PK : Patidusa

7 1 0
                                    

Mudahnya, patidusa adalah akronim dari em(pa)t (ti)ga (du)a (sa)tu. Puisi ini digagas oleh Agung Wig. Namun, yang menamai jenis puisi ini adalah Agus Supriyadi, temannya. Jumlah bait dalam puisi ini minimal dua bait.

Ketentuan Puisi Patidusa, antara lain:

1. Patidusa bukanlah puisi pemenggalan kalimat. Baris baitnya saling melengkapi satu sama lain, seakan memiliki makna mandiri yang menjelaskan/dijelaskan oleh baris sesudah/sebelumnya.

2. Hindarilah kata hubung pada kalimat akhir baris

3. Tidak menggunakan tanda elipsis dan digantikan dengan tanda koma

4. Pada pengulangan kata sempurna dan atau yang berawalan depan, dihitung satu kata majemuk. Boleh ditulis tanpa tanda hubung atau sesuai ketertiban dan keindahan tulisan saja.

5. Pengulangan kata yang berubah bentuk, dan atau berawalan pada akhir kata dihitung dua kata

6. Bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas di tiap baitnya tanpa mengubah makna. Malahan bisa juga dibaca dari bait sembarang sebagai awalan bait, tetapi harus tetap sesuai alur cerita yang akan disampaikan.

Ada beberapa jenis patidusa:

1. Patidusa Asli/Standard

Pendidikan tuk Muslimah
Karya Poetree Malu

Orang tua pemeran utama
Pendidikan untuk anak-anak
Sejak dini
Benar

Berjilbab
Muslimah dewasa
Kewajiban dalam Al-Qur'an
Orang tua perlu menasihati

Boyolali, 2 Mei 2021

Selamat Hari Pendidikan Nasional

Andai Alam Semesta Terjaga

Oh, alangkah indahnya bumi
Cahaya bersinar terang
Angin berembus
Nikmatnya

Yakin
Mataku cerah
Kulitku bernyanyi-menari
Hati dan pikiranku tenang

Alam tampak baik-cantik
Hewan-hewan bersorak gembira
Pepohonan berpesta
Bayangkan

Boyolali, 08 Sept. 2022

Sumber:
Agung Wig. 2016. PUISI PATIDUSA. Diambil pada April 2021 dari https://free.facebook.com/photo.php?fbid=269977046677645&id=112536702421681&set=a.269977063344310&paipv=0&refid=13&__tn__=%2B%3D

Baris dalam BaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang