Tania beban keluarga?

14 5 6
                                    

Tok tok tok.

Suara ketukan beberapa kali itu telah mampu membuat Tania terbangun dari tidurnya. Ia memang sangat mudah untuk dibangunkan, beda dengan Faye.

"Siapa?" tanya Tania dengan mata masih terpejam.

Selimut tebalnya menutupi seluruh tubuh sekaligus wajahnya. Hari ini cuaca memang sedikit mendung, membuat Tania mau tak mau mematikan ac nya sejak tengah malam tadi.

"Ini kakak."

"Masuk aja, kak. Nggak Tania kunci."

Rigel pun membuka pintu kamar Tania yang memang tak dikunci. Tumben, pikirnya.

"Tania hari ini ada kelas nggak?" tanya Rigel sembari duduk di pinggir ranjang.

"Mmm, nggak tau, lupa. Tolong lihatin jadwal matkul di atas meja belajar."

Setelah mendengar jawaban Tania, Rigel beranjak menuju meja belajar adiknya yang berada sedikit jauh dari ranjang.

"Nggak ada." jawab Rigel setelah membaca jadwal mata kuliah yang ada. "kamu kayaknya lemes banget. Kenapa?" tanyanya sembari membuka selimut yang dikenakan Tania.

"Nggak enak badan, kak."

Rigel menyentuh dahi Tania dengan punggung tangannya. "Nggak panas kok."

Tania menggeliat. "Iya nggak panas, cuma aku ngerasa kedinginan doang."

"Yaudah kipasnya dimatiin dong." ucap Rigel sembari mematikan kipasnya.

"Kakak kenapa ke sini pagi-pagi?" tanya Tania sembari mengubah posisinya menjadi duduk.

"Bukan hal penting kok. Kakak cuma ngerasa nggak asing sama muka Hilal."

Tania menoleh. "Kakak juga pernah bilang kayak gini lho waktu di awal kakak ketemu sama kak Hilal. Ayo sekarang coba inget-inget, pernah ketemu di mana kakak sama kak Hilal sebelumnya?"

"Kakak sebenernya udah inget, sih. Tapi, nggak yakin. Masa iya..."

"Emang ketemu di mana seinget kakak?" tanya Tania dengan mata yang mengerjap lucu.

"Di ... acara pertemuan keluarganya Haris. Kalau mereka beneran saudara atau apa, please jangan mau sama Hilal. Kakak nggak setuju Tania sama Hilal kalau emang dia saudaranya Haris."

"Kak," panggil Tania. "Yang pertama, kalau boleh tau, emang ada apa sih sama Haris sampai-sampai kakak kayak trauma dan nggak mau banget berurusan lagi sama dia dan keluarganya? Terus yang kedua, Tania sama kak Hilal tuh nggak punya hubungan apa-apa. Kita cuma sebatas kakak tingkat dan adiknya. Jadi, kakak nggak perlu tuh bilang nggak setuju Tania sama kak Hilal kalau mereka emang saudaraan."

"Ya mungkin di masa depan kalian ada rasa satu sama lain. Lagian, Tania, dia tuh keliatan banget suka sama kamu. Masa kamu nggak sadar, sih?"

Tania menggeleng polos. "Yaudah deh, perihal kak Hilal ada perasaan atau enggak buat Tania itu bukan urusan Tania." final gadis itu. "sekarang Tania tanya, kenapa kakak nggak jawab pertanyaan pertama?"

"Ya ... karena emang nggak ada apa-apa. Kakak bilang kayak gitu buat jaga-jaga aja. Kalau mereka beneran saudaraan, ya kakak harap Tania bisa kasih sedikit jarak ke Hilal. Karena kakak takut, ada beberapa sifat Haris yang dimiliki Hilal juga. 'Kan kalau saudara kadang suka sama tuh sifatnya."

"Emang sifatnya Haris buruk banget apa?"

"Udah, ih. Mancing-mancing mulu, Tania. Ketularan Faye, nih!" seru Rigel.

Tania menghela napas pendek dengan wajah yang ditekuk.

"Kak, jangan anggap Tania anak kecil terus. Iya Tania sadar, Tania masih manja banget. Tapi, Tania nih udah gede. Kakak boleh kok cerita tentang percintaan kakak atau masalah yang ada di kampus ke Tania. Kakak cuma manusia biasa, yang ada waktu untuk bahagia dan sedih sesuai porsinya. Dan, Tania tau itu. Jangan cuma nunjukin sisi kakak yang baik-baik aja ke Tania." ujarnya, lalu berhenti sejenak untuk mengambil napas.

the betelgeuseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang