemu sama lo kan?" Ucap Jena menatap langit dengan senyuman.

Jena mulai memejamkan matanya dan tubuhnya mulai tidak membuat gerakan.

Tin tin tin (suara klakson mobil)

"JENA!"

Orang itu berlari menghampiri Jena tanpa memedulikan lebatnya hujan malam itu.

Ia mengangkat kepala Jena dan menumpunya di atas paha nya.

Sambil menggerakan wajah Jena, "Jen, sadar Jen! Jen! Bangun!"

Karena tidak ada pilihan, Hyunjin akhirnya menggendong tubuh Jena di punggungnya.

Ia meletakkan Jena di mobil dan mengantarkan Jena ke rumahnya sambil sesekali menepuk wajah Jena, "Jena! Lo bisa denger gue gak? Gue Hyunjin! Jen!" Tapi tetap saja tidak ada respons dari Jena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia meletakkan Jena di mobil dan mengantarkan Jena ke rumahnya sambil sesekali menepuk wajah Jena, "Jena! Lo bisa denger gue gak? Gue Hyunjin! Jen!" Tapi tetap saja tidak ada respons dari Jena.

Sesampainya di rumah, Nenek yang sudah sangat khawatir menunggu di teras segera memegangkan tubuh Jena yang lemas dan membawanya ke kamar.

Hyunjin pun turut ikut masuk ke dalam rumah dan hanya berdiri di depan pintu kamar Jena. Dan Nenek yang menyadarinya langsung menyuruh Hyunjin masuk, "Masuk saja Nak."

"I-iya Nek." -Hyunjin

Setelah mengompres dahi Jena dengan air hangat, Nenek mengamati Hyunjin dari kepala hingga kaki.

"Makasih ya sudah bantu cucu Nenek. Kamu perlu baju ganti gak? Nenek ambilin-" -Nenek

"Gak perlu repot-repot Nek, saya gak apa-apa kok." -Hyunjin

"Nanti kamu demam kalau basah begitu, sudah Nenek ambilkan jaket Jena yang longgar ya." -Nenek

Hyunjin yang tidak enak menolak niat baik Nenek pun hanya bisa menuruti keinginan Nenek.

Saat Nenek pergi, Hyunjin merasa sangat kasihan terhadap Jena yang terbaring di kasur tak berdaya.

Ia lalu duduk di samping kasur Jena, "Jen, asal lo tau aja, gue khawatir sama lo, gue gak mau lo sakit. Meskipun gue gak tau masalah lo apa, tapi tolong jangan bikin diri lo sendiri dalam bahaya kayak gini."

Heart To HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang