"Jadi fotokopi dulu, Faye?" tanya Kale ketika mereka baru saja berangkat.
"Hah?"
"Jadi fotokopi dulu nggak?" ulang Kale dengan suara lebih keras.
"Ohh, jadi."
"Oke."
Kemudian hening, tak ada yang membuka obrolan lagi hingga mereka tiba di tempat tujuan.
Faye pun bergegas masuk ke dalam toko tersebut sembari menyiapkan beberapa lembar yang ingin difotokopi.
Karena masih terhitung pagi, pengunjung toko yang datang kali ini tak begitu ramai. Buktinya mereka hanya memerlukan waktu kurang lebih sepuluh menit untuk menyelesaikan tugas tambahan yang diberikan dosen.
"Langsung ke kampus, nih?" tanya Kale sembari memakai helm.
"Lo mau makan dulu? Belum kenyang tadi habis makan di rumah gue?"
"Ya bukan. Kali aja mau jalan dulu sama gue. Ke mall kek, atau ke mana gitu. Healing time bareng sekali-kali."
"Skip dah, ye. Gue jalan bareng lo bukannya healing, malah nambah pusing tau nggak?" sinis Faye yang justru ditanggapi Kale dengan tawa kecilnya.
Tanpa kembali mengobrol, mereka pun bergegas menuju kampus yang jaraknya tak lumayan jauh dengan toko fotokopi tadi.
Setelah sampai, Faye bergegas turun dari motor dan melepas helmnya sembari hendak berjalan keluar dari area parkiran. Namun, tangan Kale yang tiba-tiba berada di pergelangan tangannya itu mampu menggagalkan rencana Faye.
Faye menoleh, mendapati muka menyebalkan Kale yang saat ini tengah tersenyum manis.
"Abis ditebengin, dianter ke tempat fotokopi juga. Bilang apa, neng?"
"Makasih." jawab Faye jutek. "udah, ah. Lepasin."
"Bayar dulu, Faye. Nggak ada yang gratis di dunia ini." kata Kale yang membuat Faye spontan membuka resleting tasnya untuk mencari dompet dan mengambil uang dari dalamnya.
"Bukan pakai uang!" sela Kale.
Faye menoleh dengan dahi yang mengernyit bingung. Ia dapat melihat Kale yang tengah menatap ke sembarang arah dan memajukan pipinya ke arah gadis Betelgeuse itu dengan senyuman yang terpatri jelas di wajahnya.
Faye menggertakan gigi, geram dengan lelaki yang berada di depannya. "Ngapain lo nyengir-nyengir? Sekarang lihat gue dulu."
Kale menoleh.
"Minta ditonjok? Mau pakai tangan kanan atau kiri?" ujar Faye sembari memperlihatkan kedua kepalan tangannya di depan mata Kale.
"Hey!"
Tania terperanjat ketika tiba-tiba ada kedua tangan yang memegang bahunya erat. Ia menoleh untuk mengetahui siapa yang baru saja membuatnya terkejut.
"Hhh, kak Hilal. Kirain siapa. Kaget tau nggak?"
Hilal terkekeh. "Maaf, ya. Udah selesai kelas?"
"Baru aja selesai."
"Mau makan siang dulu nggak?"
"Mau, deh. Udah lama nggak makan bareng kakak. Dua harian ini kok nggak ada kabar? Kemana aja, kak?" tanya Tania sembari mendongak untuk dapat melihat wajah Hilal.
"Lagi sibuk dikit." jawab Hilal sembari berjalan di samping Tania. Tempat tujuannya kali ini adalah kantin FK.
Tania mengangguk paham. "Kirain lagi ke luar kota."
KAMU SEDANG MEMBACA
the betelgeuse
JugendliteraturSedikit kisah keluarga Betelgeuse dengan permasalahan yang ada. © hazelova, 2021.