Semangat!

56 109 0
                                    

Pagi hari menyinari dunia dan seisinya, Kanaya sudah siap mengenakan baju seragam sekolah dan siap untuk berangkat sekolah.

"Pagi, bun. Naya berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum." sapa Kanaya sambil menyalimi tangan bundanya terburu-buru, bunda Naya belum sempat menjawab.

"Waalaikumsalam, bekal nya ngga dibaw-."

Maya yang sedang meminum segelas susu pun berkata, "Ya ampun, mba buru-buru banget mau kemana sih, bun? piket kali yak." Bunda Kanaya menggeleng tidak tau, tidak biasanya dia bersemangat berangkat kesekolah.

Kanaya pun diantar pak sopir pagi ini, karna ayahnya sibuk dan sering keluar kota beberapa hari ini. "Mang, Naya masuk dulu ya. Nanti Naya SMS kalo mau pulang." pamit Kanaya sambil membuka pintu mobil.

"Siap neng."

Kanaya berjalan melewati koridor dan sampai hingga ke kelasnya, Hana sudah duduk di kursi sambil membaca sebuah novel fiksi remaja. "Hana!" sapa Kanaya hangat.

Hana berdehem, "Kenapa? tumben muka lo ceria." tanya Hana sambil melanjutkan membaca novelnya yang menurutnya itu sangat seru.

"Ih masa lo lupa, gue mau confess ke Gilang ya walaupun sering ditolak sih." ucap Kanaya sembari menggaruk tengkuknya.

Kanaya pun duduk disamping Hana, "Serah lo, deh. Pusing gue ngurusin kehidupan lo yang isinya Gilang, Gilang, dan Gilang." pasrah Hana, Kanaya hanya terkekeh kecil.

Jam istirahat pun tiba, Kanaya ingin menghampiri Gilang hari ini. Namun, cowo itu tidak ada disekolah pagi ini apakah Gilang bolos?

Kanaya melihat Reno dan Dimas segera saja ia menghampiri mereka berdua untuk menanyakan keberadaan sang pujaan hati eh calon! "Reno! Dimas." sapa Kanaya.

Reno yang dipanggil pun menoleh kearah sumber suara, "Eh Naya, tumben mau nemuin kita." ucap Reno sambil menyenggol lengan Dimas yang sedang bermain game online.

"Apa si." dengus Dimas yang merasa terusik.

Kanaya pun duduk sembari bertanya, "Kalian berdua lihat Gilang ngga? kok gue cari-cari ngga ada ya?" tanya Kanaya.

"Astagfirullah, jadi gue belum kasih tau lo ya Nay?" mendadak Reno kelupaan untuk menghubungi orang yang menyukai sahabatnya itu.

Kanaya mengeryitkan dahinya banyak pertanyaan muncul dibenaknya, "Kasih tau apa?" tanya Kanaya penasaran.

"Gilang dirumah sakit." seketika kaki Kanaya lemas.

Kanaya berdiri dengan sigap "Gilang dirumah sakit mana?" tanya Kanaya tergesa-gesa.

Reno yang tidak tega jika Kanaya pergi sendiri ke rumah sakit pun ikut mengikutinya, "Lo mau kerumah sakit kan? yaudah sama gue aja. Lo sopir, Mas." Kanaya pun mengangguk panik.

Mereka bertiga menaiki mobil Dimas yang tidak parkir di lahan sekolah namun diluar sekolah dengan alasan biar bolos cepet yekan.

lima belas menit kemudian.
Mereka pun sampai dikamar vip milik Gilang. Secara kan Gilang orang kaya. Orang tua Gilang sedang bekerja, jadi tidak menemani Gilang di Rumah sakit

"Gilang." panggil Kanaya.

Gilang melihat kedatangan mereka bertiga dengan baju seragam sekolah. Kanaya dengan cepat duduk di kursi disamping tempat tidur Gilang.

Reno dan Dimas pun memutuskan untuk menunggu diluar, "Gue diluar aja ya, serasa jadi nyamuk tau ngga." ujar Reno dengan memasang wajah memelas.

"Makanya punya cewe." sahut Dimas.

Kembali bersama Gilang dan Kanaya, mereka berdua sempat canggung sekitar lima menit yang lalu. "Lo sakit apa, Lang? udah makan belum? sejak kapan lo dirumah sakit ngga ngabarin gue." tanya Kanaya rinci.

"Harus gue jawab semua pertanyaan lo?" tanya Gilang datar.

Kanaya berpikir sejenak, "Boleh iya boleh ngga."

"Lo udah makan belum? gue pesenin makanan dikantin rs ya." anehnya Gilang tidak melarang tindakan Kanaya.

Setelah Kanaya pergi untuk memesan makanan, Gilang tampak tercetak jelas senyuman Gilang yang selama ini sirna.

kok gue ngerasa aneh

Tak menunggu waktu lama, Kanaya kembali dengan nampan yang berisi satu mangkok bubur ayam dan teh hangat. "Gue bawain bubur ayam sama teh hangat, semoga lo cepet sembuh." ucap Kanaya diiringi senyuman nya.

Kanaya pun duduk di kursi dekat Gilang dan menyuapi sedikit demi sedikit. "Aaa, ayo makan gue suapin." Gilang melamun sebentar, Gilang pun membuka mulutnya otomatis.

Kanaya bercerita tak jelas didepan Gilang membuat Gilang tertawa kekeh, "Tau ngga kalo lo sakit gue ngga tenang, terus siapa yang gye perjuangin disekolah. Yang sering gue kejar-kejar tapi ditolak terus, nasib banget kan gue. Padahal gue ngga jelek jelek amat, emang selera lo tinggi ya? turunin dong selera lo biar gue masuk dalam daftar type idaman Gilang the famous." Tanpa sadar Gilang terkekeh.

"Langka banget nih lihat lo ketawa." Gilang pun langsung terdiam sesaat.

Kanaya menyuapi Gilang lagi, "Aaa, pesawat mau meluncur." seperti ibu yang merawat anak kecilnya.

Gilang menerimanya, "Jangan jadi Gilang yang cuek, lo itu sebenarnya orangnya hangat cuma mungkin sikonnya ngga pas."

Akan gue coba, batin Gilang

***

Foilah!

Si es batu agak sedikit mencair🐣
Jangan jadi sider ya;)
Jangan lupa vote and komen untuk hargai author

Kanaya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang