II

1.7K 141 19
                                    

"Hey, Wave! Buka pintunya. Mari bicara."

Ketukan pintu terus terdengar selagi perkataan yang sama terulang. Seakan tuli, Wave yang duduk di tepi kasurnya kembali teringat dengan kejadian kala itu. Kejadian saat-

"Wave! Kumohon, sekali saja. Aku tahu aku salah, biar ku jelaskan sekali saja."

"Wave!"

Mendengar itu, Wave bangkit dari posisinya dan membuka kenop pintu. Melihat hal itu, Pang tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan gerakan gesit, ia langsung masuk ke kamar Wave dan menutup serta mengunci pintu kamar Wave.

"Kau ini apa-apaan?! Sudah gila ya?!" Wave semakin dibuat geram dengan tindakan Pang.

"Baik, dengar. Aku tahu aku salah. Aku minta maaf. Aku minta maaf karena rasa bersalahku aku menjadi sedikit menyebalkan. Tidak, sangat menyebalkan. Aku tidak sadar jika itu semua akan berpengaruh."

"Sudah? Jadi silakan keluar,"

"Tidak. Aku tidak akan keluar jika permohonan maaf ku belum diterima."

Keduanya saling bertukar pandang dengan keheningan yang mulai menyelimuti untuk beberapa saat.

"Baik. Ku terima. Jangan salahkan aku jika hadiah pukulan kau terima saat kembali bersikap menyebalkan."

Mendengar itu, Pang terkekeh. Ancaman Wave bukanlah apa-apa. Untuk Pang.

"Baik. Aku akan pergi," Pang berbalik dan hendak membuka kunci pintunya, namun hidung bangirnya kembali menangkap wewangian yang sama seperti semalam.

"Wave, kau menciumnya? Kau tahu ini bau apa?" Pang kembali berhadapan dengan Wave.

"Bau? Oh, aku memakai minyak wangi baru. Nenekku membelikan 2 botol minyak wangi, sudah ku habiskan 1, dan tersisa ini. Kenapa?"

Katakan Pang gila. Sewajarnya, jika saling berkomunikasi maka akan menjalin kontak mata. Namun, fokus Pang teralih pada bibir Wave hingga terpana dengan pergerakan pada jakun milik Wave. Ia langsung menenggak saliva susah payah.

"Hm, tidak. Hanya unik, aku belum pernah mencium harum minyak wangi seperti ini."

"Sudah? Silakan keluar." berakhir dengan Wave yang membuka kunci pintunya sendiri pun membuka pintu kamarnya untuk mempersilakan Pang keluar. Atau lebih tepatnya mengusir?

Ada perasaan berat hati untuk melangkahkan kaki keluar, namun dorongan yang diberikan Wave pada punggungnya membuat ia benar-benar keluar sekarang. Dan Wave sesegera mungkin menutup serta mengunci kamarnya.

Side.story.between.TG.and.TGG

Bagus. Sekarang ia sudah sepenuhnya terjaga. Setelah hampir satu jam ia bergerak gelisah, kini kedua maniknya terpaku pada langit-langit kamar. Dalam kepalanya masih teringat bagaimana bibir kenyal merah muda yang entah bagaimana bisa terlihat basah itu bergerak. Semakin diingat semakin intens tekstur kedua belah bibir itu ketika menyentuh satu sama lain, lembut, kenyal, basah, empuk, dan...

Pang kembali menelan salivanya. Seketika kerongkongannya bagai mengering. Otaknya kembali memutar bagaimana saat ia memerhatikan gerakan jakunnya yang hampir tak terlihat. Kulit putih mulus dibawah lampu temaram itu begitu unik. Bagai menggoda sepasang manik cokelat yang memperhatikannya. Dan jangan lupakan wewangian yang masih melekat pada ingatannya juga membuatnya tidak tenang selama dua hari ini.

Pang terduduk selagi mengerang dan mengacak kasar rambutnya. Frustrasi dengan perasaan aneh yang terus mengikatnya. Degup jantungnya mulai kacau, keringat pun turun dengan deras. Seketika suhu kamarnya meningkat. Entah apa yang terjadi padanya, yang jelas adalah wajah Wave terlukis dengan jelas di kepalanya. Pang tergesa menuju pintu kamarnya.

a Part of Chinamon Tea 🔞✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang