Ke-8

25 25 8
                                    

Pada keesokan hari, kedua orang tua Jena datang ke Bandung untuk melihat keadaan anak mereka yang tak berdaya.

"Myuri, akhirnya kamu dateng. Sini biar Ibu antarkan kamu ke kamar anakmu." Nenek lalu mengantarkan Myuri ke kamar Jena.

Saat melihat Jena yang berbaring di kasur dengan lemas, sang ibunda, Myuri langsung memeluk putri kesayangannya itu, "Jena, anakku, kamu kenapa Nak? Kenapa bisa sampai begini sih Nak?"

Melihat kondisi putrinya seperti itu, Myuri tentu saja menangis tak karuan.

Sedangkan ayah Jena, Darsa, hanya menahan air matanya dan mencoba untuk bersikap tegar di depan istri dan ibu mertuanya.

"Myuri, sudah-sudah.. dengan berjalannya waktu Jena pasti akan lekas membaik." -Darsa

"Tapi Pa, bagaimana aku gak sedih? Kondisi Jena yang kayak gini ngingetin aku sama kejadian pas Jisung pergi. Papa inget kan seberapa terpukulnya Jena pas dengar berita itu?" -Myuri

Nenek terkejut, "Lho, memangnya ada apa dengan Jisung?"

Nenek terkejut, "Lho, memangnya ada apa dengan Jisung?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok tok tok

"Nek, ini Hyunjin." Ucap Hyunjin dari depan gerbang.

"Oh iya! Sebentar Nak, Nenek bukain." Jawab Nenek dari dalam rumah.

Hyunjin membawa beberapa bingkisan buah dan bubur untuk Jena.

Nenek yang melihat banyaknya bawaan Hyunjin terkejut dengan perhatian Hyunjin kepada cucunya, "Ya ampun, gak usah repot-repot Nak!"

"Gak repot kok, Nek. Justru makanan yang Hyunjin bawa ini bisa bikin Jena cepat sembuh!" -Hyunjin

"Sini Nak, Nenek bawakan." Nenek berusaha mengambil barang bawaan Hyunjin dari tangannya untuk mengurangi beban Hyunjin.

Tapi dengan cepat ditolak oleh Hyunjin, "Hyunjin kuat kok Nek, ayo kita masuk ke dalam aja."

Nenek tersenyum, "Baik sekali kamu, Nak."

Saat masuk ke dalam rumah, Hyunjin tidak menyangka ada tamu lainnya yang sedang berkunjung, hingga situasi di dalam rumah berubah menjadi sedikit canggung.

"Hyunjin, kenalin ini orang tua Jena. Myuri, Darsa, kenalkan ini Hyunjin. Temannya Jena. Eh gak tau deh teman atau kabogoh." -Nenek

Myuri terkekeh, "Kabogoh naon, Bu. Eh apa jangan-jangan beneran kabogoh ?"

Hyunjin hanya tersenyum-senyum, "Maaf sebelumnya tante, tapi saya gak bisa bahasa Sunda soalnya saya orang Jakarta."

"Oh ya ampun! Hahaha, ternyata orang Jakarta toh." -Myuri

Hyunjin hanya mengangguk-angguk malu.

"Kamu pacar Jena ya, Nak?" -Darsa

"P-pacar? B-bukan Om, saya teman Jena." Jawab Hyunjin.

"Dia perhatian banget loh sama Jena, Nenek setuju kalau kamu pacaran sama cucu Nenek." -Nenek

"Hahaha, sudah kartu hijau nih dari Nenek, kalau Mama lihat, kamu nih oke juga. Jadi...kartu hijau juga! Hahaha." -Myuri

Hyunjin terkekeh, "Aduh, makasih Tante, Nek, tapi beneran deh, aku sama Jena cuma teman." Kata Hyunjin sambil membuat simbol tangan peace.

"Eh sabar dulu, kan kita belum tau keputusan Papa." -Myuri

"Saya akan pikir-pikir dulu. Tentu saja saya harus pertimbangkan ratusan kali, bahkan ribuan kali kalau bisa. Karena putri saya sangat berharga, jadi jangan berani-berani nyakitin Jena ya." -Darsa

"Pastinya tidak, Om. Tenang saja, saya akan jaga Jena sebaik mungkin, sebagai teman." Jawab Hyunjin dengan senyuman.

Setelah kurang lebih satu jam, Hyunjin pamit kepada Nenek dan orang tua Jena, "Om, Tante, Nek, saya izin pulang duluan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kurang lebih satu jam, Hyunjin pamit kepada Nenek dan orang tua Jena, "Om, Tante, Nek, saya izin pulang duluan ya."

"Lho? Secepat ini?" -Myuri

"Maaf Tante, saya ada pekerjaan juga sebenarnya jadi gak bisa lama-lama. Maaf ya, Tante." -Hyunjin

"Gak apa-apa Hyunjin, justru Tante seneng banget kamu ngejenguk Jena." -Myuri

Hyunjin tersenyum malu.

"Ya sudah nanti kalau Jena sudah bangun nanti Tante suruh dia hubungin kamu ya." -Myuri

Hyunjin mengangguk dan berpamitan. Lalu Myuri membukakan gerbang rumah untuk mengantarkan Hyunjin keluar.

Tapi tiba-tiba Hyunjin menghentikkan langkahnya dan menoleh ke belakang, ke orang yang menggenggam pergelangan tangannya.

"J-Jen?"

"Makasih ya udah bantuin gue kemarin dan udah ngejenguk gue hari ini." -Jena

Hyunjin spontan menaruh tangannya di dahi Jena.

Jena terkekeh, "Udah gak demam kok."

"Harusnya lo gak kayak gitu kemaren. Ngapain sih hujan-hujanan?" -Hyunjin

Jena menunduk, "Udah pulang gih, katanya banyak kerjaan."

Hyunjin melongo, "Jadi lo dari tadi denger gue?!"

Jena menyengir sambil menganggukkan kepalanya, "Ya udah, buru ih. Nanya mulu, kayak reporter."

Lalu Hyunjin pergi.

Sejak tadi, Myuri berdiri di sebelah Jena dan Hyunjin, menyaksikan Hyunjin menaruh tangannya di dahi Jena, Jena mengusilkan Hyunjin, sampai ia senyum-senyum sendiri.

"Kenapa senyum-senyum, Ma?" -Jena

"Dasar kamu. Udah ayo masuk." -Myuri

Jena akhirnya ikut masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa dengan tatapan tegang.

"Kamu ini, kalo sudah bangun kenapa gak bilang sih sama kita?" -Myuri

"Tadinya Jena mau keluar dari kamar tapi Jena sadar ada Hyunjin, gak jadi deh." Jelas Jena.

"Jadi kamu suka sama dia?" -Darsa

"Nggak Pa, dia itu temen Jena. Tadi Hyunjin kan juga udah bilang." -Jena

Nenek lalu menghela nafas, "Jena,"

"Ya Nek?" -Jena

"Nenek minta maaf karena Nenek sebelumnya gak tau apa yang terjadi sama Jisung. Maaf kalau Nenek agak keterlaluan." Ucap Nenek dengan nada sedih.

Jena menunduk dan menatap jari-jari kakinya, "N-nggak kok Nek.. Gak apa-apa.."

Nenek menghampiri Jena dan memeluknya, "Maafin Nenek ya. Ini semua gara-gara Nenek."

Jena membalas pelukkan Nenek, "Sudahlah Nek, gak apa-apa."

Jena melepaskan pelukan mereka dan izin untuk kembali ke kamar untuk mandi.

Tapi saat ia masuk ke dalam kamarnya, seketika fokusnya tertuju pada sebuah gitar.

Heart To HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang