"Dia pacarmu?" tanya papa.
Faye menggeleng. "Enggak. Faye nggak punya pacar kayak dia." jawabnya.
"Tega banget nggak ngakuin pacar sendiri." sahut Kale.
"Faye, serius. Itu pacarmu bukan?" Sekarang ganti ibu yang bertanya.
"Serius, ibu. Bukan. Faye nggak punya pacar."
"Faye, nggak baik bohong kayak gitu. Apalagi kalian udah jalan setahun. Nanti putus baru tau rasa." timpal Rigel.
Faye yang mendengarnya sontak membulatkan mata, lalu memalingkan pandangannya ke arah Kale yang sedang tersenyum penuh kemenangan.
"Heh, curut. Lo bilang apa aja ke keluarga gue? Jangan ngada-ngada lo, ya. Kita nggak ada apa-apa dan nggak bakal ada apa-apa. Lo harus tau kalau gue benci banget sama lo. Benci banget!" pekik Faye emosi.
"Faye, jangan dibentak-bentak juga." ucap ibu mengingatkan.
"Biarin aja, bu. Orang kayak dia tuh harus dikasih pelajaran, biar tau rasa. Biar nggak makin ngelunjak juga!" seru Faye sembari menarik beberapa helai rambut Kale.
"HEEEEY, ya ampun... Ini anak siapa sih barbar banget kayak gini." ucap Rigel sembari menarik tangan Faye.
Namun, Faye enggan melepaskannya. Hingga sebuah kalimat keluar dari mulut ibu mampu membuatnya membeku.
"Faye, yang sopan sama calon suami."
"Maksudnya?" tanya Faye dengan suara lirih. Tangannya kini telah lepas sepenuhnya dari rambut Kale.
"Faye," Papa mengambil alih agar situasi tidak semakin kacau. "kamu tau 'kan kalau papa nggak suka lihat anaknya pacaran-pacaran kayak gini?"
"... Ya terus?"
"Ya terus ya terus," sinis papa dengan ekspresi wajah tak bersahabat. "kamu nikah ya sama dia? Tenang aja, papa nggak minta dalam waktu dekat. Setelah papa pulang, kalian langsung nikah. Yang artinya sebulan lagi. Persiapkan diri kamu, dan jangan sering keluar rumah sama dia juga, apalagi pulangnya sampai larut malam. Papa nggak mau kamu jadi bahan perbincangan tetangga." jelas papa lalu beranjak pergi, diikuti dengan yang lainnya.
Faye menghela napas gusar, ia tak menyangka hal ini akan terjadi. Ia akan menikah dengan seseorang yang sangat ia benci? Akan jadi seperti apa kehidupannya nanti?
"Padahal gue beneran nggak pacaran..." lirih Faye.
Kale tertawa. "Kok sedih sih, Faye? Harusnya lo seneng kita nikah. Lo bisa manggil gue kakak tanpa ada gengsi, kalau manggil sayang juga boleh. Terus lo bisa ngelus rambut gue setiap saat juga. Gimana gimana? Rambut gue halus banget, 'kan? Sampai lo tadi keliatan nggak mau banget tuh ngelepasnya. Tenang aja, setelah kita nikah lo bisa mainin rambut gue dua puluh empat jam!"
Tidak tidak. Ini semua tak boleh terjadi. Mengobrol berdua dengan Kale saja membuat bulu kuduknya sukses berdiri, apalagi jika...
Argh, Faye menjerit dalam hati.
"Sini, Faye."
Suara Rigel mampu mengintrupsi Faye yang sedang asyik bermain drama di dunia khayalannya.
Faye mendengus. Ia bersyukur karena tak benar-benar menjadi calon istri Kale.
"Lo ngapain di sini," sinis Faye sembari duduk di samping Rigel.
"Pacarmu, Faye?" tanya papa.
Faye membulatkan mata, lalu menggeleng tegas. "Bukan. Faye nggak punya pacar. Faye jomblo." jawab Faye.
Papa terkekeh. "Jomblo tuh, Kale. Tembak sekarang bisa kali." goda papa pada Kale.
"Eeeh, apa-apaan, nih? Faye lupa bilang, kalau Faye jomblo happy. Happy banget ngejomblonya, dan nggak butuh pacar." tegas Faye.
![](https://img.wattpad.com/cover/267759146-288-k82471.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
the betelgeuse
Teen FictionSedikit kisah keluarga Betelgeuse dengan permasalahan yang ada. © hazelova, 2021.