Aku benar-benar telah kehilangan jejakmu. Bahkan setelah meminta pertolongan Punn dan Time untuk mencari keberadaan mu, kau masih enggan muncul. Banyak kabar simpang siur akan keberadaan mu. Namun sekali lagi, aku benar-benar telah kehilangan cara untuk menemukanmu. Sudah kutuju semua kabar tempatmu tinggal itu, namun sedikitpun petunjuk tak kudapat.
Jika kutahu menemukanmu akan sesusah ini, takkan kubiarkan bibir ini menyakitimu barang sedetikpun. Kau benar-benar menghapus segalanya, internet tidak membantu sama sekali. Oh ya, aku lupa jika internet adalah radius mu. Jika dengan internet bisa menemukanmu, maka dengan mudah kau pun bisa menghilangkan jejak mu.
Selamat, Wave. Kau berhasil membuatku seperti orang gila sekarang. Benar-benar orang gila. Kau tahu sudah berapa kali ibukku membawaku untuk menemui biksu? Kau tahu berapa kali aku harus meminum obat dari psikolog yang selalu ku kunjungi dua kali seminggu? Kau tahu seberapa buruk penampilanku sekarang? Hanya karena bersikap bodoh, aku seperti kehilangan kehidupanku. Andai kau tahu, aku menggunakan banyak potensiku untuk mencarimu, andai kau tahu seberapa hancurnya aku sekarang, jika kau tahu maka kembalilah. Kembalilah padaku, terimalah maaf ku, izinkan aku untuk memperbaiki segala yang telah ku rusak. Kumohon, Wave.
"Pang," suara itu
Rasa bungahku pudar kala mendapati bukan kau yang memanggilku. Tapi Ohm. Ia kemari mewakili kawan-kawan untuk menjengukku. Juga menyampaikan pesan Namtarn. Namtarn berpesan jika ia melihat kau di sana saat kami saling bercengkrama. Dan meminta maaf akan hal itu yang menimbulkan kesalahpahaman mu. Dari sana aku tahu bahwa kau sungguh tulus. Di balik sikap dingin dan angkuh mu, ada sisi hangat di sana.
Aku menyadari akan kesalahanku yang tak pernah serius dengan dirimu. Lebih mengesampingkan perasaan ketimbang nafsu. Kau benar dengan segala sumpah serapah dan julukan yang kau beri padaku. Aku memang bodoh, sangat bodoh. Hingga tak mampu mengetahui perasaanmu padaku.
Pukul aku lagi, Wave. Pukul aku seperti saat aku menghentikan niatmu menghancurkan sekolah dulu. Namun kumohon, kembalilah setelah itu.
Kau masih ingat akan percakapan ringan kita di ruangan itu? Ya, aku telah menjadi salah satu murid di perguruan tinggi seperti ucapan mu dulu. Alasannya? Tentu saja karena aku mencari mu. Berharap perkataan mu kala itu benar-benar terwujud dan membuat kita kembali bersama.
Ternyata sangat sulit berjuang sendirian. Aku lelah namun tak ada niat sekalipun untuk menyerah. Lucu, bukan?
Kampus ini memiliki rooftop juga. Ya, tempat kegemaran kita seperti saat sekolah dulu. Aku selalu menyempatkan diri kemari sebelum dan sesudah kelas. Melewatkan beberapa waktu sendirian berteman dengan hembusan angin. Seperti yang kau lakukan dulu. Melihat orang-orang yang berjalan keluar untuk kembali ke rumah atau yang baru datang untuk kelas. Terkadang aku membawa sebungkus makanan kegemaran ku yang selalu kau bawa seperti dulu. Lengkap dengan minuman dan memutar lagu yang membuatku selalu mengingat dirimu,
Mun Koy Doo Lae Lae Ruk Sa Duang Jai. Terimakasih telah mengenalkan lagu lawas yang begitu indah ini.Tahun akan segera berganti, Wave. Apakah kau akan membiarkanku mati sebelum bertemu denganmu? Jika kau ingin membuatku gila, selamat kau berhasil Tuan Kulkas Kaca Mata.
Wave. Kembalilah. Kumohon.
Dan tepat setelah lagu yang kuputar hampir selesai, indra pendengaranku menangkap sebuah suara familier.
"Aku tidak pernah tahu kau bisa sejelek ini, Pang."
Reflek cepat tubuhku berbalik ke sumber suara. Dan apa yang kudapat, dia berdiri di sana dengan ekspresi heran bercampur gelinya. Senyumku mengembang bersamaan dengan rasa ingin memeluk dirinya. Namun langkahku terhenti, takut jika ini hanya halusinasi ku saja. Tanganku bergerak untuk meraih tangan dengan jari lentik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Part of Chinamon Tea 🔞✅
FanfictionPercaya atau tidak, untuk mendeskripsikan mu itu cukup mudah. Cinnamon tea, hangat walau berada di wadah yang dingin, gabungan sempurna dari rasa teh madu dan aroma khas kayu manis, juga cukup beracun disaat bersamaan. Sangat unik dan tampak menenan...