Bagian 03 - Ranah Perburuan (2)

666 100 12
                                    

Air menyembur keluar, dia terlempar ke puncak pohon, mematahkan beberapa ranting.

Kepala ular bergoyang-goyang ke kiri dan ke kana, menyingkirkan dedaunan untuk dapat melihat Wei Ying.

Sosok itu menendang kaki, sebongkah batu muncul dari langit, menimpa kepala ular.

Reptil melata itu tenggelam dalam air dengan ekor melilit batang pohon.

"Akibat! Aku tidak ingin menyakiti mu, kamu mengejar ku sampai tidak dapat melarikan diri."

Wei Ying melepaskan pakaiannya yang tersangkut di ranting pohon, mengambil sepatunya yang terbang ke pohon lain, sedangkan dia terengah-engah di cabang pohon.

Setelah berapa saat, pohon yang ditumpangi tiba-tiba bergoyang ke kiri dan ke kanan, dia terlempar ke dalam kabut air, tenggelam.

Saat kepalanya menyebur, lidah ular menari-nari di depan wajahnya. Wajahnya menghijau, "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH JIANG CHENG TOLONG AKUUUUUUUU."

Bhiur!

Benar-benar kemalangan, teriakannya ditutup saat ekor ular mengirimnya terbang ke langit tinggi. Bintang-bintang berputar-putar di matanya.

Ah! Di mana gurunya yang cantik?

Tidak menolong muridnya yang sekarat!

Dia merasakan turun dengan kecepatan tinggi, jatuh seperti mobil terjun ke dalam jurang.

Saat dia menyerah untuk menyelamatkan dirinya, dia menutup mata, dan memangku tangan, saat bangun nanti akan meminta profesor untuk merangkai tubuhnya kembali dan membiarkannya istirahat seminggu ke depan.

Akhir-akhir ini kelas sangat membosankan, dia hanya ingin tidur.

Begitu hendak menyentuh daratan, tubuhnya gagal terpotong-potong, aroma bunga dingin dikirim ke hidungnya saat sepasang tangan tiba-tiba menangkapnya.

Mereka berputar-putar sebelum berhenti.

Kepalanya terkulai-kulai, "Aaaa..padahal aku ingin tubuh ku di potong-potong dan mendapatkan hari libur yang panjang! Siapa yang kurang ajar menyelamatkan aku?"

Matanya masih terpejam dan tidak ingin menggerakkan anggota tubuhnya, saat sosok yang menolongnya membuka suara, guncangan ada dalam kepalanya.

"Maaf. Tubuh yang dipotong-potong tidak baik."

Suaranya dalam, rendah, dan menenangkan. Tatapannya lembut menatap Wei Ying yang menutup mata, sepasang alisnya yang alus dan ramping, serta jembatan hidup yang bagus dihadirkan dengan sempurna.

Apalagi bibirnya yang cerewet itu, cukup membuat siapa pun merasa geli, tetapi terhibur.

Wei Ying benar-benar membuka mata, menegakan kepala dan tercengang, apa yang dilihatnya adalah tatapan sayu yang menangkan, rambut panjang yang jatuh di dadanya.

Seketika Wei Ying melompat, kakinya nyaris bersilangan karena terlalu terkejut, "Kamu lagi? Di mana aku tidak ingin menemukan mu. Tolong pergilah setelah aku mengucapkan terimakasih."

"Terimakasih. Sekarang pergilah."

Sosok itu menyimpan tangannya di kantong mantel, menurunkan kelopak mata melihat yang lebih muda menjauhinya, "Sama-sama. Saya sedang mencari obat hijau dan melihat anda dikejar-kejar ular. Obat yang saya cari diratakannya."

Tepat sebelum Wei Ying tersangkut di atas pohon, ular merayap di atas rumput abadi, menghancurkannya tanpa sisa.

Matanya memancarkan sedikit keluhan, tetapi penyesalan tidak berguna, dia jalan-jalan mencari obat lain dan melihat Wei Ying sekali lagi terbang ke langit, serta mendengar teriakan yang keras.

Modern Au - Bunga Persik TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang